Gabriel langsung duduk di atas ayunan sambil menerima terpaan angin malam yang sejuk membuat rambutnya bergerak tersapu oleh angin.
"Rei, sini duduk. Ngapain berdiri aja disitu." Senyum Gabriel memanggil Reiver yang hanya berdiri melihat sang master.
Reiver mengangguk dan duduk di depan Gabriel, ia duduk bersandar menikmati angin malam dan rambutnya yang berwarna pirang teurai dengan indahnya.
"Master, apakah aku boleh bertanya sesuatu ?" Reiver memainkan jemarinya.
"Tentu boleh, mau nanya apa ?" Gabriel membenarkan duduknya.
"Em maaf banget, tapi bagaimana rasanya punya orangtua ?" Reiver menyengir lebar.
"Heh ? Kenapa kamu bilang begitu ?" Gabriel menaikkan alis matanya.
"Gak apa-apa sih master, Cuma mau aja." Reiver menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com