webnovel

Story Dua Belas

"Lo makin cantik aja sih..." Axel tersenyum lebar sambil fokus menyetir.

"Tapi sayang...mukanya murung" lanjut Axel.

"Gua lagi bad mood tau, Xel!" Callista mendegus kesal.

"Kita ke tempat favorit gua, ya..." Axel menancap gas agak kencang.

"Jadi...apa masalah lo?" Axel menatap ke depan.

"Gua di jodohin..." Callista hanya memainkan terus ayunannya.

"Menurut gua...itu bagus sih..."

"Bagus? Kenapa sih, kalian anggap ini bagus...padahal enggak..." Callista mulai kesal.

"Ya terus gua mesti gimana?" Axel terkekeh, Axel gemas dengan Callista yang selalu mudah ngambek.

"Menurut lo...gua mesti coba buat jalanin dulu, atau langsung nolak?"

"Kalo gua jadi lo sih...ya gua jalanin dulu, kalo gua merasa dia emang bener-bener serius...ya, ayo...kita jalanin ke tahap lanjut, tapi kalo dia emang gak serius, yaudah gausah seakan ngasih harapan, sampe sini aja..."

"Gitu, ya...berarti gua jalanin dulu gitu?" Callista menghentikan ayunannya, lalu menghadap ke Axel.

"Lebih baik sih gitu, gausah gegabah dulu..." Axel dengan santai menanggapi Callista.

"Ohh...yaudah deh,gua pertimbangin" Callista akhirnya agak tenang.

"Kapan lo berangkat ke jakarta lagi?" Axel mengalihkan pembicaraan.

"Besok itu..."

"Ohh...ya ati-ati, ya...semoga dapet jodoh di sana" Axel tersenyum lebar.

"Apaansi" Callista pun kembali mengayun ayunannya.

*

"Kamu hati-hati ya di sana...Mamah udah titip kamu ke keluarga nya Deren, Mamah udah suruh dia jagain kamu" Mamah Callista tersenyum lebar.

"Ihh...Mamah apaansih! Emang aku anak kecil" Callista mendegus kesal.

"Kamu berhubungan dengan baik ya sama Deren...papah harap kamu dan Deren menjadi keluarga yang sejahtera...Papah milih Deren karena Papah yakin dia adalah yang terbaik buat kamu...Papah gak pengen anak Papah di sakiti sama sembarang cowok...jadi Papah pilih Deren buat kamu, kepercayaan Papah udah terkumpul ke Deren..." Papah Callista tersenyum tipis.

"Sebesar itu ya harapan Papah..." Callista merenung dalam hati.

"Iya, Pah...yaudah, Callista berangkat dulu, ya..." Callista salim pada Mamah dan Papah nya, lalu berjalan ke pesawat.

***

"Lo bawain oleh-oleh apa buat gua?" Karina menyetir mobil dengan senyum lebar nya.

"Jaket..." Callista menyodorkan sebuah tas.

"Coba bukain!" Karina terlibat bahagia.

"Nih..." Callista membukakan tas nya.

Terlihat jaket berwarna merah.

"Ehh...itu kan jaket yang dulu pernah pengen gua beli, tapi karena mahal terus gajadi! Lo beliin gua sekarang? Masih ada?!" Karina kaget melihat jaket itu.

"Makasih banget, Ra! Love U tiga ribu lah buat lo!" lanjut Karina.

"Iya..." Callista tersenyum tipis.

Tak lama kemudian, Callista dan Karina sampai di apartemen.

"Eh iya, Ra...siapa orang yang mau di jodohin sama lo?" Karina duduk menghadap ke Callista.

"Emm..." Callista menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Aduh...gimana jelasinnya ya...mulai dari mana ceritanya...gua bingung" Callista terus menggumam dalam hati.

"Ra!" Karina membentak Callista.

"Iya?" Sontak Callista menjawab.

"Siapa?!" Karina sangat penasaran.

"Itu...emm...si itu...Deren..." Callista menelan ludah.

"Ha?...lo bercanda kan? Gausah di tutup-tutupin dong...ayo ceritain, siapa dia...lo punya fotonya? Namanya siapa? Dia gimana?" Karina tak percaya akan kata Callista.

"Beneran, Na...yang di jodohin ke gua tuh Deren...Dareen Fransisco"

"..." Karina diam seribu bahasa...dia tak tahu harus jawab apa.

"Lo jangan marah, ya...ini bukan atas keinginan gua kok...ini keinginan bokap gua..."

"Enggak kok...gua gak marah...gua kan cuma nge-fans bukan cinta...gua cuma kaget aja, bisa pas gitu, lo bawahan dia, dan dia calon suami lo..." Karina tersenyum lebar.

"Lo beneran gak marah?"

"Enggak lah!"

"Makasih!" Callista memeluk Karina.

"Iya...santai aja!" Karina membalas pelukannya.

*

Keesokannya, Callista sudah ada di kantor.

"Permisi...Callista, lo di undang Pak Deren ke ruangan dia..." Seorang perempuan membuka pintu ruangan Callista.

"Ohh...iya, makasih" Callista tersenyum tipis.

Callista pun bergegas ke ruangan Deren.

Tok,tok,tok...

"Permisi, Pak...apa ada yang bisa saya bantu?" Callista membuka pintu Deren.

"Masuk dulu..." Deren mempersilahkan Callista duduk.

"Jadi...ada apa bapak nyuruh saya kesini?" Callista mengerutkan kening.

"Kamu nanti pulang saya antar...kamu temenin saya lembur dulu"

"Ha? Lembur?" Callista mengerutkan kening.

"Iya...lembur" Deren tersenyum.

"Mesti banget ya, Pak? Kan saya selalu nyelesai in pekerjaan saya setiap jam setengah empat"

"Pokoknya kamu gausah ngebantah...kamu harus temenin saya lembur nanti, titik." Deren tersenyum tipis.

"Sekarang silahkan pergi..." Deren mempersilahkan Callista pergi.

"Ihh...nyebelin banget sih ni cowok!" Callista terus mengoceh dalam hati.

"Permisi, Pak" Callista pun pergi dari ruangan Deren.

"Masa iya sih lembur! Gua kan paling gak suka lembur...emang kenapa sih kalo dia sendirian aja di kantor?! Dia takut?! Dasar pengecut!" Callista mengoceh di ruangannya.

Chapitre suivant