webnovel

#6 Thank you

"Bukankah sebentar lagi tiba waktunya?" Gunther membuka pembicaraan selagi mereka membersihkan ruang pertemuan Squad Levi di Base Recon Corps.

"Ah, soal itu? Kau benar." Eld kelihatannya mengerti apa yang Gunther katakan.

"Waktunya apa?" Oluo akhirnya bertanya melihat hanya dirinya yang tidak mendapat petunjuk disini.

"Perekrutan anggota baru." Petra bergabung dalam pembicaraan, tangannya masih bergerak menyapu lantai. "Apa menurut mu kita akan mendapat tambahan anggota?"

"Entah. Sejak dulu Recon Corps selalu mendapat paling sedikit perhatian dari lulusan pelatihan." Gunther menanggapi.

"Hanya orang bodoh dan putus asa yang menjadikan Recon Corps pilihan utamanya." Eld terkekeh. "Atau setidaknya itu Oluo."

"Hmph! Aku tidak seperti kalian para babi." Oluo bicara dengan nada yang biasa Levi gunakan. Membuat mereka menatapnya geli. Namun ia bahkan tidak memperdulikannya.

Sejak kejadian beberapa bulan lalu, saat Levi menyelamatkannya dari kematian, Oluo sedikit demi sedikit mulai melakukan hal yg menjadi khas Levi. Meski ia tidak mengakuinya. Ia bahkan memakai Kain pemberian Levi di lehernya dan mengganti Gaya rambutnya seperti Levi. Meski Gunther dan Eld tidak perduli, Petra terlihat paling terganggu dengan itu.

"Mungkin kita bisa pergi ke District Trost untuk sekedar melihat?" Usul Eld, mencoba memencahkan kesunyian.

"Trost, hm?" Petra bergumam.

"Sayang sekali itu tidak akan terjadi." Suara Levi yang memasuki ruangan mengalihkan perhatian mereka. Dia membawa surat perintah dan menaruhnya di atas meja, membuat yang lain datang untuk melihat.

"Ekspedisi, lagi?" Wajah Gunther mengkerut berharap ia salah dalam membacanya. "Tapi Kita baru selesai melakukan ekspedisi seminggu yang lalu"

"Yeah Kapten, belakangan ini kita lebih mendapat perintah ekspedisi dan tujuannya pun semakin lama semakin jauh." Petra melanjutkan pertanyaan yang terbesit di kepala mereka.

"Sebentar lagi Recon Corps akan mendapat anggota lebih banyak. Kita harus mengumpulkan stok lebih banyak pula. Selain itu aku sudah memberi semua yg kutahu pada kalian. Sisanya kalian yang harus mengasah sendiri kemampuan kalian. Ini adalah timbal balik yang sepadan untuk kita dan Recon Corps."

Mereka mengangguk menunjukan bahwa apa yang Levi katakan ada benarnya dan memutuskan untuk melakukannya. Mereka tidak bisa menolak.

"Tujuan Kali ini lebih jauh dari biasanya dan anggota yang pergi bersama kita pun sedikit lebih banyak, namun tugas kalian tetap tidak berubah. Kalian tahu apa yg harus kalian lakukan?"

"Siap Kapten." Dengan jawaban yang meyakinkan dari mereka, Levi pergi dari ruangan.

***

Sudah menjadi rutinitas Petra untuk membuatkan Levi teh di malam hari. Karna hari ini Levi tidak memiliki pertemuan atau apapun, Petra mengantarnya ke kamar Levi.

Seolah sudah mengetahui siapa yg akan datang di jam ini, Petra hanya mengetuk pintu kamar dan membukanya tanpa menunggu jawaban. Namun langkan Petra terhenti ketika melihat Levi tertunduk di kursinya dengan tangan melipat di dadanya. Menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

Apa dia tertidur? Pikir Petra.

Ia berjalan perlahan mendekatkan dirinya pada Levi. Berusaha untuk tidak membuat suara meski jantungnya sedikit berdetak lebih cepat memikirkan Levi yang tertidur. Setelah begitu lama tinggal di atap yang sama, ia tidak pernah melihat sang Kapten tertidur.

Semakin dekat, semakin keras detak jantungnya. Ia sedikit mengintip kebawah di Mana wajahnya tertunduk. Mengantisipasi jika tiba-tiba Levi terbangun. Namun yg ia lihat mata Levi sepenuhnya terbuka, membuatnya sedikit melompat kebelakang, hampir menjatuhkan teh nya

Dia tidak tidur?!

Namun tetap tidak ada pergerakan darinya. Membuat Petra sedikit ragu.

"Kapt..."

"Zzzzz.."

Dia tertidur dengan mata terbuka?! That's capt'n for ya!

Petra memang tahu tentang insomnia nya, tapi ia tidak tahu itu begitu buruk. Levi sama sekali tidak terlihat manis bahkan saat tertidur. Sebaliknya, ia semakin menyeramkan. Pertra menaruh cangkir di meja Levi. Mengambil selimut dari kasurnya dan menaruhnya di bahu Levi, memastikan ia tidak kedinginan.

"Kau tidak perlu melakukannya"

"Tapi kau akan keding... Kapten, kau bangun?!" Petra melompat kebelakang lagi. Merasa takut sekaligus malu. "Sejak kapan?"

"Sejak kau mengetuk pintu."

"Aku tidak tahu Mana yang harus aku percaya lagi." Gumam Petra entah mengapa merasa bodoh.

"Aku memang tertidur sebelum kau datang." Levi menyeruput teh yang Ada di hadapannya dan mulai kembali pada pekerjaannya.

"Maaf, aku membangunkanmu."

"Tidak. Aku yang memintamu datang"

"Right." Petra sedikit terdiam, ragu, namun tetap melanjutkan. "Kapten, Aku tahu ini mendadak, tapi setelah ekspedisi Kali ini, bisa aku tinggal di Trost untuk semalam?"

"Apa yg terjadi?"

"Tidak Ada. Keluargaku berada di Trost. Dan karna ekspedisi selalu di mulai dari gerbang Trost.."

Levi dia sejenak, kelihatan memikirkan sesuatu sebelum akhirnya menjawab. "Karena ini adalah puncak ekspedisi beruntun ini, kurasa kau bisa mendapat liburmu"

"Terimakasih Kapten." Petra merasa lega. Ia sedikit khawatir jika ia pergi, akan menghambat pekerjaan. Karna hari itu adalah hari sibuk Recon Corps dimana mereka mendapat anggota baru. Selain itu, Squad Levi terbentuk untuk bertarung dalam 4 formasi. Mereka akan kesulitan jika hal buruk terjadi saat seorang dari mereka tidak hadir.

Petra hendak pergi dari ruangan ketika sudut matanya melirik Levi yang terfokus pada pekerjaan di hadapannya. "Kapten, mungkin kau harus istirahat untuk malam ini."

"Aku sudah melakukannya tadi."

"Yeah, aku tahu tentang insomnia mu. Mungkin kau harus lebih santai." Petra menunjuk alisnya sebagai contoh. Namun Levi malah semakin mengerutkan alisnya. "Pertama, Ayo Kita lepas perlengkapanmu."

"Hah?"

"Sepatu, sabuk dan dasi mu."

"Petra, prajurit tidak boleh lengah."

"Tapi prajurit juga butuh istirahat. Ayahku selalu bekerja hingga larut dan itu buruk untuk tubuhnya ketika ia sudah menua."

Meski ragu, Levi tetap melakukan apa yang Petra minta. Entah kenapa rasanya sulit untuk menolak perhatiannya.

Setelah Levi melepas semuanya dan meninggalkan kemeja dan celananya menempel di tubuhnya, Petra mengambil selimut dan menempatkannya di kasur. "Kau hanya perlu mematikan lilin dan berbaring. Aku akan pergi, tapi pastikan kau istirahat, Kapten." Meski nadanya tenang, namun ia merasa bersemangat dari sebelumnya. Levi terlihat manis dan seksi.

"..."

"Apa itu terlalu berlebihan?" Petra mulai khawatir Levi menganggapnya pengganggu.

Levi beranjak dari kursinya, tidak kearah kasur melainkan sofa di depannya. "Mungkin aku memang lelah, tapi aku tidak yakin akan tertidur. Selain itu aku lebih suka disini."

Petra hanya menatapnya bingung. Tidak menemukan inti dari apa yang Levi katakan.

"Temani aku disini."

"Eh?!!"

Petra menunggu penjelasan, mungkin ia berpikir berlebihan atas apa yg Levi katakan, namun Levi tetap diam menatap Petra seolah menunggu Petra datang menghampirinya. Jantungnya berdegup keras, namun ia tetap melangkah mendekati Levi.

Petra berhenti di hadapan Levi. Ragu apa ia harus duduk di samping nya atau tidak. Tapi Levi tidak mengatakan apapun. Ia menganggap itu tanda bahwa ia harus duduk di sampingnya. Jadi ia duduk perlahan. Mengantisipasi apapun yg akan terjadi selanjutnya. Namun tidak Ada.

"Kau bilang aku harus lebih santai. Kurasa saat tersantai dariku ketika aku bicara denganmu." Levi menyandarkan punggungnya pada sofa. Mencoba menemukan posisi yang nyaman untuknya.

"Kau ingin aku disini untuk menemanimu bicara?"

"Kau keberatan?"

Petra benar-benar merasa malu dengan pikiran liarnya hingga tidak mampu menatap Levi langsung kemata. "Tidak, aku hanya.. kau tahu? Aku wanit... Whoa!" Petra tersentak saat kepala Levi mendarat di paha nya. "Kapten!" Petra jelas tidak dapat menyembunyikan wajah merahnya lagi. Terlalu banyak serangan malam ini.

"Aku akan pergi jika kau keberatan." Levi mulai memejamkan matanya. Terlihat sudah menemukan posisi yang nyaman.

"Kau curang, kapten.." ucap Petra lebih seperti berbisik.

Petra menatap kasur Levi yang terlihat hampir tidak pernah tersentuh. "Kapten.." suara Petra lebih lembut dari biasanya. Ia menemukan ketenangan dalam ruangan itu dan takut untuk merusaknya jika ia bicara terlalu kencang.

"Hm?" Bahkan dengungan Levi terdengar seperti irama yang indah. Betapa ia tidak ingin ini berakhir.

"Kenapa kau tidak menggunakan kasurmu?"

"Aku lebih suka disini."

"Begitu.." walau bukan itu yang ingin Petra ketahui, namun ia memutuskan untuk membiarkan Levi menyimpannya hingga ia ingin mengatakannya sendiri tanpa dorongan.

"Petra.." kini suara Levi terdengar lembut. Sangat lembut seolah itu Akan terus terngiang di benak Petra untuk waktu yang lama "Aku tidak sempurna seperti yang kau pikirkan."

Petra menatap Levi yang masih terpejam di kedua pahanya. Berpikir bagaimana Ia bisa tahu apa yang Petra pikir tentangnya.

"Aku hanya tikus kotor yang Erwin ambil dari saluran pembuangan Kota."

"Apa yang terjadi?"

Levi sejenak terdiam, mungkin ragu dengan apa yang akan ia katakan. Namun ia akhirnya melanjutkan.

"Aku tidak seperti kalian yang memiliki keluarga, berlatih di pelatihan dan menjadi apa yang kalian lakukan sekarang. Aku pernah mencoba membunuh Erwin dulu."

"Kau melakukannya?"

"Ia berada selangkah di depanku."

"Dia orang yang mengagumkan."

"Ya. Karna itu aku mempercayainya." Lagi-lagi terdapat jeda sebelum ia melanjutkan "aku tinggal di bawah tanah sebelum Erwin datang dan membawaku keluar dari tempat sampah itu."

"...."

"Lalu aku mencoba membunuh nya dan aku gagal"

"Tapi sekarang kau disisinya untuk membantunya, itu yang terpenting."

"..."

Petra memejamkan matanya. Mencoba membayangkan Semua Hal yang Levi katakan. "Semua yang Kapten lalui dulu membuatmu menjadi dirimu yang menabjukan seperti sekarang. Sepahit apapun itu, aku bersyukur kau berhasil melaluinya."

"..."

"Kapten.."

"...."

"Terimakasih telah Ada di sini sekarang.." kesadaran Petra semakin menjauh. Suasana damai ini membuatnya lelah. Terlalu nyaman untuk sekedar membuka mata.

Mata Levi pun masih terpejam. Suara lembut Petra seolah menjadi mantra yang membuatnya tenang dan damai. Perlahan menjauh dari alam sadar. Namun ia bisa merasakan senyum di bibirnya. Merasa lega lebih dari apapun.

"Terimakasih untuk berada disini bersamaku, Petra."

Namun kesadaran Petra sudah menghilang. Dan Levi pun menyusul tidak lama setelahnya.

***

Matahari menyorot mata Petra yang masih terpejam di sofa. Merasakan berat di kedua pahanya namun terlalu lelah untuk membuka mata. Ia mengingat kenapa ia bisa berada di sofa dan aroma ruangannya berbeda dari biasanya. Dan saat itulah matanya terbuka lebar.

"ASTAGA!" Petra berteriak di luar kendali nya. Membuat Levi yang ada di pangkuannya tersentak bangun. "Maafkan aku, Kapten"

Levi memandang Petra. Mungkin mengingat apa yang terjadi semalam Dan membiarkannya berlalu setelah ia mengingatnya. "Ah, tidak. Aku yang membuatmu tidur denganku."

Kata-kata itu terdengar sangat liar di telinga Petra, membuat wajahnya memerah meski ia tahu tidak terjadi apapun semalam. "A-aku permisi" khawatir Levi melihat lebih dari itu, Petra segera berlari keluar kamar. Namun Petra tidak beruntung. Eld dan Oluo muncul di hapannya ketika ia menginjakan kakinya keluar dari kamar Levi dengan mata yang masih sayu Dan rambut yang berantakan.

"...."

"...."

"....."

"....lalu Gunther menendang pria itu seperti tidak ada hari esok.." Eld melanjutkan perjalanan dan perbincangannya dengan Oluo, seolah ia tidak melihat Petra.

"Setidaknya katakan sesuatu!" Petra tidak mampu lagi menahan malu.

"Oh, pagi Petra" Oluo berusaha bersikap tidak perduli.

"Ini tidak seperti yang kalian lihat!"

"Memang apa yang kami lihat?"

"Eld!" Petra mengikuti mereka dan tidak membiarkan mereka pergi hingga mereka percaya dengan apa yang ia katakan.

Dan di sisi lain Levi kembali dengan pekerjaannya. Namun pikirannya tidak terfokus kesana.

Aku tertidur pulas setelah kubilang aku tidak akan tertidur..

TBC------>

Chapitre suivant