Disnilah seorang Alfi sekarang. Di sebuah kamar hotel miliknya. Ia sedang menunggu seseorang.
"Gue harap cara gue gak salah... Gue cuma pengen dapati apa yang seharusnya jadi milik gue. Sasha, lo harus bayar semuanya!" monolognya.
Drrt...
'Sasha Bar-bar is calling you...'
"Gue yakin dia sudah sampai.. We start it sha.." ucapnya dengan senyum smirk. Ia pun mengangkat telepon tersebut.
"Halo Alfi.. Aku sudah di depan kamar kamu nih..." ucapnya dibuat-buat dengan ke-alayannya.
"Bentar!" dinginnya dan langsung menutup telepon. Ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Terlihat jelas di depannya kini Sasha dengan dress merah super ketat yang panjangnya diatas lutut serta atas dress yang tanpa lengan yang ditutupi dengan jaket kulit berwarna hitam. Sungguh bar-bar bukan?
Sasha tersenyum senang melihat Alfi. Ia berlari ingin memeluk Alfi namun Alfi memajukan tangan kirinya di depan dada menandakan 'STOP' pada Sasha untuk memeluknya. Sasha tersenyum kikuk melihat perlakuan Alfi.
"Ma-maaf Al..." ucapnya gugup
"Masuk!" titahnya.
Mereka berdua memasuki kamar itu. Sasha langsung menghempaskan tubuhnya di kasur king size Alfi tanpa rasa malu.
"Kamar kamu nyaman ya?? Hmm aku suka deh.." ucapnya dengan senyum sumringah. Namun Alfi hanya bersikap datar. Alfi duduk di sofa tanpa mempedulikan wanita itu. Sasha menepuk kasur di sebelahnya meminta Alfi untuk ikut berada di sana dengannya.
"Alfi... sini.. Kamu jangan diam aja donk." ucapnya antusias.
'Dasar wanita bar-bar! Dia mau main-main sama gue. Ok, ini kemauan lo dan gue akan mulai semua permainan ini. See bar-bar .. Lo sudah masuk ke kandang gue!' Batin Alfi
Alfi kemudian berjalan menghampiri Sasha ke ranjang dan duduk di sebelah cewek itu.
"Aku seneng deh kamu mau duduk di samping aku kayak gini." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di pundak Alfi.
'Gue gak! Dasar bar-bar!' Gerutunya dalam hati.
"Kok kamu diam aja Al??" tanyanya heran sembari menatap wajah Alfi yang datar.
"No prob.." Alfi kemudian mengambil minuman yang sudah dicampur racun olehnya dan memberikannya pada Sasha.
'Sebentar lagi hidup lo bakal kelar cewek bar-bar!'Batinnya
"Nih minum dulu..." ucapnya. Sasha menerimanya dan meneguknya hingga tersisa sedikit.
"Thanks..." ucapnya tersenyum. Alfi pun tersenyum smirk. Tiba-tiba Sasha merasakan sakit yang teramat pada perut dan kepalanya.
"Aw... Perutku sakit... Kepalaku juga.. Aw... Alfi.. To-tolongin a-aku.. I-ni sa-kit ba-nget.." ucapnya sambil menyentuh perut dan kepalanya.
Alfi hanya tersenyum licik tanpa berniat menolongnya.
"Alfi.. To-tolong.. Sa-kitttt..." ia pun tak sadarkan diri. Alfi memeriksa denyut nadi nya namun ternyata dia sudah meninggal.
"Finally 1 dari perusuh gue mati! " Ia kemudian menghubungi seseorang untuk menyingkirkan jenazah itu.
"Halo.. Lo ke kamar gue sekarang dan buang jauh-jauh mayat ini!"
"..."
"Good!"
Telepon End.
Ia segera membungkus tubuh Sasha ke dalam karung besar. Tak lama orang yang dihubungi Alfi datang.
"Sekarang lo buang mayat ini jauh-jauh! Jangan sampai ada yang tahu! Paham?!" tegasnya pada 2 orang itu.
"Paham pak!" kemudian Alfi menyerahkan uang kepada mereka.
"Buat kalian!"
"Baik pak.. Saya permisi.." Mereka berdua pun meninggalkan Alfi.
"Selesai! Gue tinggal susun rencana buat hancurin si Captain sialan itu! Tapi sebelumnya gue harus hancuri si dokter brengsek itu dulu! Kalian akan hancur satu-persatu." Ia tersenyum smirk.
......
Felix dan Ivi sedang menikmati dinner mereka di kamar hotel mereka. Besok mereka akan kembali ke Jakarta.
"Enak ya masakannya." puji Felix namun Ivi hanya diam.
"Isss masih ngambek hon??" tanyanya.
"Gak!"
"Yah kok gitu sih jawabnya? Harusnya tuh hari ini kita buat kenangan termanis disini karena besok kan kita sudah harus take off."
"Iya maaf..." selesainya
"Nah gitu donk.. Hmm aku jadi pengen terus di sisi kamu deh kalau tiap hari cicipi masakan kamu gini."
"Bohong!"
"Serius honey..."
"Gadak Bukti! Kamu aja lebih seneng di laut daripada di aku.." sindir nya
"Ya karena itu profesi aku hon.. Kan aku sudah janji bakal resign ntar."
"Ntar nya gatau kapan."
"Yaudah 2 tahun lagi deh aku resign ya.."
"Hmm..."
Felix menggenggam tangan Ivi.
"Jangan marah ya... Aku setia kok disana."
"Heleh! Bullshit.."
"Beneran honey.. Buktinya kamu gak pernah dengar kabar buruk soal pelayaran aku kan?"
"Hmm... Sudah siap kan makannya?"
"Sudah.."
"Yaudah aku mau packing barang-barang deh buat pulang."
"Aku bantu ya.." Ivi mengangguk. Selesai packing mereka segera beristirahat.
......
Kedua orang suruhan Alfi telah mengubur mayat Sasha di daerah yang sangat jauh dari pemukiman warga. Seperti di hutan namun bukan hutan. Begitulah pokoknya :v
"Kasihan bener ya nasib nih cewek.." ucap salah seorang pesuruh dengan Bahasa Inggris.
"Iya kasihan.. Zaman sekarang orang kalau dendam main bunuh aja.."
"Miris .."
......
Zayn kini sedang berkutik dengan berkas di RS. Ia sangat lelah karena tugasnya semakin hari semakin menumpuk.
"Banyak banget lagi berkas yang harus gue selesaikan. Malah besok pagi ada jadwal operasi. Sial!" umpatnya.
Drrrttt...
'Hans is calling you...'
Hans itu mata-mata Zayn ya guys..
"Halo bos.. Gue dengar besok mereka berdua take off.."
"Ok thanks info.. Cari terus info tentang mereka."
"Dan gue dengar mereka sering ribut kecil karena masalah pekerjaan Mr. Captain itu. Weekend ini dia bakal balik berlayar."
Zayn tersenyum smirk mendengar itu.
"Sudah gue duga kalau ini bakal terjadi. Lo terus awasi mereka."
"Ok bos. Gue tutup ya..."
"Sip.."
Telepon End.
"Gue harap profesi gue ini sesegera mungkin menjauhkan gue dari kesibukan laknat ini. Argh! Sial! Coba aja besok gak ada jadwal operasi, pasti gue bisa sedikit bermain-main dengan kepulangan mereka dari sini. Sial!" gerutuny kesal. Zayn segera merapikan berkas nya dan kembali ke hotel.
Saat tiba di hotel, ia berbaring dan memikirkan hal apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
"Apa yang bisa gue lakuin untuk sedikit membuat kapten sialan itu emosi? Hmm gue tahu. Sepertinya gue bisa ganggu mereka malam ini karena besok gak akan mungkin. Yups, tas dan hp itu." Zayn pun segera mengambil tas Ivi yang masih bersamanya dan memencet bel kamar Felix dan Ivi.
......
Calvin tengah berada di sebuah cafe menikmati sejuknya malam. Ia duduk di sudut cafe sendirian sembari menatap luar jendela.
"Apa kabar dengan dia ya? First love gue yang dulu sangat gue cintai dengan teganya khianati gue. Gue tahu gue emang masih terlalu muda waktu itu tapi kalau dia emang gak suka sama gue yang lebih mudah dari dia, kenapa dia terima gue dan akhirnya khianati gue? Gue gak nyangka cewek yang gue kira baik dengan sangat ternyata adalah sumber masalah buat gue. Ya Allah.. Kenapa Engkau mempertemukanku dengan dia kalau akhirnya aku yang sakit? Argh!" ia menjambak rambutnya frustasi. Calvin membuka galeri di hp nya dan menatap foto sepasang kekasih yang terlihat bahagia. Ya, di foto itu terdapat Calvin dengan First love nya.
"Gue rindu lo loser... Meskipun lo sudah khianati gue, tapi kenapa susah buat gue benci sama lo?! Lo! Argh!!" Ia menggeser foto selanjutnya dan menatap foto dirinya yang berpelukan dengan Ivi, kakak Iparnya.
"Lo beruntung Lix bisa dapatin cewek kayak Ivi. Semoga lo bisa jaga Ivi dengan sebaik mungkin. Dia cewek baik-baik dan pastinya setia... Ya Allah.. Kenapa setelah gue ketemu sama cewek yang baik tapi malah dia punya kakak gue sendiri? " Calvin memejamkan matanya menahan sakit di hatinya. Ia kembali menggeser foto berikut. Terlihat foto dirinya di tengah-tengah Felix dan Ivi saat di plaminan.
"So funny... " ucapnya tersenyum.
....
.
.
.
.
.
Finish....
Duh .... Gak donk.. Baru juga part 8. Menurut kalian story aku kali ini bagusnya sampai berapa part ya? Comment please... :)