Ini sudah beberapa hari setelah pertemuan itu. Almero berfikir untuk mengajak Callista pergi kerumah orangtuanya, hari itu Almero memang pergi kesana dan memita restu, mereka sangat menyetujuinya dan ingin langsung bertemu dengan Callista. Untuk itu Almero memutuskan untuk membawa Callista kerumah kedua orangtuanya hari ini.
Almero mendapat informasi dari Harry bahwa Callista saat ini masih berada dikampus, jadi dia memutuskan untuk pergi ke kampus Callista.
Setelah beberapa menit ia berkendara. Mobil yang dia tumpangi sudah berada dilingkungan kampus. dia memutuskan untuk keluar dari mobil, tak disangka semua orang yang tengah melintas dan berjalan terus menurus mentapnya, bahkan ada juga yang sengaja memotret dirinya.
Almero pikir jika ada yang salah dari dirinya, dia melirik penampilannya. Namun tidak aneh sama sekali, dia hanya memakai kemeja warna putih polos serta jas berwarna biru tua sama halnya dengan celana yang dia pakai warna serta modelnya sama.
Callista dan Bella yang saat itu tengah berjalan, tampak bingung dengan kerumunan orang-orang. Namun Callista tidak begitu peduli dengan itu, lain halnya dengan Bella dia malah berjalan cepat menuju kerumunan tersebut. Tak lama Bella berlari kembali lagi menuju Callista.
"Kenapa kau berlari, ada apa?"
Dengan nafas yang masih tersenggal-senggal Bella menunjuk kerumunan itu
"Disana ada ..."
"Ada apa?"
"Ada Almero" ucapnya
Callista terkejut mendengarnya, untuk apa dia datang ke kampusnya "Apa kau bilang?" Tanyanya lagi memastikan.
"Disana ada Almero, Callista. Aku pikir dia ingin menemuimu, karena tadi Harry bertanya padaku sedang dimana Aku dan kau"
"Untuk apa dia ingin menemuiku"
"Aku tidak tau. Sudah sana pergi temui dia" Bella
sedikit mendorong Callista agar pergi kepada Almero.
***
Almero masih berdiri didekat mobilnya, dia berusaha mengacuhkan semua orang-orang yang kini tengah menatapnya. dia mengedarkan pandangannya mencari Callista. Dan kini pandanganya berfokus pada wanita yang tengah berjalan kearahnya. Siapa lagi jika bukan Callista. Almero melambaikan tangannya, Semua orang yang melihatnya bersorak senang, menyangka jika mereka mendapat lambaian tangan Almero.
Callista sudah berdiri didepannya "Kenapa kau kesini?" ucapnya.
"Aku akan memberitahumu nanti, sekarang masuklah kedalam mobil. Disini sangat ramai" ucapnya
Callista menoleh meihat semua tatap orang-orang yang mungkin bertanya-tanya siapa yang tengah bersamanya.
"Baiklah" Callista memutuskan untuk masuk kedalam mobil Almero. Begitu pun dengan Almero dia juga masuk kedalam mobil dan segera menyalakan mesinnya.
"Ada apa?"Tanya Callista setelah mobil yang mereka tumpangi melaju.
"Kedua orangtuaku ingin bertemu denganmu" ucapnya
"YA!!! APA KAU BILANG?" Teriaknya
"Tidak usah berteriak, aku mendengarnya"
"Kenapa kau tidak bilang. Aku sama sekali belum siap bertemu dengan orangtuamu"
"Lalu aku harus bilang bagaimana? Aku bahkan tidak mempunyai nomor ponselmu"
"Kau kan bisa memberitahuku lewat temanmu itu Harry dan dia akan menyampaikannya kepada Bella"
"Aku tidak berfikir sampai situ"
"Lalu aku harus bagaimana?" ucapnya kesal.
"Bagaimana apanya?"
"Aku harus berbicara apa pada orangtuamu?"
"Kau hanya perlu berbicara sewajarnya saja"
Callista diam. Dia sangat kesal, kenapa harinya selalu buruk.
"Pernikahan kita akan berlangsung sekitar satu minggu lagi, Jika bukan sekarang kau bertemu dengan orangtuaku kapan lagi? Apa harus pada hari pernikahan? Itu sangat tidak lucu bukan" jelasnya.
"Ya ya ya terserah padamu. Sekarang mana ponselmu? Aku akan mencatat nomorku. Lain kali jika ada apa-apa sebaiknya hubungi aku dulu"
Almero menyerahkan ponselnya pada Callista, dan Callista menerimanya, dia kemudian menyimpan nomornya diponsel Almero.
"Aku sudah menyimpannya"
"Baiklah"
***
Mereka berdua sudah sampai, Callista masih berdiam didalam mobil, begitu juga dengan Almero dia masih menunggu Callista keluar dari Mobil.
"Tunggu apa lagi? Sebaiknya kita turun"
"Tunggu dulu. Kenapa kau tidak mengerti dengan perasaanku, Aku sangat tidak baik-baik saja saat ini. Aku bingung dan juga gugup"
"Kau hanya perlu bicara jika mereka bertanya. Mereka sama sekali tidak mengigitmu. Kemarin aku juga melakukan hal sama saat Ayahmu berbicara bahkan aku berbohong pada mereka"
"Itu berbeda dengan sekarang" kesalnya.
"Lalu bedanya apa?"
"Sudahlah aku semakin kesal berbicara denganmu" Callista segera turun dari mobil, dia mengambil nafas sejenak mencoba mengatur nafasnya. Almero yang melihat itu hanya tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia lantas berjalan mendahului Callista.
"Tunggu aku" Callista langsung menyusul Almero yang berjalan didepannya.
Suasana rumah telihat sangat sepi seperti tidak ada kehidupan. Mungkin karena memang terlalu besar hinggia Callista saja sangat kagum dengan desain serta isi rumah orangtua Almero.
"Kalian sudah datang rupanya" ucap seseorang yang tak lain adalah Ibu dari Almero.
Seketika Callista membeku, dia tak tau harus memasang ekspersi wajah bagaimana.
"Mari duduk" ucap Nyonya Rich
Almero maupun Callista mereka menuruti perkataan Nyonya Rich.
"Ternyata kau sangat cantik dari dugaanku, aku sangat senang"
Callista hanya mampu tersenyum, Keringat dingin mulai muncul dia tak tau harus bagaimana.
"Ohh iya aku lupa memberi kalian minum. Bibi tolong ambilkan minum untuk mereka" teriaknya.
"Mom, apa Dad belum pulang?" Tanya Almero.
"Dia sebentar lagi akan pulang, mungkin masih dalam perjalanan" ucapnya.
Nyonya Rich kembali menatap Callista yang terus saja menunduk.
"Apa kau masih kuliah?"
Callista langsung mengangkat kepalanya. dia menatap Nyonya Rich "Iya"
"Lalu jurusan apa yang kau pilih?"
"Aku mengambil jurusan Bisnis"
"Wahhh itu hal yang baik. Nanti jika kau sudah lulus, kau bisa membantu Almero dikantor"
Nyonya Rich terlihat sangat senang, dia tak menyangka jika putranya telah lama menyukai gadis cantik seperti Callista.
Callista lagi-lagi hanya mampu tersenyum kikuk. Almero yang dari tadi menantap Callista tak mampu menyembunyikan senyumnya. Rasanya saat ini dia tengah bermimpi, bisa menikah dengan gadis pilihannya.
"Mulai hari ini kau bisa memanggiku Mom. Sebentar lagi kau akan menjadi menantuku. Aku sangat senang sekali"
Callista tampak terkejut namun dia sama sekali tak bisa menyangkal itu semua. dia sadar bahwa dirinya sebentar lagi akan menjadi istri dari seorang Amero Brian Rich.
Obrolan mereka berlanjut dengan suasana agak canggung. Namun yang perlu dia syukuri adalah keluarga Almero tidak begitu buruk mereka malah sangat baik. Bahkan saat kedatangan Ayah Almero, Callista pikir suasana akan menjadi tegang namun nyatanya tidak, Ayah Almero sangat baik serta lucu.
***
Mereka saat ini tengah berada didepan rumah Callista. Ya setelah pertemuan Callista dengan keluarga Almero. Mereka masih berdiam didalam mobil. Callista sama sekali tak berniat turun. Ada hal yang harus dia sampaikan pada Almero.
"Apa aku boleh meminta suatu hal padamu. Aku tau ini sangat tidak sopan, terlebih lagi Kau sudah menyelamatkan perusahaan orangtuaku. Tapi aku juga tidak menginginkan ini"
"Meminta apa?" Tanya Almero.
"Aku ingin pernikahan dilakukan dengan mengundang orang-orang terdekat saja. Bukannya aku tidak ingin semua orang mengetahui pernikahanku, hanya saja saat ini aku hanya ingin fokus dengan kuliahku dulu. Terlebih lagi kau adalah seorang CEO diPerusahaan, aku tidak ingin menjadi sorotan orang-orang" jelasnya.
Callista melirik Almero masih terdiam. dia bingung apakah Almero tidak menerima itu?
"Jika kau merasa keberatan itu tidak apa-apa"
"Baiklah jika itu maumu. Aku akan menurutinya dan mencoba berbicara pada keluargaku"
Sejujurnya Almero sangat ini mereka semua tau tentang pernikahanya. Namun jika melihat kondisi Callista yang memang terbilang terpaksa melakukan pernikahan membuat Almero berfikir lagi. Setidaknya dia tidak ingin membuat Callista merasa tertekan.
Callista senang mendengar itu "Terimakasih"
Almero tersenyum, dia menganggukkan kepalanya singkat.
"Baiklah aku akan langsung turun. Hati-hati" setelah mengucapkan itu Callista langsung turun dari mobil.