Aku melirik kepala pelayan itu. Mukanya tampak memerah. Aku berhenti begitu melewatinya.
"Aku nggak tahu motiv kamu apa melakukan itu pada suamiku. Tapi mulai sekarang, aku akan memastikan itu tidak akan pernah terjadi lagi."
"Maaf, Nyonya jika saya lancang," ucapnya menunduk dalam.
"Sangat lancang kalau kamu mau tahu. Lakukan saja tugasmu sesuai job desk kamu. Tidak perlu mengurusi suami orang."
"Maaf, Nyonya. Saya nggak bermaksud begitu. Saya sudah melakukan itu sejak pertama kali bekerja di sini."
"Jadi, kamu akan tetap melakukannya meskipun Satria sudah beristri?"
"Maaf, Nyonya."
Aku pergi meninggalkannya begitu saja. Mungkin Melli tidak menyangka aku bisa seberani ini. Aku sendiri pun nggak nyangka. Naluri barbarku mendadak keluar. Dia beruntung karena aku tidak memegang benda apa pun. Karena kalau aku membawa sesuatu, aku pastikan dia nggak akan selamat.
***
"Na, kamu pulang ke Jakarta nggak pamit ke kita-kita," ujar Nana ketika aku meneleponnya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com