webnovel

Pre-Treatment

Rumah Sakit Kun Qian Center

Daxinganling, China

29 April 2016

10.45 A.M CST

Wendy baru saja memeriksa kondisi seorang pasien kecelakaan yang selesai dioperasi tadi malam oleh Dejun. Pasien itu datang dalam kondisi parah dan membutuhkan operasi panjang, membuat Dejun sebagai satu-satunya dokter yang bertugas di ruang bedah kewalahan dan kelelahan. Maka dari itu, Wendy berinisiatif menggantikan tugasnya hari ini.

"Bagaimana kabar mereka? Mengapa belum menghubungiku juga," gumamnya, Ia kemudian menenggak sebotol air mineral. Matanya kemudian menangkap seorang pria seumurannya yang memasuki area UGD dengan setelan rapi, jelas pria itu bukan wali korban, apalagi pasien. Pria itu berhenti begitu melihat Wendy di depan meja resepsionis.

"Siapa Kau?" tanyanya to the point, membuat Wendy sedikit terkesiap.

"Ah, Aku Wendy Son, rekan dokter Dejun, Aku sedang berkunjung kesini dan menggantikannya karena Ia baru selesai operasi subuh tadi," jelas Wendy sedikit canggung karena sorot dingin pria itu.

"Qian Kun, Direktur rumah sakit ini, Kau bisa menyelesaikannya sekarang. Aku akan menggantikanmu," ujarnya sembari berlalu ke lantai 2 rumah sakit itu.

Wendy menghela nafas panjang, "Apa Dejun tidak memberitahunya?" ujarnya dalam hati.

Tepat setelah pria bernama Qian Kun itu hilang dibalik tangga, ponsel Wendy berdering, menampilkan nama Mark disana. Seketika raut wajahnya menegang khawatir.

"Halo, Mark? Bagaimana kondisimu?" tanya Wendy to the point.

"Kami ... hhh ... akan sampai dalam 30 menit," ujar Mark dengan suaranya yang lemah dan tersenggal.

"Kau kenapa? Apa yang terjadi?"

"Tunggu saja disana, Kami berhasil membawa Luika, istri Eric,"

"Baiklah kalau begitu," tutup Wendy.

Setelah mendapat kabar itu, Wendy segera bergegas menuju ruangan Dejun di lantai 2 untuk mengabarinya. Sesampainya di depan ruangan Dejun, Wendy mendengar suara seperti dua orang berdebat. Ia berusaha melihat apa yang terjadi dalam ruangan itu, dan tampak disana Qian Kun dan Dejun. Wendy segera berbalik, mendengarkan sayup-sayup percakapan dua orang itu dari balik tembok.

"Aku tidak tahu jika dokter Yireon dan dokter Hendery tidak bertugas di ruang operasi tadi malam, dan entah bagaimana tidak ada dokter di UGD, apa salahnya membiarkan dia membantu?" ujar Dejun dengan nada cukup tinggi.

"Apa Kau tahu siapa dia? Apa latar belakangnya? Bagaimana jika dia orang yang berbahaya? Kau melanggar peraturan rumah sakit ini, Dejun!" balas Qian Kun tidak kalah tinggi. Wendy semakin kebingungan harus bereaksi apa menghadapi pria dingin yang sedang marah itu.

CEKLEKK ...

Tiba-tiba pintu ruangan Dejun itu terbuka, menampilkan sosok Qian Kun yang juga terkejut mendapati Wendy tengah bersandar di tembok sebelah pintu itu.

"Maaf, Aku tidak bermaksud menyadap pembicaraan kalian," ujar Wendy ragu.

Qian Kun menghela nafas panjang, "Kau ..." ujarnya terpotong dengan kemunculan Dejun, "Ada apa Wendy? Apa mereka sudah mengabarimu?" tanyanya.

"Sudah, mereka akan tiba dalam 30 menit," jawab Wendy.

"Siapa yang kalian bicarakan?" tanya Qian Kun penuh selidik. Matanya menatap Wendy dan Dejun bergantian secara intens.

"Mereka ..."

"Pasien khusus, dari Korea Selatan. Jackson-ge membawanya," ujar Dejun memotong ucapan Wendy.

"Jackson-ge? Ada urusan apa dia?"

"Sudahlah, Aku akan menjelaskannya padamu nanti," sergah Dejun. Ia kemudian bergegas berjalan disusul Wendy yang terlebih dahulu membungkuk kepada Qian Kun.

"Apa mereka berhasil membawa wanita itu?" tanya Dejun begitu mereka sampai di UGD.

"Ya, mendengar suara Mark di telepon tadi, sepertinya diantara mereka ada yang tidak baik-baik saja," jelas Wendy setengah panik.

"Tenanglah, mereka pasti baik-baik saja," ujar Dejun menenangkan.

Sepuluh menit, lima belas menit, dua puluh menit, Wendy dan Dejun berjalan mondar-mandir di depan pintu UGD menunggu kedatangan Mark dan timnya. Hingga Qian Kun sudah bersiaga di UGD lengkap dengan seragam dokternya.

"Bisakah kalian diam? Aku lelah melihat kalian," ujarnya sinis. Ia kemudian berlalu menuju bangsal pasien di ujung ruang UGD.

"Jangan dengarkan dia, memang seperti itu," ujar Dejun, merasa tidak enak atas perlakuan Qian Kun pada Wendy.

Wendy hanya tersenyum miring, "Tidak masalah," ujarnya.

Tak lama dari itu, terdengar suara mobil berhenti dari halaman depan rumah sakit, Mark dan Wendy segera menghampiri asal suara itu sembari membawa satu brangkar, dan benar saja, itu Mark dan timnya.

Jaehyun berjalan setengah berlari menghampiri Wendy dan merebahkan Luika yang tidak sadarkan diri disana. Tampak wajah wanita itu lebih pucat dibanding awal mula Ia ditemukan oleh Mark.

Dejun dengan cekatan mendorong brangkar itu ke dalam.

"Apa ada lagi yang terluka?" tanya Wendy.

"Mark, dia tertembak, bawa dia juga," jawab Somi menunjuk ke arah Mark yang berjalan paling belakang memegangi tangannya yang masih terus mengeluarkan darah.

"Astaga," gumam Wendy. Ia segera menghampiri dan memapahnya ke dalam.

Sesampainya didalam, Dejun dan Wendy segera mengobati Luika dan Mark.

"Apa yang terjadi dengan wanita ini?" tanya Dejun pada Jackson yang berjaga di samping brankar Luika.

"Tidak tahu, Kami menemukannya dalam keadaan terluka di dahi seperti ini," jawabnya.

"Lukanya tidak parah, namun cukup dalam," ujar Dejun sembari membersihkan luka Luika itu.

Sementara itu, Wendy menangani Mark yang lagi-lagi terkena tembakan di lengan kanan atasnya.

Wendy mulai menggunting lengan baju Mark, "Bagaimana Kau bisa tertembak di tempat yang sama?" tanya Wendy sembari menyingkirkan helaian pakaian itu hingga tampak luka tembak yang cukup dalam di lengan Mark.

"Entahlah,"

"Bawa dia ke ruang operasi, Aku akan mengoperasinya," ujar seseorang tiba-tiba, itu Qian Kun. "Bukankah sudah jelas dia butuh segera dioperasi? Mengapa Kau membawanya ke UGD?" tambahnya dengan nada sinis. Wendy sejenak terdiam, sementara Mark terus memejamkan matanya menahan rasa sakit.

"Apa Kau mendengarku? Bawa dia ke ruang operasi sekarang!" titah dokter itu dengan nada setengah membentak, hingga Jackson, Somi, dan Jaehyun turut terkejut.

Wendy tidak berkomentar apapun, Ia kemudian mendorong brankar Mark ke ruang operasi mengikuti Qian Kun dibantu Jaehyun.

"Bocah itu masih belum berubah? Benar-benar," ujar Jackson pada Dejun yang hampir selesai memperban kepala Luika, seraya tersenyum miring setelah menyaksikan keributan yang diciptakan oleh Qian Kun.

"Pria yang menarik," ujar Somi.

"Sudah kukatakan, dia lebih cocok kembali ke militer dibanding di rumah sakit sipil seperti ini," ujar Dejun.

Chapitre suivant