webnovel

Aiden Terheran-heran

Gelapnya malam menyelimuti seluruh jiwa raga. Dengan ditemani puluhan burung gagak yang sedari tadi berkicau mengisi sunyi senyap di hutan ini.

Ini adalah Kamis malam, tepat tanggal 8 Agustus 1129. Pada usia Aiden yang menginjak 21 tahun.

Aiden memakamkan jasad sang ayah sendirian. Tanpa adanya upacara dan persembahan. Tidak ada seorang yang dapat Aiden percaya sekarang.

Bahkan keluarganya sendiri.

Aiden tau, dia -Braeden pamannya, yang menyebabkan Ayahnya meregang nyawa dengan kondisi yang tidak manusiawi itu.

Bagaimana bisa Aiden tau? Semua berkat kalung berbandul batu safir itu.

Entah bagaimana bisa, Aiden pun juga tidak tau. Setelah mendapat kalung itu, Aiden seperti mendapat berkat dari Tuhan.

Seekor gagak memberitahunya. Seluruh kejadian yang sebenarnya.

Bagaimana ayahnya dibunuh dan bagaimana istana dibakar secara sengaja.

Dan karena hal itu membuat Aiden marah. Braeden telah membangkitkan sisi iblis di diri Aiden yang sama sekali tidak pernah terlihat selama ini.

Aiden. Dia tidak pernah menangis, bahkan saat kelahirannya pun, ia tidak menangis. Aiden, dia adalah batu bara api yang tidak pernah meredup bahkan jika terkena beribu liter air sekalipun.

Aiden yakin, tak lama lagi akan ada berita kematian sang raja dan pangerannya yang terbakar di dalam kastil. Sungguh ironis.

Aiden duduk termenung di bawah pohon besar. Ia mengamati kalung batu safir pemberian ayahnya. Entah kenapa, ia seperti merasa pulang.

Maksudnya pulang dalam artian yang berbeda. Ke tempat yang seharusnya ia berada, bukan diantara orang-orang bodoh seperti saat ini.

Oh, bahkan mereka menyebutnya iblis. Aiden tersenyum remeh.

Iblis, ya.

Aku seorang iblis? Maka akan aku tunjukan bagaimana sebenarnya seorang iblis bertindak.

Terlarut dalam pikirannya, Aiden tersentak ketika tiba-tiba muncul makhluk-makhluk kecil di sekelingnya.

Mereka itu apa?

Jika di perhatikan, mereka tampak seperti manusia biasa. Hanya saja yang membedakannya adalah, mereka kecil, memiliki sayap, dan telinganya runcing.

Aiden belum pernah mendapati makhluk ini sebelumnya.

Mereka menarik-narik Aiden. Ada yang menarik pakaiannya, tangannya, rambutnya, dan mindorongnya dari belakang. Memaksanya untuk bangkit.

"Kalian ini apa?" Aiden bertanya setelah berdiri tegak. Sementara makhluk kecil itu malah berteriak sambil menyeret Aiden untuk mengikuti mereka.

Suara mereka juga aneh, seperti kicauan burung -menurut Aiden.

"Kalian ingin membawaku kemana?" Tanya Aiden lalu dijawab dengan kicaun burung oleh mereka.

"Aku tidak mengerti bahasa kalian!" Aiden sedikit menyentak. Dan sepertinya mereka takut akan itu, terbukti dari bagaimana mereka melepaskan Aiden dan berpelukan satu sama lain.

Aiden menghela nafas berat, "Hey, aku tidak marah" Aiden melembutkan suaranya.

Dan seketika mereka berhamburan memeluk Aiden. Aiden terkekeh, mereka lucu.

Akhirnya Aiden mengikuti para makhluk kecil itu, berjalan untuk lebih masuk lagi kedalam hutan yang sangat gelap.

Hingga akhirnya sampai mereka di semak belukar yang sangat lebat. Aiden menyerngit tidak paham, kenapa mereka membawanya kemari?

Salah satu dari mereka terbang ke atas. Memetik satu ranting dari semak itu dan memutarnya, membentuk sebuah pola acak yang tidak Aiden mengerti. Makhluk kecil itu juga mengeluarkan kicauan burungnya.

Setelah itu, dia melemparkan ranting itu ke dalam semak. Tiba-tiba saja semak-semak itu bertranformasi menjadi sebuah gerbang dengan sendirinya.

Aiden ternganga. Wah, hebat sekali makhluk kecil itu.

Dan lagi, mereka menarik-narik Aiden untuk masuk kedalam sana, Aiden hanya menurut saja. Tempat apa ini?

Hutan ini ditumbuhi banyak sekali pohon beri berwarna biru dan pinus. Bunga-bunga yang ada juga sangat beragam, namun semua berwarna biru. Indah.

Dipertengahan jalan, Aiden berhenti. Ia menoleh kebelakang. Seperti ada sekelebat bayangan hitam melintas disana.

Para makhluk kecil itu juga menoleh, mereka juga merasakan hal yang sama. Hingga salah satu dari mereka berteriak, membuat yang lainnya juga ikut histeris.

/Wush/

Lagi, sekelebat bayangan itu muncul lagi. Apa itu?

"Pangeran Marcus!" Tiba-tiba saja ada seruan seorang perempuan yang muncul di balik pohon pinus. Perempuan itu sangat cantik dan anggun.

Seketika puluhan makhluk kecil itu diam. Tak lama setelah itu, mereka bersujud.

Siapa wanita itu? Apa dia seorang ratu? Melihat dari pakaian kebangsaan dan mahkotanya, Aiden menyimpulkannya.

Sekelebat bayangan itu masih berputar-putar di sekeliling Aiden.

"Pangeran Marcus! Berhentilah bermain-main!"

Merasa perintahnya tidak dituruti, wanita itu bertindak. Ia mencekik sekelebat bayangan itu. Menariknya dengan paksa.

Dan yang paling membuat Aiden tercengang adalah, bagaimana tangan wanita itu memanjang dengan sendirinya dan menangkap bayangan itu.

Wanita itu mencekik bayangan itu dan mengangkatnya tinggi-tinggi.

Bayangan hitam itu berubah menjadi sesosok pria dengan wajah yang putih cenderung pucat. Apakah mereka manusia? Tapi, kenapa tangan wanita itu dapat memanjang dan pria pucat tadi bisa berbentuk bayangan saja?

Mereka ini apa? Manusia tidak ada yang seperti ini, kan? Aiden masih tercengang. Selama ini ia hidup bersama manusia biasa.

"Uhuk! P-permai-surih, uhuk! l-lepash-kanh!" Pria pucat itu meronta-ronta dibalik cekikan wanita yang dipanggil permaisuri tadi.

Jadi dia seorang permaisuri?

"Aku sudah memperingatimu, pangeran," selepas itu, sang permaisuri itu melepaskan cengkramannya.

Dan pria itu yang dia maksud sebagai pangeran.

"Uhuk! Ah!" Pria pucat itu terbatuk-batuk karena cengkraman permaisuri barusan. Ia memegangi lehernya dan mengambil nafas dengan rakus.

Sungguh cengkraman permaisuri bukan main-main eratnya. Ia bisa saja kehabisan nafas lalu mati. Benar-benar tidak lucu.

"Pangeran Aiden," sang permaisuri memanggil Aiden. Sementara Aiden langsung menolehkan kepalanya, bagaiman dia tau siapa dirinya? Pikirnya.

Sang permaisuri terkekeh, lalu beliau berujar, "Kami semua mengenalmu, pangeran"

"B-bagaimana bisa? Maksudku, anda bisa membaca pikiranku?"

Permaisuri itu tidak menjawab pertanyaan Aiden. Tapi ia malah memperkenalkan dirinya.

"Namaku Casey, pangeran. Akulah yang memimpin negri ini."

"Dan aku Marcus! Pewaris tetap kerajaan ini!" Pria pucat itu menyahut. Aiden sempat terkejut saat pria bernama Marcus ini berseru.

/Puk/

"Siapa yang bilang jika kau pewaris tetap, hah?" Sang permaisuri memukul kepala pria pucat itu.

Sedangkan pangeran Marcus sedang mengelus kepalanya yang baru saja dipukul. Bibirnya mengerucut, ia merajuk.

"Elf, antarkan pengeran ke kastil" permaisuri Casey bertuah pada para makhluk-makhluk kecil. Jadi mereka elf? Peri maksudnya?

"Eits! Pangeran!" Sang Ratu tiba-tiba berseru sambil memegangi lengan Pengeram Marcus yang hendak beranjak.

Kenapa? Ya, karena pria pucat itu pasti akan berbuat ulah lagi.

"Ah, permaisuri tau saja, hehe" Parengan Marcus menggaruk tengkuknya. Sementara permaisuri Casey hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Permaisuri, ijinkan aku membawa Pangeran Aiden berkeliling dulu, ya?" Tambahnya. Permaisuri menghela nafas.

"Yasudah, terserah kau saja. Tapi kalian harus kembali sebelum matahari terbit."

"Siap!"

Seketika Pangeran Marcus menghilang bersama bayangan hitam sambil membawa Pangeran Aiden yang sedang terheran-heran.

Hah! Permaisuri Casey hendak beranjak. Namun melihat puluhan Elf yang masih bersujud, ia urung.

"Pulang lah, Elf. Persiapkan diri kalian untuk menyebut pangeran baru kalian." Setelah itu, permaisuri menghilang.

Elf kecil segera bangkit dan terbang untuk pulang ketempat mereka tinggal masing-masing.

Chapitre suivant