webnovel

Part 55

Elven berlari ke pelukan Ivi.

"Mommy.... I really worry you" ucap Elven

Ivi memeluknya erat.

"I worry you more, boy..." balas Ivi.

Felix melangkah perlahan menuju keduanya dengan senyum tipis sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. Ia menepuk pundak Elven. Elven melerai pelukan itu dan beralih menatap Felix.

"Sudah daddy katakan bahwa Mommymu akan baik-baik saja kan?" ucap Felix dengan senyumnya.

"Yes Dad... Alhamdulillah Mommy gak apa-apa.. " Joe, Calvin, Aksa dan Arzam melangkah ke arah mereka.

"Allah saves her for us.." ucap Felix.

"Have you got pain?" tanya Ivi pada Felix.

Felix melirik tubuhnya sekilas.

"I'm fine hon... Allah also saves me" ucap Felix tersenyum puas.

"Syukurlah... Alhamdulillah ya Allah" Ivi.

"Joe!! Terima kasih sudah membantu tim Mommy tadi!" ucap Elven senang.

Joe mengusap rambut Joe dan sedikit mengacaknya.

"Sudah tugasku El... Kita harus kompak untuk bisa saling melindungi." ucap Joe.

"Kau orang baik Joe" ucap Elven lagi.

"Itu karena aku dipimpin oleh orang baik juga El" ucap Joe melirik Calvin.

"Akel memang orang baik... Hanya saja hubungan asmara akel kurang beruntung... Ah akel... semoga one day Akel bisa menemukan cinta sejati akel" ucap Elven menyemangati Calvin.

"Aamiin... Terima kasih untuk do'a baikmu El.." ucap Calvin.

"It's ok.."

"Cal, apa kau tidak ingin membebaskan putrimu?" tanya Joe.

"Biarkan dia mendekam di sana bersama ibunya. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan mereka lagi." ucap Calvin lemas.

"Zam, thanks atas bantuannya..." Ucap Felix.

Arzam tersenyum. "Udah tugas gue kok... Gue yang harusnya makasih nih karena kalian udah bantuin tim kepolisian buat menangkap orang-orang kriminal itu." ucap Arzam.

Diah, Deo, Zio menghampiri mereka.

Felix mengangguk tersenyum.

"Lin, kamu beruntung lho punya suami kayak Arzam." ucap Ivi.

"Alhamdulillah kak... Arzam memang baik banget..." ucap Elina menatap suaminya dengan tatapan memuji.

"Jangan berlebihan na.." ucap Arzam.

"Itu faktanya bapak polisi"

"Yaudah iya... uhhhh" Arzam mencubit gemas pipi Elina.

"Yaudah kita ngumpul di rumah kak Ivi aja dulu buat membahas beberapa hal" ucap Aksa.

"Gak mau geledah rumah ini dulu?" tanya Diah.

"Gak usah dulu deh kayaknya di.. Ini masih belum aman." Zio.

"Oh ok... Jadi, langsung ke rumah kak Ivi nih?" tanya Diah.

"Ayo ke rumah aku aja... Nanti kita bahas beberapa hal di sana." ucap Ivi.

"Ok." ucap mereka dan memasuki mobil masing-masing.

....

"Argh!!! Kita gagal menguasai kekayaan mereka! Kenapa tak ada yang terbunuh sih?! Padahal kita sudah mempersiapkan rencana ini secara matang! " emosi wanita paruh baya itu.

"Bu, saya rasa ini karena mereka tidak menggunakan senjata dan juga dikarenakan adanya tim kepolisian." jawab seorang perempuan.

"Menurut gue sih mereka kurang bumbu" tambah lagi anak lainnya.

"Kita harus atur strategi lagi. Nah kalau gue sama Nisa udah gak bisa munculin diri depan polisi, bisa-bisa kita masuk jeruji besi lagi." ucap Alex.

Nah guys, jadi di antara keempat anak angkat wanita paruh baya itu ada Nisa dan Alex.

"Nah bener tuh.. Gue juga kalau ke kursus udah gak mungkin dong. Ivi pasti udah tahu semuanya." ucap Nisa.

"Kalian tenang saja, saya akan mengatur rencana selanjutnya." ucap pria paruh baya itu dengan smirknya. Mereka semua menyunggingkan senyum.

.....

"Jadi ternyata mereka bukan orang tua kandung aku lin?" tanya Ivi tak percaya.

"Iya kak, kakak yang sabar ya..." Elina menggenggam tangan Ivi yang bergetar.

Air mata Ivi lolos begitu saja.

"Lalu siapa orangtua aku lin?" lirihnya.

"Saya dan tim sedang melakukan penyelidikan. Doakan semoga semuanya bisa segera terungkap." ucap Arzam.

"Ya Allah... Apa lagi ini??" ucap Ivi disertai isak tangis. Felix memeluknya.

"Kita pasti akan menemukan jalan keluarnya sayang..." ucap Felix. Elven yang berada di samping Ivi ikut memeluknya. Jadi, posisi Ivi tuh duduk di sofa di antara Felix dan Elven.

"Mommy harus strong. Kadang kala, Allah menitipkan ujian kepada HambaNya karena dia percaya bahwa HambaNya itu mampu. Mom pasti mampu melewati semua ini kok" tenang Elven. Ivi menghapus jejak air matanya.

"Makasih anak Mommy... Kamu selalu menguatkan Mommy..." haru Ivi yang memeluk erat Elven.

"Kak, manusia yang diuji dengan banyaknya ujian bukan berarti karena Allah gak sayang. Allah sangat sayang. Itulah sebabnya Allah terus menguji kakak. Bukankah kehidupan memang slalu dipenuhi ujian? Jika manusia masih sering diuji oleh Allah, itu artinya Allah mencintainya. Allah senang melihat kakak memohon PadaNya. Dan boleh jadi Allah memberi ujian yang bertubi-tubi untuk menguji keimanan kakak, setelah kakak berhasil, kakak akan mendapatkan hadiah terbaik dari Allah yang gak pernah kakak sangka. percayalah, setelah derasnya hujan yang menerpa, akan ada pelangi yang datang." Ucap Diah bijak.

Mereka tersenyum menanggapi ucapan Diah.

"Aduhhh tunangan gue bijak banget..." gemas Zio merangkul Diah.

"Gue bogem juga lo" ancem Diah yang tak suka dirangkul.

"Iye iye ampun bu bos.." ucap Zio yanh melepas rangkulannya.

"Wah ada yang bentar lagi sebar undangan ini roma-romanya." ucap Aksa.

"Ha mulai deh lo sa mulai... Gue gibeng juga lo" kesal Diah.

"Awowkwk... lagian kalian udah tua juga bukannya nikah ini kok pakai segala tunangan." ledek Aksa.

"Yeee bodo amat yang penting dah gue ikat. Ya gak sayang?" balas Zio.

"Mau muntah Zi mau muntah gue" Diah.

"Hahahahha" tawa Aksa.

"Calon istri gak ada akhlak" kesal Zio.

"Bodo amat. Minggir lo jangan dekat-dekat gue" ketus Diah.

"Awas lo gak jadi gue nikahin lo" ancam Zio.

"Yaudah gue nikah sama kim taehyung."

"Halu lo tingkat langit "

"Sirik ae uwaknya"

"Diah!!!!" geram Zio. Hal itu sontak mengundang tawa orang- orang yang berada di sana.

"Woi gile telinga gue budek elah" ucap Diah.

"Makanya lo jangan bercanda mulu"

"Diem Zik gue tampol lo"

Mereka geleng kepala melihat kelakuan keduanya.

"Oh ya, tadi pas di sana gue gak sengaja lihat ada mobil sedan hitam terparkir gak jauh dari TKP." ucap Joe tiba-tiba. Mereka pun mulai fokus.

"Lo lihat platnya gak?" tanya Calvin.

"Lupa gue. "

"Eh bego" ketus Calvin.

"Yee tadinya gue mau samperin eh terhalang terus sama curut-curut di sana"

"Lo sempat lihat muka salah satu dari mereka?" Felix. Joe berusaha mengingat.

"Gue lihat dikit dan sepasang suami istri kayaknya berumur seumuran bokap nyokap lo" ucap Joe.

"Ibu bapak..." gumam Ivi yang bisa didengar mereka.

"Orang tua lo vi?" tanya Arzam.

"Sepertinya itu mereka. Kita gak bisa tenang gini. Mereka pasti masih berkeliaran dan akan kembali menghancurkan kita." ucap Ivi.

"Bener... Harus ditindak lanjut sih ini pak pol" ucap Aksa.

"Nanti saya akan bicarakan ini dengan tim." ucap Arzam.

"Berarti benar kan mereka masih hidup?" tanya Elina.

"Iya El ternyata kecurigaan kita selama ini benar." ucap Ivi.

"Aku rasa mereka memiliki kaki tangan." Diah.

"Iya, gak mungkin mereka bisa menjalankan semua ini sendiri." Deo.

"Ah sa, masalah Nisa dan Alex bagaimana?" tanya Joe.

"Astaga gue lupa. Mas, coba tanya ke tim gimana dengan Nisa dan Alex" ucap Aksa pada Arzam.

Arzam mengangguk dan menghubungi tim.

Setelah mendapatkan informasi, ia langsung menceritakan semua pada mereka.

"Mereka berhasil kabur dari penjara" lesu Arzam.

"Lah gimana bisa?" tanya Zio.

"Mereka itu licik. Jadi jangan tanya lagi." Arzam.

"Ok berarti mereka juga ikut andil dalam memainkan peran ini. Kita harus lebih berhati-hati." ucap Elina.

"Jaga diri baik-baik karena mereka bisa kapan saja menghancurkan kita" ucap Calvin.

"Sepertinya ada orang lain yang ikut mengawasi pergerakan kita." Arzam mengingat sesuatu.

"Na, pecat semua pekerja di rumah kita." titah Arzam pada Elina.

"Eh? Tapi kenapa mas?" tanya Elina kaget.

"Di antara mereka ada penyusup."

"Apa?! Astaga... yaudahh aku pecat dulu.." Elina lalu menghubungi seseorang.

Chapitre suivant