"Akh!!"
...
"Uhuak!! ... Akh!!"
Satu persatu pukulan kencang sang serigala hitam menghujam Akno tanpa memberinya waktu untuk bernapas. Melesat kencang dengan dentuman yang menghantamkan Akno berkali-kali ke dinding keras Kastil Batavia dan menimbulkan retakan di dinding tersebut.
Dilain sisi Herman yang memegang tangan Anna terus berlari menuju gerbang besar tanpa memperdulikan sahabatnya yang dipukul habis-habisan oleh Serigala hitam itu.
"Tn. Herman, apakah ini benar-benar tak papa?"
"tenang saja Putri, kalau yang anda maksud Akno semua akan baik-baik saja! Dan juga dari pada mengkhawatirkan dia kita harus lebih mengkhawatirkan yang ada di hadapan kita"
" ...!!"
Segera Anna mengarahkan pandangannya kedepan dan dilihatnya belasan monster kelelawar sedang mendarat dan menghadang mereka. Kemudian sambil berubah ke wujud manusianya mereka mengeluarkan senapan laras panjang dan menodongkannya pada Herman dan Anna yang sedang berlari.
Anna tersentak dalam hatinya menghadapi situasi itu, namun Herman yang menggenggamnya tak menghentikan langkahnya dan terus berlari. Dan seperti yang Anna duga, keempat serdadu VOC itu menembakan peluru mereka.
Peluru itu melesat dengan cepat kearah Anna dengan jarak sekitar 500 meter ... 400 meter ... 300 meter ... dan tepat saat peluru itu hampir mendekati mereka tiba-tiba puluhankupu-kupu api berembus kencang dari samping dan menghadang belasan peluru yang melesat. Dan seketika itu belasan tentara yang menghadang Anna dan Herman tertembak dari belakang mereka.
Kupu-kupu api yang menghadang belasan peluru itu memindahkan peluru yang melesat kearah Anna dan Herman menuju bagian belakang para serdadu VOC yang menembakannyasehingga peluru-peluru itu kembali pada penembaknya. Bersamaan dengan itu dari samping Herman seorang wanita berpakaian gothic hitam melompat menerjang Herman.
"Nn. Lily!?"
"Selamat malam Putri!! ... chu!!!"
" ... yang benar saja ..."
Lily yang melompat menerjang Herman itu langsung mendarat di pangkuan tangan Herman dan mencium pipinya dengan wajah yang berbunga-bunga.
"Malam sayang!!"
"YANG BENAR SAJA, LIHAT WAKTU DAN TEMPATNYA LILY!!! AAHHHHH ... TURUNLAH, KAU MEMBEBANI KAKIKU YANG SEDANG SUSAH PAYAH BERLARI!!"
"Tak mau!!! Setelah susah payah mengintai dalam kastil ini berminggu-minggu dengan kamar sewaan sempit dan penuh penguntit VOC itu, dan tiba-tiba bisa bertemu dengan kalian dalam keadaan baik-baik saja~ ..."
Dengan wajah yang memerah Lily menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Herman.
"Heeehhh, ... yang benar saja~"
...
Disisi lain.
"heuuh ... heuuh ... heuuh!!ku dengar kau memiliki tubuh yang keras, tapi tak kusangka ... Heuuh ... heuuh ... MAKHLUK APA KAU INI SEBENARNYA HAAH!!"
"Uhhuuk!! Uuhuukk!! ... aku pitung!! Namaku Akno 'yang berdiri teguh', salam kenal!"
Kata Akno yang masih terduduk terpojok di hadapan sang serigala hitam dalam pakaian berantakan, yang terlihat masih dalam keadaan utuh tanpa satu luka dan memar sedikit pun.
Wajah kesal seketika terlihat jelas di mata sang serigala hitam.
"BUKAN NAMAMU YANG KUTANYAKAN SIALAAAAN!!! Ah terserah, aku tak perduli lagi. Kalian!! Cepat ambil borgol dan bawa orang ini kembali kedalam selnya dengan pejagaan dua kali lipat!"
"eeh ..., jadi kau mau menyudahinya Tn. Anjing hitam?"
"hah!? ..."
Seketika Akno mengembalikan pukulan sang serigala dengan tinju mentahnya tepat ke wajah sang serigala. Namun sang serigala menahannya dengan postur tubuhnya sehingga ia tidak terpental.
"hmm ..., boleh juga"
"SIALAAANN, BERANINYA KAU!!"
Tinju kencang lain segera di lancarkan sang serigala, namun kali ini Akno menghindarinya dengan melompat ke pinggir. Tinju itu pun menghantam tembok dan menambahkan retakan di tembok tersebut.
Serangan sang serigala dilanjutkan dengan tendangan yang melayang kearah Akno, namun Akno langsung menahannya dengan tangan kanannya dan membalasnya dengan putaran tendangan kearah perut sang serigala.
"BHUUU ...!! Boleh juga kau"
Mereka mengambil jarak antar satu dengan yang lain dan kembali berdiri tegap, seakan telah saling mengakui kelayakan masing-masing sebagai lawan yang setara.
Dan tanpa membuang banyak waktu mereka segera memulai pertarungan tangan kosong mereka dengan pukulan demi pukulan dan tendangan demi tendangan yang dilancarkan dengan gaya bertarung masing-masing, sebagai manusia dan sebagai monster.
Namun keadaan semakin merugikan Akno, selama mereka bertarung dan makin lama bertukar pukulan berita tentang kaburnya tahanan semakin cepat menyebar keseluruh kastil dan mencapai pada orang-orang yang merepotkan. Dan salah seorang yang mendengarnya adalah Meleonarch sang putra sulung Pieterzcoon.
Dengan amarah dan keinginan untuk mengembalikan martabatnya di mata ayahnya, Meleonarch melompat dari punggung Schluzt yang menggunakan wujud kelelawarnya. Sambil berubah kewujud serigala merahnya Meleonarch menerjang turun tepat kearah Akno.
Benturan keras segera terjadi bersamaan dengan membumbulnya kepulan asap yang memenuhi lokasi itu. Meleonarch segera berdiri dan mengaungkan raungan serigala malam dengan kerasnya selagi menginjak target sasarannya di bawah kaki besarnya.
Morteas pun yang terlempar beberapa meter dari dentuman keras Meleonarch perlahan berubah ke wujud manusianya.
"Tn. Muda Meleonarch!"
"Morteas, lihat baik-baik ini. Aku, aku yang menangkap tawanan yang kabur ini dan aku juga yang akan membereskan kekacauan ini. Ingat baik-baik Morteas, INGAT BAIK-BAIK DAN KATAKAN PADA AYAH MORTEAS!!"
Segera setelah mengatakan hal tersebut Meleonarch berlari mengejar kearah Herman dan meninggalkan Akno yang tergeletak di tanah.
"Cih!! Dasar bocah, apanya yang 'ingat baik-baik' hah!"
Selagi menginjakan kakinya di kepala Akno Morteas berdiri selagi membersihkan debu di pundak dan rambutnya.
"Hei Tn. Muda Bastion!! Jangan hanya berdiri diam disana, bukankah kau anak tertua hah!!"
Kata-kata itu Morteas arahkan pada sosok serdadu yang berwajah merah yang masih berdiri diam tak jauh dari tempat itu dengan wajah yang tertunduk.
Namun tiba-tiba ...
"Kesempatan!!"
Akno yang ternyata masih sadar segera menggenggam pergelangan kaki Morteas dan hendak membantingkannya ketanah. Morteas yang dalam keadaan terkejut pun segera berubah kembali kewujudnya, namun ia terlambat.
Kekuatan Akno yang tak dapat ia tandingi dalam wujud manusianya membuatnya kehilangan kesempatan untuk mempertahankan pijakannya. Dan Akno pun memanfaatkan kesempatan itu dengan baik.
Dengan sekuat tenaga Akno menggenggam erat pergelangan kaki sang serigala hitam dan menariknya berputar seperti gerakan tornado. Dan dengan momentum yang kencang Akno membenturkan sang serigala hitam kearah tembok lebar di belakangnya.
"GUHUAAKK!!!"
Benturan itu sangat keras hingga menggetarkan dinding tebal itu. Akno yang mendapat peluang itu segera berlari meninggalkan Morteas yang tak sadarkan diri dan sang putra pertama Pieterzcoon, Bastion yang masih terdiam berdiri dengan wajah mabuknya.
Lalu seorang pria muncul di hadapan Bastion yang berdiri diam. pria itu mendekat dan mengulurkan telapaknya ke area pandang Bastion dan memperlihatkan sebuah liontin. Lalu pria itu berbisik.
"Tn. Muda, waktunya bangun ..."
Mendengar kata-kata itu mata Bastion seketika terbelalak dan iris matanya menajam.
Panggung malam Batavia pun memasuki babak akhirnya.