webnovel

TUNANGAN KORBAN

"Bagaimana bisa mereka menemukanku di sini?" Hailee mendesis ketika matanya beristatap dengan mata Alex dan pria itu mengenalinya dalam seketika.

Mereka terpisah dua kota dan seharusnya setelah kematian Roland Dimatrio, mereka tidak perlu lagi mencarinya bukan?

Tapi, kalau Hailee memikirkan akan hal ini lagi, tentu saja dirinyalah orang pertama yang dicari para Bodyguard itu setelah melihat kematian tidak wajar bos mereka.

Dengan panik, Hailee bergerak menjauh dan menerabas kerumunan orang di belakangnya ketika dia melihat Alex dan dua anak buahnya berjalan dengan cepat ke arahnya, tatapan mereka menyiratkan bahwa; sekalinya Hailee tertangkap, maka tidak akan ada kesempatan baginya untuk melarikan diri lagi.

Gadis muda itu akan berakhir membusuk di penjara, menghabiskan sisa usianya di sana.

Membayangkan hal itu saja sudah membuat Hailee bergidik ngeri, maka dari itu, dengan pikiran kacau dan degup jantung yang bertalu- talu di dadanya, Hailee berusah berlari secepat yang kakinya bisa, menjauhkan diri dari para anak buah Roland Dimatrio.

"Shit!" Hailee mengutuk ketidak mujurannya ini. Hanya tersisa waktu satu jam sebelum pesawatnya take off, kalau dirinya tidak berhasil untuk sampai di bandara sekarang, maka dia akan ketinggalan pesawat.

Namun, di sisi lain, dengan adanya Alex dan kedua bodyguard itu, bagaimana mungkin dia bisa sampai di bandara dengan selamat? Mereka pasti sudah memperhitungkan rute pelariannya.

Dan apabila Hailee memaksa untuk tetap ke bandara, maka itu sama saja menyerahkan diri dengan sukarela.

"Tidak, tidak…" Hailee menggelengkan kepalanya kuat- kuat seraya dia berlari memasuki sebuah toko dan segera mencari pintu belakang dari tempat itu.

Setiap toko pasti memiliki exit door atau pintu darurat dan begitu Hailee melihat tanda keberadaan pintu tersebut, dia segera menuju ke sana tanpa mempedulikan pramuniaga yang menyambutnya dengan ramah.

Dari sudut matanya, Hailee dapat melihat Alex hampir berhasil mengejarnya.

Tanpa berpikir panjang, Hailee segera mendorong pintu tersebut dan medapati dirinya berada di gang kecil dengan banyak tumpukan sampah di kiri dan kanannya, tapi dari ujung gang sebelah kiri, dia dapat melihat jalan besar dimana banyak kendaraan yang berlalu lalang.

Hailee tidak punya waktu untuk sekedar mengatur nafasnya saat dia langsung berlari kembali sekuat tenaga dan mencapai mulut gang itu dalam waktu kurang dari dua menit.

Namun, yang Hailee tidak duga adalah, tepat di jalan itu rupanya ada kecelakaan besar yang terjadi dan kerumunan orang yang mengerubungi di sana, jelas- jelas terlalu takut untuk mendekat.

Melalui pundak orang- orang yang ada di hadapannya, dengan susah payah Hailee bergerak maju, tapi tidak butuh waktu lama hingga tubuhnya yang kecil terjepit dan dia tidak bisa bergerak.

Bukannya berjalan melewati kerumunan tersebut, Hailee justru terdorong orang- orang yang berada di belakangnya, yang juga penasaran untuk melihat lebih jelas mengenai kecelakaan yang terjadi, hingga akhirnya Hailee berdiri di depan para kerumunan itu dan mendapati sebuah mobil mewah yang telah terjungkal dan mengeluarkan asap.

Kebanyakan orang di sekitarnya adalah wanita dan kalaupun ada pria, mereka sudah terlalu tua untuk memeriksa apakah ada korban selamat dari kecelakaan mengerikan itu atau tidak, sementara segelintir pemuda yang berada di sana, tidak memiliki cukup nyali untuk mendekati mobil yang telah berasap tersebut.

Di kejauhan, dapat terdengar sirine mobil ambulance, bukan hanya ambulance tapi ada mobil pemadam kebakaran yang mengikuti di bagian belakang, sepertinya orang yang menelepon bantuan telah menjelaskan secara terperinci mengenai situasi dan kondisi di sini.

Namun, hal ini justru menambah kalut suasana, membuat orang- orang yang berkerumun kembali merapat dan tidak meninggalkan celah bagi Hailee untuk melarikan diri lagi.

Dengan panik, Hailee terus menerus menatap ke belakang, memeriksa apakah para pengejarnya itu berhasil menemukannya di antara lautan manusia ini atau tidak.

Sepertinya, keberuntungan masih tidak berpihak pada Hailee, karena dia melihat, tidak jauh dari tempatnya terhimpit, Alex dan dua anak buahnya telah merangsek maju, mendorong orang- orang di sekitar mereka agar menjauh.

"Shit!" Hailee kembali merutuk ketika ketiga orang itu bergerak semakin dekat, kalau dia berdiam diri seperti ini terus, maka dalam beberapa menit kemudian, sudah bisa dipastikan kalau Hailee tidak akan mempunyai kesempatan untuk melarikan diri lagi.

Tepat pada saat itu, orang- orang di sekitar Hailee terkesiap dan mulai menunjuk- nunjukkan jari mereka dengan panik ke arah mobil yang terbalik.

"Ada orang yang keluar! Ada orang yang keluar!" seru mereka hampir seperti chorus paduan suara dengan nada sumbang.

Fokus Hailee untuk sementara teralih saat dia melihat seorang pria mencoba membuka pintu mobil yang telah ringsek dan merangkak keluar dari bangkai mobil yang hampir menewaskannya.

Entah pikiran apa yang melintas dalam benaknya, tapi tubuh Hailee bergerak sebelum otaknya dapat mencerna ide gila yang tiba- tiba melintasi pikirannya.

Tidak ada jalan untuk Hailee dapat menerobos lautan manusia di sekitarnya, maka dari itu, dia bergerak maju, setengah berlari menghampiri mobil yang ringsek dan tiga orang pemuda yang telah berada di sana untuk membantu sang korban keluar dari dalam mobil.

"Apa yang terjadi padamu!?" seru Hailee dengan panik, dia segera bersimpuh di samping pria yang telah berlumur darah dengan luka- luka dari pecahan kaca dan benturan saat kecelakaan terjadi. "Bawa dia ke tempat yang lebih luas! Dimana petugas medisnya!?"

Suara Hailee yang ketakutan dan ekspresi wajahnya yang panik, tidak menimbulkan kecurigaan sedikitpun dari orang- orang di sekitarnya.

"Nona, jangan panik, ambulance sudah datang," ucap salah satu pria itu, berusaha menenangkan Hailee.

Tentu saja Hailee sudah melihat para petugas medis yang tergopoh- gopoh membawa stetcher dan segera menghampiri Hailee, sementara petugas pemadam kebakaran dengan sigap memadamkan api yang mulai tampak dari mobil ringsek di pinggiran jalan itu.

"Tolong dia! Tolong dia!" Hailee menangis dengan panik sambil memegangi tangan pria asing korban kecelakaan yang bahkan tidak pernah dia temui sebelumnya.

Sangat mudah bagi Hailee untuk bersikap senatural mungkin dengan reaksinya tersebut, karena biar bagaimana pun juga, dirinya memang tengah berada dalam situasi yang sama sekali jauh dari kata menyenangkan.

"Tenang nona, kita akan membawanya ke rumah sakit," salah satu petugas medis berkata sambil berusaha mengangkat tubuh pria itu ke atas stetcher berdua dengan rekannya, dengan sangat hati- hati.

"Maaf, nona siapanya korban?" tanya petugas medis tersebut, hanya ingin meyakinkan tebakannya.

Berdasarkan reaksi yang Hailee berikan, kemungkinan besar gadis ini mengenal korban tersebut.

"Saya…" Hailee tergagap sambil menghapus air matanya. "Saya tunangannya." Kata- kata itu meluncur begitu saja dari bibir Hailee.

Petugas medis itu mengangguk dan mempersilahkan Hailee untuk masuk ke dalam ambulance.

Sebelum pintu ambulance itu di tutup, Hailee dapat melihat ke tiga orang yang mengejarnya hanya bisa menatap dirinya tanpa bisa melakukan apapun.

Chapitre suivant