"Kau sudah sampai di rumah?" tanya Kenzo melalui panggilan telepon pada Alona.
"Hum, iya. Aku sudah sampai di rumah, Jihan mengantarku." Alona menjawabnya seraya meletakkan tas sekolahnya di atas meja belajarnya.
"Huhft…" terdengar suara helaan napas panjang dari Ken di seberang sana.
"Ada apa, Ken?" tanya Alona cemas.
"Aku masih sedikit terkejut hari ini, kau tiba-tiba datang ke sekolahku bersama Jihan, aku pikir… Aku berhalusinasi,"
"Ups… Maafkan aku, Ken. Tadinya, aku sangat menolak. Tapi Jihan…"
"Akh, aku jadi sedih mendengar kau menolaknya. Itu tandanya kau tidak ingin bertemu denganku,"
"Tidak, Ken. Sebenarnya aku ingin bertemu, hanya saja aku… Aku malu,"
Kenzo tersipu malu di kejauhan sana, begitupun Alona yang mulai merasa panas dingin setelah berkata jujur.
"Aku senang, terlebih lagi… Semua teman-temanku sudah mengetahui hubungan kita," sahut Kenzo kembali.
"Apakah tidak apa?"
"Memangnya kenapa? Aku justru sangat senang, bahkan aku ingin dunia tahu jika kau adalah kekasihku saat ini."
"Huh, dasar gombal!" balas Alona.
Mereka saling tersenyum kemudian, mereka lupa jika saat ini, tubuh mereka masih berbalut seragam sekolah mereka. Jatuh cinta itu memang selalu indah dan rasanya juga manis, sehingga membuat siapapun yang merasakannya banyak tidak menyadari akan apa yang mereka lakukan.
"Alona…"
Beberapa saat kemudian terdengar suara ayah Alona yang memanggilnya, membuat Alona sedikit tersentak.
"Eh, Ken. Kita sambung lagi nanti, aku dipanggil ayah."
"Oh, ya. Baiklah, aku juga harus siap-siap pergi membantu ayah," jawab Kenzo sembari menutup panggilan teleponnya.
Dia tersenyum menatap layar ponselnya, lalu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Berbaring dan menatap langit-langit kamarnya, dia kembali terbayang saat bertemu dengan Alona tadi di sekolah.
"Hah, Alona… Alona, entah apa yang salah pada hatiku saat ini. Aku tidak pernah merasakan seindah ini di dalam jiwaku, sebelum bertemu denganmu. Kau selalu membuatku ingin ingin dan ingin selalu bertemu."
====
Menjelang malam, seperti biasa Kenzo selalu tampil mengisi acara dengan lagu-lagu merdu dan indah dilantunkan untuk menghibur para pengunjung Kedai sang ayah, karena selalu saja ramai ketika malam minggu tiba.
Khusus malam ini, beberapa kali Kenzo tampil selalu saja lagu yang menceritakan kisah tentang percintaan. Khususnya bagi mereka yang sedang jatuh cinta, sehingga beberapa pengunjung yang datang di Kedai tersebut bersama pasangannya begitu menikmatinya, mereka saling berpandangan dengan para pasangan mereka, saling menggenggam tangan dan seakan saling bercengkrama untuk mencurahkan hati mereka masing-masing.
"Ehhem…" Riyo berdehem setelah melihat Kenzo meneguk sebotol air mineral.
Kenzo melirik sesaat namun, terus meneguk air minumnya.
"Hah… Lega nya…" keluhnya kemudian.
"Ken, apakah sebahagia itu jatuh cinta kali ini?" tanya Riyo kemudian.
Kenzo mengerutkan keningnya menatap wajah Riyo.
"Kau terlalu berlebihan," balas Kenzo acuh.
"Aku melihatmu berbeda kali ini, Ken. Kau bahkan bukan yang pertama kalinya jatuh cinta, iya bukan?" ucap Riyo kembali.
Kemudian Kenzo kembali menoleh ke arah Riyo, sesaat kemudian dua orang teman dekatnya ikut bergabung bersama.
"Akh, sebetulnya pun aku tidak tahu. Aku hanya merasa… Alona berbeda dengan wanita yang lain, dengan para wanita yang pernah menjalin hubungan denganku juga tentunya."
"Woooh… Lihat mereka, kawan. Mereka saling mencurahkan hati masing-masing, karena kali ini Ken kita juga sedang berpacaran dengan salah satu siswi di sekolah tetangga. Hahaha…" ujar salah satu teman dekat Ken.
"Cih… Apaan kalian ini?" balas Riyo menyela.
"Tapi, Ken… Bolehkah kami bertanya sesuatu padamu?" tanya salah satu temannya lagi.
"Hem, katakan!"
"Tapi… Kami takut kau akan tersinggung dengan pertanyaan kami, Ken."
"Hais… Kalian tahu bagaimana Ken kita, dia tidak akan mudah mencerna suatu omongan sampai ke dalam hatinya," balas Riyo kembali.
"Ehm, ya… Kami percaya itu, maka itu persahabatan kita tetap solid."
"Banyak omong, lu! Katakan cepat!" Riyo menaikkan nada bicaranya. Dia memang seperti itu, meski itu hanya sekedar gertakan biasa saja dan berujung dengan candaan tentunya.
Kenzo terkekeh-kekeh sambil menggelengkan kepalanya mendengar ucapan teman-temannya itu.
"Yeee… Kau berisik sekali saat sedang penasaran!" balas temannya lagi, lalu kemudian mereka kembali tergelak tawa bersama.
"Ehm, Ken…" panggil temannya lagi di sela tawa riang mereka.
Kenzo melirik menanggapinya.
"Apakah kau… Sungguh menyukai siswi itu?" tanya temannya melanjutkan.
"Hem, aku sungguh menyukainya."
"Tapi, Ken… Selama ini, aku tahu begitu banyak yang mengejarmu, mereka cantik dan seksi, sangat modis tentunya, bintang kelas, bintang sekolah kita."
Kenzo tersenyum kecil, lantas diam-diam Riyo menendang kedua maki mereka satu persatu di bawah meja. Lalu kemudian mendelikkan kedua matanya menatap mereka.
"Aku tidak tahu, apakah ucapanku ini benar atau tidak. Terlalu naif dan egois atau tidak, tapi satu hal yang aku tahu. Ketika kita merasakan jatuh cinta, kita tidak akan bisa memilih kepada siapa kita akan merasakannya. Karena jatuh cinta datangnya dari hati," ucap Ken tegas.
"Woah…" seru Riyo bertepuk tangan.
"Tapi, Ken. Apa kau tidak malu?"
"Malu? Kenapa harus malu?"
"Karena, kau… Kau bisa saja mendapat ejekan dari para wanita yang mengejarmu,"
"Aku tidak peduli itu!" jawab Ken tegas.
"Uuuuuhhh… Ini baru Mr. KENZO," sahut Riyo menepuk bahunya.
Dalam hati Kenzo memang menyadarinya, begitu banyak siswi-siswi cantik dan seksi yang menginginkannya menjadi pacar. Akan tetapi, semua itu justru membuat Kenzo risih dan menolaknya tanpa berpikir panjang.
Jatuh cinta memang selalu susah ditebak, hal itu hanya akan dirasakan ketika dua hati saling meng-klik satu sama lain. Tidak peduli, akan bagaimana pasangan kita memiliki kekurangan terlebih jika memiliki kelebihan.
Halo, jangan lupa vote dan review nya kakak-kakak. Tinggalkan juga jejak komentar baik kalian, ya... Luv yu all...