webnovel

Sink in Poisonous Water

Jam pulang sekolah sudah lewat 2 jam. Joshua masih duduk di belakang sekolah sambil beristirahat begitu selesai dari kegiatan taekwondonya. Tangan yang mulai menuju kekarnya mengelap keringat yang mengalir dari pelipis, meminum air dari botol, lalu dia menatap langit. Masih terang. Dia berpikir untuk mampir ke rumah Hanessa sebentar.

Namun waktu tenangnya tiba-tiba diganggu oleh sosok yang menghalangi sinar matahari mengenainya. Sosok wanita ramping dengan rambut ikal panjang itu tersenyum pada Joshua dengan manisnya.

Sikap manis itu dibalas sinis oleh Joshua. Pria itu segera memasukan botol minumnya ke dalam tas dan beranjak pergi. Sebelum kakinya meninggalkan tempat itu, siswi itu segera menarik lengan kuat Joshua dan bergelayut di sana, memaksa Joshua untuk duduk kembali. Joshua menatapnya jijik.

"Aku tunggu kamu udah lama loh, Jo. Dari pulang sekolah sampai kamu selesai taekwondo..." katanya manja.

Siswi itu tak lain adalah Rachel, teman Hanessa.

"Pulang sana" usir Joshua, dingin.

Rachel cemberut manja, berusaha menarik perhatian Joshua. "Jo, kenapa sih kamu dingin sama aku? Aku tuh beneran sayang sama kamu" rengek Rachel dengan manjanya. Yang diajak bicara hanya menatapnya muak. Guratan vena bahkan menonjol di keningnya tanda marah.

"Gua gak tau lagi bahasa apa yang harus dipake buat ngomong sama lu" balas Joshua. Siswa segera berdiri, menepis lengan Rachel yang tadinya membelit lengannya.

"Gua gak suka sama lu, ngerti?" lanjutnya.

Rachel memerah, marah. Air menumpuk di matanya kesal karena penolakan cinta dari Joshua yang untuk kesekian kali. "Lu itu kenapa sih? Apa masalahnya? Gue single, lu single! Kita bisa jadian!"

"Gua punya Hanessa" tegas Joshua.

"Hanessa, kata lu? Hanessa bilang lu bukan pacarnya! Mau ngelak apa lagi? Jo, please! Gua sayang sama lu! Gue bahkan rela berteman sama Hanessa, demi dekat juga sama lu! Tapi apa? Setiap ketemu Hanessa, lu selalu tarik dia dan singkirin gue!"

"Pacar atau bukan pacar, gak penting. Gue akan selalu sama Hanessa"

"Joshua!! Apa sih yang kurang dari gue?! Apa lebihnya Hanessa dari gue?!" bentaknya lagi. Joshua kali ini benar-benar hampir kehilangan respek pada wanita di depannya ini. Dengan satu tarikan nafas, Joshua menjawab pertanyaan itu.

"Hanessa bukan orang yang suka manfaatin orang lain demi tujuan egois, kayak lu"

Joshua segera pergi, meninggalkan wanita di belakangnya. Rachel berteriak mengancam, tidak terima dengan perlakuan pujaan hatinya.

"Lihat saja! Gua bikin semuanya berantakan! Pokoknya sampai lu gak punya pilihan lain selain pacaran sama gua!" jeritnya.

Joshua tetap berjalan membelakanginya. Tangan kanannya terangkat sambil menunjukan jari tengahnya yang berdiri tegak sebagai pengganti kata-kata.

Rachel masih berdiri di tempatnya sambil menggigit bibirnya kesal. Harga dirinya sudah diinjak oleh si bintang sekolah. Tetapi Rachel tidak tinggal diam. Otaknya kini dipenuhi rencana-rencana jahat yang bisa melampiaskan kebenciannya. Lalu dia mengambil smartphonenya dari tas lalu menelfon satu nama perempuan disitu.

"Halo, kak... Kakak tau Hanessa yang dekat sama Joshua, kan?"

***

"Teman-teman kamu itu... Siapa namanya, Han?" tanyaku akhirnya setelah beberapa jam kepikiran. Kulihat Han disana berhenti menuangkan teh ke cangkirku dan kelihatan sedikit terkejut.

"Hm? Naura? Rachel? Adam? Kenapa sama mereka?" matanya terlirik padaku. Ingin rasanya aku bilang apa yang terjadi. Tetapi Hanessa sangat bahagia berteman dengan mereka. Aku tidak tega memberitahunya. Apalagi kalau sampai dia berpikir untuk mendukungku menjalin hubungan dengan Rachel. Tidak. Fucking NO.

"Hmm. Enggak. Gak ada orang lain yang bisa kamu jadikan teman? Atau, aku aja, Han? Aku khawatir kamu sama mereka" balasku, hanya itu yang bisa terucap. Ah, aku hanya ingin melindungi Hanessa namun tampaknya Hanessa tidak mengerti. Dia menahan tawa disana.

"Pft, apa sih Jo. Aku udah gede tau, gak apa-apa temenan sama mereka juga" balasnya lagi, berusaha menenangkan aku. Aku hanya diam menatapnya. Tidak bisa memberi jawaban karena aku sangat takut akan menyakitinya.

Apa kamu mengerti, Han? Aku berubah menjadi seperti ini agar siswa-siswa brengsek itu tidak berani mendekatimu. Aku sengaja melabelkan diriku nakal agar bisa dengan leluasa memukuli siapa saja yang mengancammu. Termasuk guru olahraga bajingan itu. Semuanya kulakukan agar kamu bisa hidup normal dengan damai di sekolah.

Tetapi tampaknya kamu tidak mengerti dan masalah tetap saja datang.

Tidak hanya Rachel, dua temanmu yang lain itu juga sudah kucari tahu. Mereka tidak baik. Naura juga sempat menggodaku, dan Adam, aku tidak begitu paham dengannya tetapi sering kudapati dia melihatmu dengan tatapan nafsu.

Aku membencinya. Aku benci mereka semua. Tinggal hanya masalah waktu saja sampai aku menyingkirkannya. Semua serangga pengganggu harus disingkirkan.

***

Darahku mendidih begitu tahu apa yang terjadi. Masalah labrakan itu. Nama-nama mereka yang mendatangi Hanessa. Uh. My poor Hanessa. It must be hard for you facing it all alone. Kakiku melangkah cepat ke belakang sekolah. Tiap langkahnya mengandung emosi yang tidak bisa lagi ku tahan. Dari semua siswi-siswi yang selalu menganggu pagiku dengan Hanessa, aku mendatangi dia. Seseorang yang bahkan tidak termasuk dalam perkumpulan siswi yang melabrak Hanessa.

Rachel.

Dia sudah menungguku begitu aku mengirim pesan untuk menemuiku di belakang sekolah. Dia menatapku penuh cinta. Benar-benar membuatku muak. Dia tersenyum dan melebarkan tangannya padaku.

"Hai Jo! Sini peluk aku dulu, sayang?"

Aku menyambar salah satu tangannya dan menariknya lebih jauh. Dia tersentak tapi sepertinya tak lama dia kelihatan bahagia. Terdengar tawa-tawa kecil keluar dari mulutnya.

"Kamu agresif ya Jo... Aku suka deh. Mau dibawa kemana aku? Kemana aja aku mau asal sama kamu" katanya menggoda. Aku memicingkan mataku, ingin sekali meludahinya.

"Kita pergi. Jangan di sekolah" balasku, aku menariknya sampai keluar gerbang sekolah. Tidak peduli dengan pertanyaan-pertanyaan dari satpam. Aku menendang pagar sekolah kencang sampai hampir patah. Satpam itu langsung diam dan dengan takutnya membuka pagar itu untukku dan Rachel mulai kelihatan terlalu bahagia untuk itu

"Hihi maaf ya pak, Joshua gak sabaran. Kami pergi dulu" katanya. Aku benar-benar ingin muntah. Yang seperti pelacur justru adalah kau.

Aku memasukkan kunci pada motor milik temanku. Aku meminjamnya karena tidak membawa motor sendiri. Aku lebih memilih berjalan kaki bersama Hanessa dari pada naik motor. Durasi berjalan kaki lebih lama, aku hanya ingin berlama-lama dengan Hanessa. Rachel segera melompat ke jok penumpang, menungguku untuk naik. Yang ingin kulakukan justru mendorongnya hingga jatuh dari motor.

Aku naik dan segera menyalakan motor. Hal yang sangat kuharapkan saat ini adalah agar aku tidak bertemu Hanessa di jalan. Aku tidak ingin dia melihat pekerjaan kotorku di balik semuanya. Aku harus segera menyingkirkan si serangga sampah yang memeluk perutku saat ini.

Aku mengendarai motor menjauh dari sekolah. Sampai ketempat aman di mana aku bisa menghabisinya.

***

"Jo? Kenapa kamu bawa aku ke danau? Hahaha alay juga selera kamu ya" Rachel tertawa-tawa mengejek Joshua. Joshua hanya diam. Dengan tegap berdiri di belakang Rachel dengan tatapan nanar.

Rachel tampaknya belum paham jika sosok di depannya ini sedang menahan amarah. Dengan lihainya dia mengambil sesuatu dari dalam sakunya dan menunjukan itu pada Joshua. Sesachet kondom. Lalu dengan tatapan nakal dia menggigit kemasan benda itu perlahan, seperti menggoda. Joshua benar-benar sudah kehilangan respek pada Rachel.

"Aku bawa ini, padahal. Kupikir kita akan ke hotel... Tapi di sini juga sepertinya tidak apa-apa, sepi..." goda Rachel sambil tangannya membuka satu persatu kancing seragamnya.

Joshua berjalan mendekat. Semakin dekat, semakin membuat Rachel mabuk. Pikirannya sudah dipenuhi khayalan akan sentuhan dan intimasi dari Joshua. Nafasnya memburu dan panas.

"Lu yang sebarin gosip tentang Han, 'kan?" tanya Joshua dingin.

"Joshua... Kenapa kamu harus bicara soal orang lain saat aku di depan kamu?" Rachel menggoda, gadis itu memeluk leher Joshua dan menariknya lebih dekat.

"Gue tanya. Jawab."

"Hmmh, iya. Aku yang sebarin gosip ke kakak kelas. Aku yang buat dia dilabrak. Supaya dia menyingkir dan kamu bisa lihat aku. Kayak sekarang..." Rachel meyentuhkan dadanya pada dada bidang Joshua. Gadis itu berusaha meningkatkan tensinya. Sedangkan Joshua masih berdiri tegap, tidak terpengaruh. Keputusan Joshua semakin bulat dengan penjelasan dari Rachel.

Rachel menyelipkan kemasan kondom yang sudah terbuka itu di bibir Joshua. "Sudah dibuka ya, sayang. Pakai yang benar..." kata Rachel. Dia mendekat, berusaha menyapu bibir Joshua dengan bibirnya sebelum akhirnya Joshua menahannya.

"I want to do it from the back" balas Joshua. Rachel langsung kegirangan. Dia segera membalikan tubuhnya dan menyodorkan bagian belakangnya pada Joshua dengan genitnya. Jantungnya sudah berdegup kencang. Berpikir jika Joshua idamannya akhirnya mau menyentuhnya bahkan menyetubuhinya. Rachel sudah benar-benar kehilangan akal sehat.

Namun hal itu segera terbanting ketika pukulan keras mendarat di belakang kepalanya.

Joshua memukul kepala Rachel dengan batu sebesar bola kasti. Lubang tercipta di kepala Rachel yang sobek mengingat betapa kuatnya Joshua sekarang. Rachel jatuh ke tepi danau. Tetapi kesadarannya belum hilang. Dia berbalik dan mendapati Joshua dengan dinginnya mengarahkan batu itu kembali ke wajahnya.

"Jo! Jangaaan ug-"

DUG

Lubang besar menganga tercipta di tengkorak Rachel yang hancur. Bola matanya terdorong ke belakang dan tertelan. Gigi Rachel hancur dan kini dia baru kehilangan kesadarannya.

Joshua mengikat tubuh Rachel dengan beberapa kantong yang diisi batu-batu besar. Dia menenggelamkan tubuh Rachel yang sekarat ke dalam danau dan Rachel pun tenggelam oleh berat batu yang mengikatnya. Joshua menatap dingin tubuh Rachel yang perlahan hilang ke dalam dasar danau.

"One insect gone" ucap Joshua, dingin.

Joshua mencuci tangannya segera hingga tidak menyisakan jejak apapun. Dia naik kembali ke motor dan meninggalkan tempat itu, menuju sekolah kembali.

Chapitre suivant