webnovel

Part 18

Ivi baru selesai melaksanakan sholat zuhur. Ia pun kemudian ke ruang makan untuk makan siang. Saat akan makan siang, ada seseorang yang memencet bell rumahnya.

"Duhh siapa ya? Malah bibi lagi gak ada.. Yaudah deh buka aja..." Ivi berjalan membuka pintu.

Ternyata yang datang....

"Assalamualaikum kakak ipar...."

"Waalaikumsalam Calvin.. Ya Allah aku kira siapa... Masuk yuk. Aku lagi makan siang juga..."

"Wah.. Boleh tuh kak.. Oh iya ini aku bawain rujak dan buah-buahan buat lo kak.."

"Wah.. Makasih ya... Tahu aja kamu kalau aku lagi pengen rujak heheh..."

"Iya donk.. Tapi rujaknya sengaja aku beli yang gak pedes... Supaya ponakan aku tetap sehat di dalam."

"Heheh asyiap.. Yaudah ayo makan vin.."

Mereka pun mulai makan siang. Setelah itu, Calvin duduk di ruang tv untuk main PS. Ya guys, jadi di rumah Ivi tuh ada PS nya. Karena dulu Felix sama Calvin sering banget main. Sementara Ivi sedang menyiapkan rujaknya sambil memotong buah-buahan yang dibawa Calvin. Ia pun menemui Calvin.

"Vin, ini rujaknya sudah aku pindahi di piring. Sama buahnya juga sudah aku kupas terus potongi. Dimakan ya.."

"Yaelah repot-repot.. Gue kan sengaja bawain buat lo kak..."

"Gapapa lah.. Aku juga lagi hamil gak bisa buat cemilan jadi ya ini doank..."

"Santai aja... Gapapa kok..."

"Heheh..." Ivi pun memakan rujak tersebut.

"Oiya, pembantu lo mana kak?"

"Lagi pulkam... Anaknya sakit. Maybe lusa dia balik.."

"Jadi lo sendirian kak?"

"Iya vin... Heheh.."

"Kok lo gak bilang kalau lo sendirian?"

"Gapapa... Aku gak mau ngerepotin.."

"Gak donk gak repot... Yaudah ntar aku suruh mama temenin kakak disini ya.."

"Gausah vin.. Aku gamau repotin mama.."

"Gapapa lah kak.. Mama pasti seneng bisa jagain kakak..."

"Beneran?"

"Iya kak..."

"Yaudah deh..."

"Coba bentar ya gue hubungi dulu.."

"iya.." Calvin menghubungi mamanya.

"Halo ma... Ma, kak Ivi sendirian di rumah. Mama bisa gak nginep ntar malam sama dia?"

"Duhh vin.. Bukannya mama gamau, Mama nanti malam mau berangkat ke London buat pameran design baru mama... Kamu aja deh.."

"Yah ma, kan gak mungkin aku. Aku cowok ma..."

"Ya gapapa... Kan sodaraan juga..."

"Nanti ada yang salah paham ma..."

"Sudah gapapa... Sudah ya mama sibuk.."

"Ma-"

Telepon ditutup oleh Mamanya.

"Ish mama!!" kesel Calvin.

"Mama gak bisa ya vin?" tanya Ivi.

"Iya nih.. Malah mama suruh aku yang temenin lo kak.."

"Duh gausah.. Kamu kan juga sibuk.."

"Aku sih gapapa kak.. Khawatir juga sih sama lo.."

"Hmm.. Gapapa?"

"ya gapapa... Dari pada lo kenapa-napa.."

"Yaudah deh.."

"Btw Felix sudah telpon lo hari ini?"

Ivi diam. Beberapa hari ini Felix tak memberi kabar padanya. Bahkan sudah seminggu. Semakin hari, Felix semakin jarang mengabari Ivi.

"Belum ya kak.?"

"Belum..."

"Sudah berapa lama?"

"Seminggu.."

"Lho, kenapa ya? Hm mungkin dia sibuk kak.."

"Mungkin. Aku kecewa aja sama dia. Dulu,sebelum pergi dia janji bakal slalu ngabarin aku tapi nyatanya? Semua diluar ekspektasi... Ya tapi aku gak bisa berbuat apapun.."

"Lo gak coba hubungi dia?"

"Aku gak pernah hubungi dia duluan... Aku takut ganggu dia.."

"Coba deh kak lo hubungi aja... "

"Gak deh vin..."

"Yaudah biar gue aja yg telpon ya.."

Ivi hanya diam.

Lama menunggu, akhirnya Felix mengangkat telpon Calvin.

"Halo kak..."

"Apa?"

"Lo dimana?"

"Di kapal. Kenapa?"

"Lo kenapa gak hubungi istri lo?"

"Gue sibuk! Biasanya juga gue hubungi."

"Istri lo butuh kabar dari lo. Lo kenapa sih sekarang?"

"Sudahlah vin gausah ceramahin gue! Gue tahu mana yang baik buat gue!"

"Jadi, dengan lo gak menghubungi dia itu adalah yang baik?"

"Berisik banget sih lo! Sudah deh gausah ikut campur urusan gue! Lo urus aja hidup lo!"

"Kak, Ivi lagi ngadung anak lo! Lo kok gitu sih?!"

"Sudahlah diam aja! Gue bakal hubungi dia nanti. Lo gak usah berisik!"

Felix langsung memutuskan sambungan.

Untungnya, Calvin menghubungi Felix di teras sehingga Ivi tak mendengarnya.

"Felix beneran berubah... Gue gak tega ngelihat Ivi kayak gitu..." gumam Calvin. Kemudian ia kembali masuk dan menemui Ivi.

"Kak..."

Ivi yang menunduk kemudian melihat Calvin.

"Kenapa vin?"

"Maaf ya kak.. Telponnya gak bisa dihubungi.." bohong Calvin.

"Ah iya gapapa.. Yaudah vin, aku mau istirahat. Kamu tidur di kamar tamu ya.." Ivi tahu bahwa Calvin berbohong. Calvin berbohong karena tidak ingin membuatnya sedih. Ivi jelas mendengar pembicaraan keduanya karena tadi Ivi sempat mendengarkan nya.

"Ok kak..."

Di lain sisi, Felix sedang duduk di kantor nya. Sebenarnya tadi pada saat dihubungi Calvin, ia sedang tidak di kapal, melainkan di kantornya. Namun, ia berbohong.

Felix mengusap wajahnya gusar.

"Gue bingung!! Apa yang harus gue lakuin?! Argh!!" Saat sedang seperti itu, seseorang dengan tidak sopan memasuki ruangannya. Orang tersebut langsung duduk di penyanggah kursi Felix sebelah kiri dan merangkul Felix.

"Sayang... Aku laper deh... Kita ke cafe yuk.." ucap wanita itu menggoda Felix.

"Na, aku capek banget... Kamu ke cafe sendiri ya..."

"Tapi sayang... Aku tuh pengen makan bareng kamu.. Ayolah..." Wanita itu bermanja dengan Felix.

"Bisa gak sih kamu gausah ganggu aku?!" Marah Felix.

"Kamu bentak-bentak aku?! Kamu mau rahasia kamu aku bongkar ke Ivi?! Mau?!" Ancam wanita itu.

"Shena!! Stop ya! Selama ini, aku sudah cukup sabar ngadepin lo! Tapi lo terus-terusan ganggu hidup gue!! Kali ini, gue bakal buat lo nyesel!"

Yaps guys, jadi cewek itu si Shena. Sahabat Ivi sendiri yang dengan tega ngerusak pernikahan sahabatnya. Tragis...

"Ok, kalau itu mau kamu. Aku bakal kirim foto-foto kita ke Ivi... " Shena membuka ponselnya dan bermain dengan jarinya.

"Jangan main-main Shena!!" Felix merampas hp itu. Kemudian ia melempar hp tersebut ke luar jendela. Fyi, kantor Felix itu di Lt. 3. Jadi kebayang donk kalau hp dilempar dari Lt.3 itu gimana? Wkwk

"Felix! Handphone aku!!"

"Sekarang bukti itu sudah hilang!! Dan lo gak bakal bisa ancam gue lagi!"

"Siapa bilang?! Aku masih punya banyak bukti sayang..." ucap Shena mengelus wajah Felix.

"Singkirin tangan kotor lo dari wajah gue jalang!!" hardik Felix.

"Jalang?!! Kamu bilang aku jalang?!"

"Lo memang jalang!! Sahabat mana yang tega ngerusak pernikahan sahabatnya sendiri?!"

"Dia bukan sahabat gue!"

"Lo tuh bener-bener jalang ya! Selama ini Ivi tuh slalu baik sama lo tapi ini balasan lo ke dia?!! Bitch!!"

"Apa yang sudah dia buat untuk gue?! Gak ada! Justru dialah penyebab kehancuran keluarga gue! Gue dendam!"

"Apa maksud lo?!"

"Karena dia, Alfi pergi dari rumah dan memilih hidup sendiri! Karena dia, Alfi berhenti dari pelayaran! Karena dia, gue jadi seperti ini! Tadinya gue gak mau ikutin rencana Alfi buat ngehancurin Rumah Tangga kalian,tapi setelah orang tua gue sakit-sakitan karena Alfi yang memutuskan hubungan dengan kami, gue pun mulai dendam. Gue sakit hati! Karena dia penyebab kehancuran di keluarga gue! Alfi memang gak pernah lupa send uang buat kami, tapi ia gak pernah lagi memunculkan diri sama kami. Itu yang buat gue sakit! Dia lebih memilih mengejar Ivi dari pada cita-citanya dan keluarganya! Gue sakit hati! Abang gue lebih sayang sama perempuan lain daripada gue dan nyokap!! Gue dendam!"

"Tapi gak seharusnya lo kayak gini!! Ivi gak salah! Salahin Alfi yang terus berusaha ngejar dia! Itu murni kesalahan Alfi! Ivi gak pernah minta Alfi buat resign atau ngejar dia, tapi dia yang mau semuanya! Lo jangan egois!"

"Gue juga benci sama dia karena ternyata cowok yang gue taksir juga suka sama dia!"

"Siapa yang lo maksud?!"

"Calvin... Gue suka sama Calvin sejak pertama gue ketemu dia di RS. Tapi, Calvin lebih memilih Ivi! Gue kecewa! Semua kebahagiaan gue direbut sama dia!"

"Calvin? Maksud lo?! Calvin dokter di RS ***?"

"Iya.."

"Darimana lo tahu?"

"Gak penting! Dan gue mau dia ngerasain apa yang gue rasa! Gue bakal sebar foto kita. Biar semua orang tahu kalau lo itu busuk hahahahah...." ucap Shena dengan tawa iblis nya.

"Lo bener-bener bitch!!" Felix menampar Shena dengan kuat.

"Tamparan ini, bakal gue jadiin bahan buat Ivi semakin membenci lo!"

"Istri gue gak sebodoh itu! Lo harus tahu itu!"

"Tapi dia bakal luluh dengan air mata gue! Apalagi gue adalah sahabatnya!"

"Brengsek!!" Emosi Felix dan langsung meninggalkan kantornya.

Chapitre suivant