Afka membawa Ghirel ke apartemennya lagi. Dia tak mungkin membawa gadis itu ke rumahnya. Pasti Bude Raila akan bertanya macam-macam karena mereka pulang lebih awal daripada waktu yang telah ditentukan. Selama satu hari Ghirel akan tinggal di sini karena tidak ada pilihan lain.
Afka tak memiliki sedikitpun niat jahat kepada gadisnya. Dia bukan laki-laki mesum dengan otak selangkangan. Apalagi jika gadis itu Ghirel,menyentuhnya secara berlebihan saja dia tak bisa. Ghirel satu-satunya gadis yang ia sayang dan hormati di dunia ini.
"Kamu gak takut aku macam-macam?"tanya Afka saat melihat Ghirel sudah merebahkan dirinya di ranjang besar milik Afka.
"Selama ini kamu memperlakukan aku dengan sangat hormat,aku percaya sama kamu Af."jawab Ghirel sembari menggulung dirinya menggunakan selimut milik Afka.
"Nanti Papah mau ke sini,"kata Afka.
Afka memang tak bisa bertengkar terlalu lama dengan papahnya. Apalagi tadi ada masalah genting perihal perusahaan yang membuat Afka mau tak mau harus berinteraksi dengan papahnya. Dan papahnya juga mencuri-curi kesempatan untuk bertemu dengan anaknya malam ini. Padahal dia baru saja mendarat di ibu kota.
"Kapan?"tanya Ghirel.
Gadis itu terlihat baik-baik saja setelah tertidur dalam perjalanan tadi. Sebenarnya Ghirel sangat terguncang dengan hal itu. Tetapi dia terbiasa berpura-pura baik-baik saja di depan orang. Saat dia sendiri di kamar nantinya dia juga akan menangis meraung-raung semalaman hingga tertidur.
"Paling bentar lagi sampai,"jawab Afka membuat Ghirel berjingkat.
Kondisi Ghirel masih terlihat berantakan ditambah dengan iler di wajahnya akibat tertidur tadi. Dia masih mengenakan hotpants dan kaos sobeknya yang di lapisi hoodie Afka.
"Aku harus ngumpet di mana?"tanya Ghirel. Setelah memikirkan penampilan,dia sadar kalau mungkin Afka akan di coret dari kartu keluarga karena berduaan dengan seorang gadis di apartemennya.
Afka tertawa kecil,"ngapain ngumpet? Aku udah ngomong papah kalau ada kamu juga di sini."
Ghirel hanya ber-OH ria. Dia menatap penampilan kacaunya di cermin dan berniat untuk mandi. Tetapi tangannya di cekal oleh Afka hingga ia tertarik dan terbentur dada bidang laki-laki itu.
"Ini jam 1 pagi Jie,tidur aja gih!"pinta Afka.
Ghirel melirik jam di ponselnya. Benar saja ternyata ini sudah jam 1 dini hari. Dia menghela nafasnya kasar tak tau harus bagaimana.
Pintu apartemen terbuka,Zyan masuk dan duduk di kursi keluarga. Meskipun itu apartemen milik anaknya sendiri,tetapi Zyan tetap memperdulikan privasi anaknya sehingga tak bisa seenaknya sendiri.
Afka segera menghampiri papahnya diikuti dengan Ghirel di belakangnya. Gadis itu hanya berani menunduk seakan-akan baru tertangkap basah karena melakukan hal tak senonoh.
"Emang ada uang jatuh ya Jie?"tanya Papah Zyan. Ghirel menganga tidak paham. Afka sudah berhedam menahan tawanya yang hampir meledak.
"Kamu kayak anak abg yang kena razia di hotel melati,"kata Papah Zyan.
Ghirel hanya cengengesan. Iya sih,kenapa juga ia merasa takut toh Ghirel juga tak ada niatan untuk macam-macam dengan Afka.
Ghirel menghampiri Zyan lalu bersalaman dan mencium tangannya. Dia merasa sangat malu di sangat malu kepada calon mertuanya itu,eh.
"Kamu tidur di kamar aja sana! aku sama papah mau ngurusin pekerjaan dulu. Nanti aku bisa tidur di sofa sini."seru Afka. Ghirel hanya mengangguk dan menurutinya. Memang Papah Zyan membawa laptop bahkan berkas-berkas yang sangat banyak. Sepertinya terlihat cukup penting.
Sesampainya di kamar,Ghirel merasa sedikit kosong. Dia tidak bisa sendirian setelah kejadian tadi menimpanya. Dan sudah di pastikan juga ia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak. Gadis itu memutuskan untuk mengganti pakaiannya dengan piyama polkadot yang di bawanya lalu keluar dari kamar dan menuju dapur secara diam-diam.
Afka dan Papah Zyan sepertinya sangat sibuk sampai tak menyadari Ghirel di sana. Di dapur Ghirel membuka kulkas milik Afka. Bahan masakan milik Afka terlihat lengkap,sepertinya laki-laki itu sengaja mengisinya untuk persediaan. Dia mengambil nori dan daging sapi di sana.
Ghirel berniat membuat sushi abal-abal dengan skill seadanya yang dia miliki. Sebelum itu,dia menyempatkan diri memasak air untuk membuat teh jahe. Setelah teh jahe siap,Ghirel memgantarkannya kepada Afka dan Papah Zyan membuat keduanya terkejut.
"Kamu daritadi di dapur?"tanya Afka sambil mengusap rambut Ghirel.
"Aku bosen gak bisa tidur,aku juga inget kamu belum makan. Yaudah aku masakin,tapi belum mateng. Ini tehnya bisa di minum dulu. Kalau butuh apapun,bilang aja ya?"kata Ghirel.
Afka menarik Ghirel lalu mengusap wajah gadis itu sambil menggelengkan kepalanya,"kamu pacar aku bukan pembantu aku. Ngerti?"
Ghirel hanya mengendikkan bahunya,toh di menyukai hal ini.
Papah Zyan di sana juga menyetujui Afka,"iya Jie,barangkali kamu capek tidur aja."
Ghirel hanya tersenyum dan menggeleng pelan. Menolak dengan sopan,"tadi aku juga udah tidur kok Om di mobil Afka."
***
Cahaya matahari melesak menembus kaca jendela kamar Afka. Gadis itu memiliki kebiasaan tidur dengan gorden terbuka. Dia sangat menyukai langit malam yang gelap. Entah mengapa itu membuat dirinya merasa sedikit tenang dan membantunya tidur lebih nyenyak.
Ghirel mendengus kesal lalu mencoba menutup dirinya dengan selimut agar cahaya matahari tak menyilaukan matanya. Tetapi sepertinya takdir berkata lain. Ponsel gadis itu berdering tepat di telinganya membuat Ghirel semakin kesal karena pagi harinya harus rusak begitu saja. Dia menatap sekitar dan menyadari ini bukan kamarnya.
Dia menghela nafasnya setelah menyadari bahwa kamar nuansa hitam putih ini milik Afka. Ponselnya kembali berdering membuat Ghirel merasa semakin kesal. Dia menjawab telepon tersebut dengan malas,"siapa?"
Suara bunda terdengar di seberang sana,"kamu pulang sama siapa? Mau Junco jemput?"
Ghirel langsung terperangah. Dia melirik jam dinding dan menyadari sudah jam 2 siang. Ini gila,sangat gila sampai gadis itu memaki dirinya sendiri.
"Iya nanti di jemput Junco aja,biar kakak chat dia sendiri."jawab Ghirel.
"Ya udah,nanti kalau udah sampai telepon Junco jangan lupa!"
Panggilan telepon itu mati dimatikan secara sepihak. Dengan rasa malas dia berjalan ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Setelah itu ia mengenakan pakaian yang tersisa di dalam tasnya dan mulai menuju dapur rumah Afka. Masih ada sisa 3 jam sebelum ia harus menelefon Junco.
Saat dirinya tengah menuju dapur,dia melihat Afka sedang tidur di sofa sambil mendengkur pelan. Lucu sekali kekasihnya itu.
Ghirel mendekati Afka lalu memandangi wajah tidur Afka yang sangat berantakan. Pasti laki-laki itu sangat lelah akhir-akhir ini hingga tidur sambil mendengkur seperti ini.
Dia mengusap rambut pada rahang Afka yang mulai tumbuh. Sepertinya Afka sangat sibuk hingga lupa mencukurnya.
Dia memotret Afka yang sedang tertidur dan tertawa kecil. Ini akan manjadi foto paling berharga untuknya beberapa hari ke depan.
Gadis itu mulai memasak nasi goreng untuknya dan kekasihnya. Dengan lihai dia memotong sosis,ayam,dan sayuran lalu mulai meracik bumbu untuk nasi gorengnya. Tak butuh waktu lama hingga menu sarapan pagi itu matang. Ghirel kemudian berusaha membangunkan Afka meskipun ia tidak tega.
"Afka bangun!"kata Ghirel sambil mengguncang bahu Afka pelan.
Afka meracau dalam tidurnya. "Ehm.."
Dia menepis tangan Ghirel dan membelakangi gadis itu untuk melanjutkan tidurnya. Liatlah pacar laknatnya itu sudah mulai berani berbuat sesuka hati.
"Afka? Ayok bangun!"teriak Ghirel yang merasa semakin kesal.
"Bentar Clara,jangan berisik!"dengus Afka kesal.
Ghirel mendadak diam membeku. Afka menyebut nama gadis lain di depannya. Clara? Apa dia gadis yang selama ini Afka bicarakan?
Ghirel salah paham dengan hal tersebut. Dengan kesal dia melemparkan bantal sofa ke wajah laki-laki itu hingga membuat Afka terkejut dan bangun dari tidurnya.
"Dasar buaya! Ayok putus!"