webnovel

Part 5

Setelah 1 minggu menikah, hubungan keduanya baik-baik saja. Ivi yang kini tak lagi bekerja dan hanya menjadi seorang owner dari Kursus Bahasa Inggrisnya.

1 minggu lagi Felix akan kembali berlayar setelah cuti selama 1 bulan karena urusan pernikahan. Saat ini mereka sedang berbulan madu di negeri kangguru.

"Hon... 1 minggu lagi aku akan kembali berlayar. Aku harap kamu siap ya aku tinggal selama beberapa bulan ke depan." ucap Felix

"Siap gak siap sih.. Ya mau gimana lagi kan? Kerjaan kamu kan emang gitu." ucap Ivi dengan nada kecewa

"Maaf ya.. Aku gak bisa selalu ada disisi kamu. Tapi aku janji kok suatu hari nanti aku bakal resign jadi kapten.."

"Iyain aja.. Lagian belum jelas juga kan kapan kamu resign." ucap Ivi dengan nada ketus.

"Kamu jangan ngambek donk. Aku janji deh 2 sampai 3 tahun lagi aku bakal resign. Janji.."

"Gausah aja sekalian.."

"Kok gitu sih hon?"

"Gatau deh. Terserah kamu aja. Kamu kan slalu bener. Aku yang slalu salah dan aku juga yang harus selalu turutin kemauan kamu tanpa kamu mau turutin kemauan aku. Aku mau tidur. Capek..!" Ucap Ivi dan langsung berbaring di kasur. Ia berpura-pura tidur.

"Huuh... Yaudah maaf hon.. Saat ini aku belum bisa resign karena tugas aku belum selesai."

Namun Ivi hanya diam tak menanggapi. Felix ikut berbaring di samping Ivi dan mengusap kepalanya.

"Maafin aku ya karena selalu buat kamu sedih. Maafin aku yang gak bisa slalu di sisi kamu dan jagain kamu. Aku akan berusaha untuk lebih sering pulang nanti. Maaf.." Felix mengakhiri kalimatnya dengan mengecup kening Ivi. Mereka masuk ke dalam alam mimpi masing-masing.

#Side of Alfi

Seorang Alfi kali ini sedang melaksanakan tugasnya sebagai seorang nautika. Alfi Bravino, mantan kekasih seorang Relivia Zenata saat Ivi kuliah dahulu. Mereka memang tidak satu kampus namun mereka mulai berpacaran disaat Ivi mengejar pendidikan S1. Hubungan mereka kandas dikarenakan Ivi mendengar kabar bahwa Alfi mengkhianatinya. Alfi berhubungan dengan teman sekelas Alfi dibelakang Ivi. Mereka pernah berpacaran selama 1 tahun lebih. Alfi sedang beristirahat saat ini setelah pelayaran yang begitu panjang.

Ia duduk di tepi belakang kapal sambil menatap ombak laut.

"Relivia.. Gimana ya kabar dia sekarang? Apa dia sudah bisa maafin gue setelah kejadian lalu? Gue menyesal telah berkhianat. Maafkan aku vi.. Maaf.." gumam Alfi. Sebenarnya ia tidak ingin mengkhianati Ivi namun teman sekelasnya terus saja mendekati. Ya, wanita itu adalah Sasha. Sasha adalah perempuan licik yang berusaha merebut Alfi dari Ivi. Sasha juga saat ini 1 kapal dengan Alfi. Ia menghampiri Alfi yang sedang melamunkan Ivi. Ia gelendotan ditangan Alfi.

"Alfi.. Kamu ngelamunin apa sih?" ucap Sasha manja/kegatelan.

"Bukan urusan lo!"

"Tapi aku cinta sama kamu.. Kok kamu kayak gini sih sama aku? Salah aku apa?"

"Berisik lo!" Alfi meninggalkan Sasha. Ia menemui atasan dan meminta izin untuk mengambil cuti selama beberapa hari kedepan.

"Gue memang sudah harus pulang. Sudah hampir 2 tahun gue gak pulang. Huuh.." Gumamnya dan segera minta izin cuti.

Setelah semuanya selesai, ia pun segera memesan tiket pesawat secara online untuk pulang ke kampung halaman.

#Side of Zayn

Siapa sangka, ternyata Felix dan Ivi menginap di sebuah hotel yang saat ini menjadi tempat menginap Zayn. Zayn sedang ada tugas di RS dekat hotel tersebut, dikarenakan jarak apart nya yang jauh dari RS, Zayn memutuskan untuk menginap selama beberapa hari di hotel tersebut sampai urusannya selesai. Dan yang paling ekstrim adalah kamar mereka berdekatan. Hanya terhalang oleh 2 kamar saja. Jadi, no kamar Felix dan Ivi itu 205 dan Zayn 208. Ketiga orang tersebut belum menyadari hal demikian.

"Huuh... Sebenarnya gue malas banget sih tugas di RS itu. Sialan emang tuh tua bangka! Gue dipindahtugas terus sama dia." Zayn kemudian melirik nakas yang mana terdapat tas Ivi. Zayn mengambilnya dan membuka isinya. Hanya ada handphone dan sebuah notebook disana.

"Hmm gimana ya kabar Livia? Gue gak sabar banget nunggu kabar perpisahan dari mereka. Yayaya... Gue bakal terus pantau mereka dari sini. Oh ya gue belum cek info mereka berdua hari ini dari mata-mata gue." Zayn pun menghubungi seseorang.

'Halo...'

'...'

'Good. Cari tahu terus info tentang mereka."

Zayn menutup sambungan dan menunjukkan smirknya.

"Ternyata mereka juga berada di tempat ini. Memang Tuhan slalu berpihak padaku hahaha.." tawa iblis seorang Zayn keluar.

"Hmm... Sepertinya mencari tahu di kamar no berapa mereka menginap akan semakin seru.." Zayn melangkah keluar kamar menuju resepsionis hotel.

Saat tiba di resepsionis, ia mencari penginap atas nama keduanya. And, dia berhasil.

"Thanks for the information.."

"Your welcome sir.."

Zayn pun kembali ke kamarnya. Ia tersenyum smirk "ternyata kamar kita berdekatan Livia. It's okay aku akan segera memulai permainannya." Zayn keluar kamar membawa tas Livia dan mengetuk pintu kamar Felix dan Ivi.

Side of Zayn end.

Ivi dan Felix yang tengah tidur terganggu dengan ketukan pintu dari luar.

"Hoam... Siapa sih siang-siang gini ganggu aja?" ucap Felix saat bangun.

"Kamu cek deh aku masih ngantuk." ucap Ivi

"Ihh gak. Kita cek berdua supaya adil."

"Ishhh ..." kesal Ivi dan bangkit dengan malas. Mereka membuka pintu. Orang itu membelakangi mereka.

"Who are you?!" kesal Felix

Orang itu tersenyum smirk dan berbalik badan. Felix dan Ivi pun kaget.

"Za-Zayn!!"

"Lo!" Ucap Felix dan Ivi bersamaan. Ivi langsung menggenggam erat lengan Felix. Ia masih trauma akan kejadian waktu itu. Zayn yang melihat itu pun kembali tersenyum smirk karena ia tahu bahwa Ivi masih takut akan kejadian itu.

"Hai..." ucapnya enteng

Felix mengusap tangan Ivi yang menggenggam lengannya. Ia berusaha menenangkan Ivi.

"Ada aku hon.. Kamu gak usah khawatir." tenang Felix. Ivi hanya mengangguk.

"Ngapain lo kesini?!" tajam Felix

"Kapten slow.. Gausah ngegas.. Kita bisa bicarakan ini di dalam. Ayo.." ucapnya dengan senyum mengejek.

"Gak usah balaga begok deh lo!," Felix menatap apa yang dibawa Zayn. Ia melihat tas Ivi digenggaman lelaki itu.

"Balikin tas istri gue!" bentaknya

"Yaelah kapten selow donk selow... Ini juga gue mau balikin tas istri lo kok." Zayn menekan kata 'istri'.

"Sini!" Felix meminta tas itu. Zayn berpura-pura memberi tas itu namun pada saat Felix akan mengambilnya, ia menarik tas itu kembali.

"Sialan lo! Lo jangan main-main ya sama gue! Balikin atau gue pakai cara kekerasan!" hardik Felix. Ivi mengusap lengan Felix untuk menenangkannya.

"Honey.. Kamu jangan terpancing.. Sabar.." ucap Ivi lembut sambil mengusap lengan Felix. Felix balas mengusap tangan Ivi.

"Iya honey.. Maaf ya.." Ivi mengangguk.

'Sialan mereka! Pakai mesra-mesraan lagi di depan gue! Awas kalian!' batin Zayn.

"Santai bro.. Gue bakal balikin tas Livia asal..." Zayn sengaja menggantungkan Kalimatnya.

"Asal apa??!!" bentak Felix.

"Asal lo serahin dia ke gue cukup hari ini." smirknya.

"Honey.. Aku gak mau. Lebih baik aku kehilangan tas dan isinya daripada aku harus sama dia. Aku gak mau.." rengek Ivi

"Kamu tenang aja honey.. Aku gak akan pernah serahin kamu ke dia." Felix menggenggam tangan Ivi yang bertengger di lengannya.

"Bacot lo berdua!" emosi Zayn.

"Kok lo jadi sewot sih?" ledek Felix

"Awas lo! Gue gak akan pernah tinggal diam!" ancam Zayn dan meninggalkan keduanya. Zayn memasuki kamarnya dan mengumpat beberapa kata.

Sementara Felix dan Ivi kembali ke kamar mereka. Mereka tertawa puas melihat kekesalan Zayn.

"Honey.. Kamu pintar juga ya manas-manasi Zayn.. Hahah.." ucap Felix

"Padahal aku gak maksud manasi lho honey.. Aku bicara apa adanya kok.. Heheh tapi kalau dia kesel ya gapapa wkwk.." ucap Ivi

"Ternyata istri aku ini emang bener-bener lucu." ucap Felix sambil mencubit hidung Ivi.

"Isshhh... Hidung aku ntar pesek honey.."

"Emang pesek juga wlee.."

"Bodo ah aku gamau temenan sama kamu." cemberut Ivi dan membelakangi Felix.

"Hey.. Dosa lho kamu belakangi suami. Ntar kurang pahala kamu.." ledek Felix

Ivi cemberut dan menatap Felix kesal.

"Nah gitu donk.. Kamu gak boleh ya belakangi aku apalagi ngambek-ngambek, dosa kamu.."

"Iya iya.."

Felix menarik sudut kanan kiri bibir Ivi agar Ivi tersenyum.

"Senyumin suami dapat pahala lho..."

"Males!"

"Yaudah kalau gamau dapat pahala."

"Isshhh kamu nyebelin banget sih! Au ah aku mau keluar aja !"

Felix mencekal tangan Ivi.

"Aku gak izini ya kamu keluar sendiri apalagi disini ada si perusuh itu!"

"Hm.."

"Awas kalau kamu keluar tanpa sepengetahuan aku. Awas!"

"Iyaiya bawel banget sih!!!!"

Felix mencubit pipi kanan kiri Ivi dengan kencang.

"Sakit FELIX!!!!"

"Wleeee..."

Ivi cemberut dan pergi dari hadapan Felix. Ia menyalakan tv yang ada di kamar.

"Ciee ngambek ciee.." Felix menghampiri Ivi

"...."

"Ya Allah.. Istri hamba kok gini banget sih ngambeknya.. Jadi pengen cari yang baru!"

Ivi menginjak kaki Felix dengan kencang tanpa rasa bersalah.

"Aduh... Sakit hon.. Kamu tega banget sih sama aku.." rengek Felix

"Biarin! Sana-sana pergi! Katanya mau cari yang baru .. Yaudah pergi aja sana gausah balik lagi!" kesal Ivi

"Ya Allah honey gitu aja ngambek."

"Bodo bodo bodo ah... "

Felix mengambil tangan kanan Ivi dan meletakkannya di pipi nya.

"Jangan ngambek ya.. Iyadeh aku minta maaf yayayaya? Nanti kita jalan-jalan deh sekitar sini.." bujuk Felix

"Gak mau!"

"Aih.. Yaudah kita jalan-jalan terus kamu boleh beli apapun yang kamu mau. Serius.."

"Beneran ya boleh beli apapun yang aku mau? Awas bohong..!"

"Buset dah bisa bangkrut aku kalo gini." gumam Felix yang masih bisa di dengar oleh Ivi.

"Oh.. Gak ikhlas. Yaudah gak usah!"

"Iya sayang iya ikhlas kok pisss..."

Ivi bangkit "yuks...." semangatnya.

"Dasar ya cewek, kalo disuruh belanja aja sepuasnya nomor satu.."

"Biarin! Wlee.."

"Songong banget sih mbak.." Ivi tak menggubris. Ia segera mengganti pakaiannya.

Chapitre suivant