webnovel

RASA SAKIT TERBESAR (2)

"Pacar?" kata Pete. Matanya memandang gue jiji.

Astaga, tatapan macam apa itu? Di saat seperti ini masih sempat sempatnya gue sakit hati karena Pete.

Mereka berdua ketawa.

"Ah iya. Bukan pacar. Cuman umpan, ya, ga, bro?" kata salah satu dari mereka lalu kembali ketawa.

Umpan?

Gue semakin ga mengerti apa yang diomongin sama mereka.

Maksudnya selama ini Pete jadiin gue umpan?

Atau pura-pura pacaran yang gue lakuin hampir satu minggu sama Pete itu yang dimaksud sama umpannya? Jadi Pete emang ga suka sama gue, tapi bersikap seolah olah suka sama gue untuk menjalankan hal ga jelas kaya gini?

Pete masih diam. Matanya menatap datar ke gue. Atau lebih tepatnya ke luka di muka dan di siku gue, juga rambut gue yang lagi ditarik.

"Kalian apain dia?" tanya Pete terdengar santai. Tapi ga tau kenapa, gue merasa Pete cukup khawatir sama gue. Plak! Mungkin cuman gue aja yang mimpi.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com

Chapitre suivant