webnovel

Awal Perpecahan

Menjalani hidup sebagai single parents sudah menjadi hal biasa bagi Jin Seyeon. Dalam umurnya yang tergolong masih muda ini, ia telah memiliki satu anak laki-laki. Hidup berdua dengan putra kesayangannya tanpa adanya penyangga sudah cukup baginya.

Ia lebih memilih menjalani hidup seperti ini daripada hidup bersama si brengsek yang telah menghancurkan hidupnya.

Dia Park Jungsoo, lelaki brengsek yang menghamilinya lalu meninggalkannya. Seperti peribahasa habis manis sepah dibuang. Begitulah Seyeon diperlakukan, seperti sampah yang tidak ada harganya.

"Hyukjae, sedang apa?" Seyeon menghampiri Hyukjae yang sedang duduk manis di meja belajarnya. Sedang mencoret-coret kertas dengan pola-pola tertentu.

"Sedang membuat koreografi, Ma" jawab Hyukjae seadanya. Bahkan ia tidak menoleh ke arah Seyeon, masih fokus pada kertas-kertas didepannya.

Hyukjae itu seorang penari. Diantara teman-teman tarinya yang lain, ia termasuk unggul. Dia juga sering membuatkan koreografi untuk kelasnya.

"Sudah malam, sayang... Ayo tidur dulu, membuat koreografinya dilanjut besok saja" Seyeon mengelus sayang surai blonde Hyukjae, putra manja kesayangannya. Selagi masih bisa, pikirnya menerawang.

"Sebentar lagi, Ma" Hyukjae masih meneruskan pekerjaannya. Membuat beberapa baris pola lagi. Setelah itu ia merapikan alat tulisnya dan menyimpan hasil pekerjaannya –menyelipkan kertas itu dibawah tumpukan buku.

Hyukjae bergegas menuju kasur dimana ada Seyeon yang duduk disana –menunggu Hyukjae selesai dengan tugasnya.

Hyukjae menarik selimut awannya sebatas dada. Seyeon juga ikut berbaring di samping Hyukjae dan mulai menepuk-nepuk pelan pantat Hyukjae. Tak lupa ia juga mengecup pipi dan kening sang anak tercintanya.

Sungguh Seyeon sangat bahagia dengan kehidupannya sekarang. Dengan hadirnya Hyukjae sebagai penyemangat dan penghiburnya. Lalu bagaimana bisa ia hidup tanpa Hyukjae nantinya?

Tolong jangan ingatkan Seyeon tengang kejadian malam itu. Jika bisa ia mengulang waktu, ia tidak akan pernah mau menerima bantuan dari 'dia' dan menyetujui perjanjian konyol yang sungguh akan ia sesali selama sisa hidupnya.

THE DEMON

Writer by : Deeta

Warn!

BxB

AU

Fantasi, Romance, Horor

Enjoy reading^^

Suatu hari, Raja Olystram mulai sakit-sakitan. Ia kemudian menuding salah satu putranya untuk menggantikan tahtanya sebagai raja. Sang raja menyatakan Torin sebagai raja baru dari Olystram.

Dan mulai saat itu, terjadilah perpecahan diantara keluarga kerajaan. Braeden tidak terima jika Torin diangkat menjadi raja.

Kenapa bisa? Bukankah Braeden adalah anak tertuanya? Tapi kenapa Torin yang diangkat menjadi raja? Apa karena Torin sudah menikah dan memiliki anak? Namun sama saja, Caitriona bahkan sudah mati! Kerajaan tidak akan mempunyai permaisuri, karena Torin tidak mau punya istri lagi.

Ini tidak adil untuk Braeden!

Dan disitulah terungkap fakta bahwa putra tertua di Olystram Kingdom bukanlah anak kandung dari sang raja dan ratu.

Saat itu sang raja dan ratu sedang dalam perjalanan pulang setelah menghadiri perjamuan di kerajaan tetangga. Mereka menemukan bayi laki-laki yang menangis dibawah pohon yang terletak di lembah hutan yang sangat gelap.

Sang ratu jatuh cinta pada bayi laki-laki itu. Ia meminta suaminya –sang raja untuk mengangkat bayi itu menjadi anaknya.

Dan sang raja setuju. Mereka yang saat itu belum dianugerahi anak karena sang ratu divonis susah memiliki keturunan, merasa senang dengan kehadiran sang bayi kecil.

Sang raja menamai bayi itu dengan Braeden, yang dalam bahasa Irlandia berarti dari lembah yang gelap.

Raja dan ratu merawat Braeden dengan sangat baik. Mereka memanjakan Braeden seperti anak kandungnya sendiri.

Hingga beberapa tahun kemudian sang ratu dinyatakan hamil lalu melahirkan. Dialah sang pangeran sebenarnya, pangeran yang pantas memegang kekuasaan atas Olystram Kingdom kelak. Dia adalah Torin, yang dalam bahasa Irlandia berarti pemimpin.

Namun, setelah mengetahui bahwa ia bukanlah keturunan dari kerajaan, tak membuat ambisi Braeden menyurut. Braeden telah buta sebab kasih sayang dan harta melimpah di kerajaan. Ia tidak mungkin melepaskannya begitu saja.

Meskipun harus dengan pertumpahan darah sekalipun.

Tepat setelah penobatan Torin sebagai raja dan Aiden sebagai pangeran mahkota, sang raja permaisurinya otomatis turun tahta. Mereka mengasingkan diri di hutan. Memulai hidup tentram tanpa beban pemerintahan dan berserah diri pada Tuhan.

Setelah kepergian ayah dan ibu angkatnya, Braeden mulai meluncurkan aksinya. Ia menggunakan berbagai cara untuk menjatuhkan Torin.

Mulai dari memfitnahnya, ingin membunuhnya, bahkan mengumbar rahasia keluarga yang hingga saat ini ditutup rapat. Yaitu tentang identitas Pangeran Mahkota Aiden –yang bahwasanya adalah iblis.

Torin sangat menyayangi putra kecilnya, dia adalah satu-satunya peninggalan dari Caitriona yang sangat berharga. Aiden, sang api kecilnya.

Dia akan selalu mengingat apa yang Caitriona katakan sebelum raganya hancur melebur tersapu angin malam itu.

"Jaga anakku, seperti kau menjagaku. Sayangi anakku, sebagaiman kau menyayangiku. Rawat anakku dengan tulus. Dia adalah satu-satunya yang kutitipkan padamu. Selamat tinggal Torin, beri nama anakku dengan Aiden, api kecilku yang selalu membara." Dan setelah mengatakan itu semua, raga Caitriona meluruh, tak membiarkan Torin menjawab pernyataan tersebut.

Torin menggendong anaknya yang masih berlumuran darah. Anaknya tidak menangis seperti kebanyakan bayi biasanya. Anak itu terlihat membara, persis seperti yang Caitriona katakan. Dialah Aiden, sang iblis kecil Olystram Kingdom.

Berita tentang lahirnya iblis di Olystram sangat di tutup rapat-rapat oleh keluarga kerajaan. Hanya pihak keluarga, beberapa pelayan dan penjaga yang mengetahui hal tersebut.

Namun, serapi-rapinya menyimpan bangkai, pasti akan tercium juga. Berita itu tersebar luas bahkan terdengar hingga kerajaan seberang.

Siapapun yang berani menyebarkan berita tersebut, tidak segan-segan untuk di penggal kepalanya.

Namun apakah benar hukuman itu diberlakukan? Apa jika para petinggi yang menyebarkan berita itu, mereka juga akan dipenggal? Jawabannya adalah tidak!

Peraturan memanglah peraturan, dia yang bersalah akan di hukum. Namun hal itu hanya terjadi pada mereka yang lemah. Tidak miliki kekuasaan dan tidak bisa melawan.

Sementara mereka yang berkuasa selalu benar. Mereka selalu berbuat semaunya tanpa memikirkan konsekuensi dari perbuatannya. Untuk apa? Toh mereka tidak akan mendapat pengadilan.

Begitulah kejamnya kehidupan. Sesuai dengan hukum alam, siapa yang kuat dia yang menang.

Benar-benar tidak adil!

Dan yah, Braeden lah yang telah menyebarkan fakta dari sang pangeran mahkota mereka.

Hal itu membuat masyarakat risau, takut, dan khawatir. Tentu saja! Pangeran mahkota mereka adalah seorang iblis!

Mereka ingin Pangeran Aiden dibunuh. Tapi mereka juga takut padanya. Tak menyangka pangeran mereka yang sangat tampan dan periang ternyata bukanlah seorang manusia tulen.

"Bagaimana Hyukjae? Apa koreografi nya sudah selesai?" Itu guru pelatih Hyukjae yang bertanya. Karena kemarin Hyukjae sanggup untuk membuatkan koreografi tari kelasnya.

Yah, mereka akan mengikuti lomba. Dan Hyukjae sangat bangga bisa menyumbangkan idenya.

"Sudah, Pak" Hyukjae mengeluarkan kertas yang semalam ia coret-coret. Bapak pelatih menerimanya dan tersenyum, "Bagus, Hyukjae. Kau bisa melatih teman-teman yang lain sesuai dengan koreo ini," pelatih itu mengembalikan kertas koreo pada Hyukjae.

"Baik, Pak" lalu sang pelatih duduk di sudut ruangan melihat anak didiknya berlatih.

(Enak ya jadi guru:) /Plak/

"Cho Kyuhyun!" Hyukjae memanggil salah satu temannya yang sedang mengobrol untuk mendekat. Ia melambai tangannya pada pria itu.

"Ya? Ada apa?" Tanya pria pucat bernama Cho Kyuhyun yang baru saja dipanggil oleh Hyukjae.

Hyukjae menyerahkan kertas koreografi pada Kyuhyun, "Lihat ini baik-baik, kali ini kau yang akan jadi penari utamanya. Kau juga akan melalukan tarian solo ditengah-tengah nantinya," Hyukjae menjelaskan sambil menunjuk-nunjuk pola koreografi ditangan Kyuhyun.

"Tidak mau!" Tolak Kyuhyun mentah-mentah. Ia menyerahkan kembali kertas itu pada Hyukjae.

"Ayolah, Kyu. Kali ini saja" Hyukjae masih mencoba merayunya. Namun pria pucat itu masih kukuh dengan pendiriannya.

"Tidak, Hyuk! Kau saja, lah. Biasanya juga kau yang melakukannya,"

"Kyu, aku membuat kau menjadi penari utama bukan tanpa alasan. Aku ingin kau lebih maju dari aku, lagipula kau kan juga baru saja menang olimpiade matematika. Hitung-hitung sebagai hadiah dari kemenanganmu"

"Hadiah katamu?! Aku malah merasa sepeti mendapat hukuman, kau tahu?!" Kyuhyun menyentak. Pria pucat nan dingin itu benar-benar tidak mau menjadi penari utama.

Pria pucat nan dingin, maksudnya benar-benar pucat dan dingin. Wajahnya benar-benar pucat dan badannya dingin, begitu pula hatinya. Sedingin es balok.

"Yaampun, Kyu. Tidak usah berlebihan, kau tinggal menari saja apa susahnya, sih"

"Hyuk, tarianku memang bagus. Tapi tidak sebagus tarianmu. Aku takut mengecewakan"

"Tak apa, Kyu. Kau coba dulu saja"

"Fine!" Akhirnya.

"Tapi kau harus membayarnya" lanjutnya.

"Apa itu?" Tanya Hyukjae penasaran. Sementara Kyuhyun menyeringai tipis disana.

Chapitre suivant