Tubuhnya menggeliat. Aku di sebelahnya terus memperhatikannya yang masih memicingkan mata. Perlahan tapi pasti, kelopak matanya terbuka. Kenapa sih dia harus bangun? Aku sedang menikmati ketampanannya sejenak. Iya, dia akan lebih terlihat jauh lebih indah jika diamati saat sedang tidur.
"Rea? Kamu sudah bangun?" tanya Satria begitu matanya menangkap keberadaanku. Setelahnya, dia menengok sekeliling. "Kok aku tidur di sini? Apa kita semalam tidur di sini?"
Dia ngigo atau bagaimana? Bisa-bisanya dia nggak ingat dengan apa yang terjadi semalam.
"Kamu memang tidur di sini, tapi kalau aku tidur di kamar."
"Oh iya? Kok bisa?"
Aku mengedik, dan beranjak ke kamar lagi. Satria menyusulku kemudian.
"Sayang, kamu masih marah?" tanya Satria. Kenapa dia menanyakan itu? Aku pikir dia yang marah.
"Bukannya kamu yang marah karena simcardmu aku rusak?"
"Sama sekali enggak. Kenapa kamu bisa mikir begitu?" Kami lantas memasuki kamar.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com