webnovel

Chapter 28

Setelah Akeno melangkah masuk kedalam portal hembusan angin kencang menerpanya. Rambut hitam indahnya terombang ambing oleh angin. Sinar matahari menyorot ke matanya yang mana sedikit membuat dia menyipitkan mata. Setelah beberapa detik menyesuaikan dengan cahaya, Akeno akhirnya melihat sekililing. Dia saat ini berada disebuah bangunan tinggi yang mana bisa melihat seluruh kerajaan.

Melihat pemandangan didepannya Akeno ternganga tidak percaya. Rahangnya hampir mencapai lantai. Ibunya yang melihat Akeno seperti itu terkikik pelan.

"Bagaimana indah bukan?"

"A-aku tidak bisa berkata-kata lagi" Akeno menjawab dengan nada takjub.

Dia memastikan bahwa apa yang dia lihat bukanlah ilusi semata melainkan kenyataan. Akeno melihat banyak pulau terapung sejauh mata memandang. Dengan daratan yang dibagi menjadi empat tembok. Dia merasa sedang berada di abad pertengahan, tapi dengan sentuhan modern.

Tapi itu belum semuanya dia hampir terkena serangan jantung ketika melihat kawanan naga dan ribuan burung dengan api disekitarnya. Phoenix !!!

"Naga dan juga Phoenix !! Bagaimana ini bisa terjadi?! Bukankan phoenix telah punah? Tapi disini aku dapat melihatnya bagaikan burung merpati !!" Akeno berkata dengan tidak percaya.

"Fufufu~ sudah kubilang suami baru ku adalah orang hebat"

"Hum !! Hum !! Ayah adalah yang terhebat" Akane menimpali perkataan ibunya.

Shuri yang mendengar perkataan putri bungsunya segera mencium pipi manisnya yang mana membuat dia terkikik.

Akeno yang melihat ini tidak bisa tidak merasakan sedikit perasaan aneh di hatinya. Iri? Bahagia? Penasaran? Dia tidak tahu.

Shuri menyadari bahwa Akeno seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Jadi dia membisikkan sesuatu pada Akane yang membuatnya tersenyum secerah matahari.

Turun dari gendongan ibunya, Akane berjalan mendekat pada Akeno yang saat ini masih terlihat seperti hilang akal. Setelah dia dekat dengan Akeno, Akane menarik narik roknya dan Akeno segera sadar dan melihat ke bawah. Hanya melihat bahwa adik barunya sedang tersenyum seterang matahari yang membuatnya meleleh.

"Nee-chan jangan bersedih kita akan bersama selamanya sebagai keluarga !!" Akane berkata dengan nada serius yang malah membuatnya tambah manis dan lucu.

Akeno tersentak kaget untuk sementara dan beberapa saat kemudia tersenyum cerah. Menggendong Akane, Akeno melihat ibunya yang sedang melihat mereka dengan senyum hangat.

"Ibu ayo pergi, sepertinya aku perlu menyapa banyak orang" Akeno berkata dengan senyum cerah di wajahnya.

Shuri hanya mengangguk sambil ternseyum, tapi apa yang tidak Akeno ketahui adalah bahwa senyum itu berarti lain bagi Shuri.

'Fufu~ Aku tidak sabar ketika Suami memakan kita berdua. Ahhnn~ membayangkannya sudah membuatku basah- Ups !! Tahan Shuri..masih ada Akane disekitar. Fufufu~ aku ingin tahu apa yang sedang dilakukan suami' Shuri berkata dalam hati sambil terus memandu Akeno berjalan menuju Istana.

....

..

.

Sedangkan ketika Akeno yang saat ini sedang disambut meriah tidak mengetahui bahwa orang yang dia kenal sebagai gadis paling lugu dan polos saat ini sedang mengendarai anaconda Eros yang mengamuk.

Asia dapat dilihat sedang menggoyangkan pinggannya ke atas ke bawah dengan cepat dengan lidah yang terkulai keluar. Matanya juling efek dari kenikmatan yang dia terima. Sedangkan Eros sedang berbaring di dengan santai.

Setelah beberapa saat Eros menembakkan bebannya dan Asia jatuh terkulai pingsan. Eros bangkit dan melemparkan sihir pembersih lalu membaringkan Asia dan menutupi tubuhnya dengan selimut. Mengecup dengan lembut pada bibirnya, Asia tersenyum cerah dan tidur dengan damai.

Meregangkan tubuhnya Eros segera keluar dari kamar itu dan bertelportasi.

Tempat Eros muncul disebut sarang naga, ini berada disebuah pegunungan dibelakang istananya. Meski ini disebut sarang naga tapi kenyataannya ini berupa lembah yang kelilingi padang rumput yang indah. Energi disekitar lembah ini sangat padat karena banyak naga kuat yang hidup disini.

Berjalan lurus banyak naga yang menyapanya. Sampai ketika Eros melihat tiga sosok naga kecil yang terbang kearahnya hampir secepat kecepatan cahaya.

Dan benar saja ketiga naga kecil itu menabrak kepala Eros yang membuatnya jatuh. Tapi itu tidak membuatnya kesal malahan tersenyum hangat saat mereka mulai menjilati wajah Eros.

"Hahaha hentikan kalian anak-anak" Eros berkata sambil bangkit dan mulai menepuk nepuk kepala ketiga anak naga.

"Jadi Milim, Verlzard, Velgrynd dimana ibu kalian?" Eros berkata sambil terus menepuk kepala mereka.

"Mnhh ghh gkgk" Milim berkata dengan nada penuh semangat. Meski orang biasa hanya akan mendengar suara geraman dan rengekan dari Milim. Tapi berbeda bagi Eros yang merupakan ayah mereka. Dia dapat mengerti setiap perkataan putri-putrinya.

"Hmm ? Dia masih disarangnya? *sigh* apa yang harus kulakukan pada ibu kalian yang malas?"

Velzard dan Velgrynd hanya menunduk sedih. Mereka mengerti bahwa ibu mereka akhir-akhir ini menjadi seperti Neet. Meski mereka masih kecil tapi IQ mereka tinggi, mereka dapat memahami apa yang terjadi disekitar mereka. Berbeda dengan Milim yang dipikirannya hanya teridiri dari Ayahnya, Ibunya dan BERMAIN. Jadi sebagai kakak Milim, Velzard dan Velgrynd harus melindungi dia.

"Ayo kita temui ibu kalian. Aku berpikir apa aku perlu mengajak ibu kalian, Ophis, untuk pergi berpetualangan?" Eros berkatan sambil berjalan bersama ketiga naga kecil yang saat ini sedang terbang mengitarinya.

Ketiga naga itu berteriak girang ketika mendengar kata petualangan dari ayah mereka. Eros menyadari ini dan berkata bahwa dia juga akan mengajak mereka.

Akhirnya Eros terus berjalan menuju sarang tempat dimana Ophis hidup sebagai Neet bersama ketiga putrinya.

...

..

.

Saat Eros sedang dalam misi menyelamatkan salah satu istrinya dari kehidupan Neet, jauh di alam semesta lain seorang wanita canti berambut coklat panjang sedang berbincang bersama tiga gadis.

Satu hari telah berlalu sejak mereka pulang dari perjalanan mereka. Saat ini mereka sedang melihat-lihat hasil cetakan foto yang mereka ambil.

Seorang gadis berambut biru pendek mengeluh tentang sesuatu.

"Ini tidak adil."

Gadis berambut coklat pendek itu melihat ke arah temannya. Dapat dikatan bahwa gadis ini merupakan adik dari gadis berambut coklat panjang dilihat dari kemiripan mereka.

"Apa maksudmu?"

"Pestam minum"

"....."

"Hanya para cowok yang menikamti pesta kemarin" Gadis berambut biru itu mengeluh kesal.

Gadis montoh dengan rambut ikal ungu terkekeh pelan.

"Benar juga yah"

"Azusa ikutan mereka ju-?" Gadis berambut coklat panjang akan bertanya pada gadis berambut ikal ungu yang bernama Azusa, ketika dia merasakan sedikit mual.

"Ughh.."

"Nee-chan apa kamu baik baik saja?" Gadis berambut coklat pendek bertanya dengan khawatir melihat kakak perempuannya.

"Sepertinya aku sedikit tidak enak badan Chisa chan"

"Nanaka apa kamu masuk angin?" Azusa bertanya pada sahabatnya ini.

"Tidak perlu khawatir Azusa aku tidak apa-"

Nanaka tidak bisa menyelesaikan perkataannya ketika dia jatuh pingsan. Ketiga gadis yang berada didekatnya segera panik.

"Aina !! Panggil Iori dan Kouhei cepat, beritahu mereka untuk menelpon ambulan!!" Azusa melihat ini sangat khawatir. Karena dia jelas mengetahui bahwa Nanaka jarang sakit, apalagi pingsan begini.

Gadis berambut biru yang dipanggil Aina, menyadari bahwa situasinya gawat. Dia segera berlari kebawah untuk memanggil bantuan.

Chisa melihat kakaknya, khawatir.

"Tenang Chisa chan, kamu tidak akan terjadi apa-apa pada Nanaka" Azusa mencoba menenangkan adik sahabatnya.

"Uhmm" Chisa hanya mengangguk.

Segera pintu kamar terbuka dan banyak pria kekar yang dipimpin oleh dua remaja berambut hitam dan pirang.

"Apa yang terjadi dengan Nanaka-Nee ?!"

"Ambulans akan segera tiba"

"Terimkasih Kouhei, dan Iori tidak ada waktu untuk menjelaskan cepat bawa Nanaka ke bawah," Azusa memerintahkan Iori untuk membawa Nanaka.

Tidak ada yang membantah, mereka menyadari bahwa situasi menjadi tegang.

Segera suara ambulan terdengar dan mereka pergi menujur rumah sakit.

Setelah beberapa waktu Nanaka membuka matanya. Dia menyadari bahwa dia tidak berada dikamarnya ataupun rumahnya. Sedikit bergerak untuk bangung tapi segera dia dipeluk oleh adiknya.

"Nee-chan !!!"

"Ohh Chisa-chan, kenapa kamu menangis? Dimana ini?" Nanakan berkata pada adiknya yang saat ini sedang memeluknya dengan erat.

Melihat sekiling ternyata tidak hanya Chisa, tapi semua orang berada disini. Azusa memutuskan untuk menjawab Nanaka.

"Saat ini kami sedang berada di rumah sakit, kamu tadi jatuh pingsan kami panik dan hanya membawamu kesini"

"Ehm Nanaka-nee apa kamu sudah baikan? Apa yang sebenarnya terjadi?" Iori bertanya dengan khawatir.

"Mmm aku juga tidak yakin, aku hanya merasa lemas dan tidak enak badan. Mungkin hanya masuk angin?" Nanaka menjawab dengan kepala dimiringkan kesamping. Tidak yakin dengan kondisinya.

"Sepertinya Nona anda tidak masuk angin atau menderita penyakin lain"

Tiba-tiba suara datang dari pintu yang menampilan sosok paruh baya mengenakan jas dokter dengan perawat yang menemani dibelakangnnya.

"Tapi jelas saya harus mengucapkan selamat"

Semua orang bingung dengan perkataan dokter itu.

"Selamat?" Nanaka bertanya dengan wajah bingung juga.

"Ya Selamat sepertinya anda hamil 3 minggu" Dokter menjatuhkan bom.

Tapi ruangan itu anehnya sunyi. Dan beberapa saat kemudian suara teriakan bergema diruangan itu.

"EHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH !!!"

Chapitre suivant