"Rumahmu bagus, tidak heran kau tidak begitu berambisi menjadi model."
Istvan menutup majalah yang ia baca dan menatap lurus pada seseorang yang saat ini tidak berhenti mondar-mandir di dalam rumahnya.
Orang yang bahkan tidak pernah ingin ia undang untuk menginjakkan kaki di rumahnya.
"Pergi dari sini," usir Istvan tanpa basa-basi.
"Tidak, aku sudah susah payah menemukanmu." Aodan menjatuhkan dirinya di sofa yang empuk, lalu melihat ke sekeliling tanpa merasa malu.
Istvan seperti wanita yang tinggal di sangkar emas, rumahnya … oh … mungkin mansion? Tidak, tidak … ini adalah istana. Tempat Istvan ratusan kali lebih baik daripada rumah Luna yang apa adanya. Misalnya saja di ruang tamu tempat Aodan duduk saat ini, satu set kursi mewah dengan sulaman emas di setiap sisinya, lalu lantainya terbuat dari batu marmer yang mengkilat dan dindingnya terbuat dari batu pualam.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com