webnovel

#11

Terdengar suara adzan subuh, Ara sudah siap dengan sejadahnya. Hatinya terasa sangat tenang dan damai, dengan dilantunkannya ayat ayat yang begitu merdu terdengar. Rizal yang berada di atas tempat tidur mendengar dan menghayati setiap ayat yang dilantunkan sang istri. Tak dirasanya air mata yang menetes begitu saja membuat hatinya tersentuh,

Ara yang telah menyelesaikan kewajibannya melihat sang suami yang sudah beranjak dari tempat tidurnya, Rizal memeluk hangat Ara, seakan hatinya terasa tergugah olehnya.

"maaf..." hanya itu yang dilontarkan Rizal ketika ia memeluk Ara. Ara mengerti akan suaminya yang belum siap membimbingnya, ia membalas pelukan sang suami sebab ia juga tidak mau memaksakan orang yang belum siap dengan pendiriannya.

Mereka segera turun dari kamarnya untuk segera sarapan dan berangkat untuk memulai aktivitasnya masing masing. Tak lupa mereka segera pamit kepada Oma. Seperti biasa, Rizal mengantarkan Ara terlebih dahulu dan langsung ke arah kantornya.

Setelah Ara pulang dari kampusnya, ia menyempatkan membuat makan siang untuk suaminya. Ia diantar oleh Pak Min, supir pribadi Oma, sebab Oma yang menyuruhnya untuk mengantarkan Ara sampai kantor Rizal.

Sesampainya di kantor, Ara disambut Tian asisten pribadi Rizal, Tian segera mengantarkan Ara langsung ke ruangan suaminya,

" silahkan masuk nyo_ _ _" belum sempat meneruskan pembicaraannya, Tian sudah membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, ia melihat Leni sedang memeluk Rizal, Tian menelan salvinanya dengan kasar sebab ia tak bisa berkata apa apa kepada Ara yang sudah masuk bersamanya. Rizal langsung menatap ke arah Ara dan langsung melepas pelukan Leni

" Maaf, saya permisi.." Ara keluar dengan keadaan hatinya yang sulit diartikan, Rizal segera mengejarnya, namun tak sempat ia meninggalkan ruangannya tangannya sudah ada yang menariknya dari belakang.

"siapa dia sayang?" ujar Leni.

" lepas.. dia istriku" ucap Rizal, Leni tak mau melepaskan tangan Rizal sehingga ia menepis genggamannya dengan sangat kasar.

" kamu handle semuanya, aku ada urusan hari ini." ujarnya yang menatap Tian sang asisten.

" siap bos." Tian langsung meninggalkan ruangan dan tidak memperdulikan Leni sama sekali, sebab dari awal ia tak suka terhadap perempuan yang selalu mengganggu bos nya.

Rizal mengejar Ara, namun tak dilihatnya. Rizal mencari Ara sampai keliling kantornya, tiba di sebuah taman yang tak jauh dari kantornya, akhirnya ia bisa menemukan istrinya yang sedang duduk di atas rumput hijau dengan posisi kaki yang di pegang tangannya dan sebuah tempat makan disisinya. Rizal menghampiri Ara dan duduk di sisinya dengan posisi yang sama.

"Dek, itu bukan seperti yang kamu pikirkan, aku bisa jelasin semuanya" cakapnya yang sudah duduk di sebelah Ara.

"Tak apa mas, aku pergi hanya tidak ingin mengganggumu, aku tidak mau mencampuri urusanmu. Meskipun aku ini istri sah mu, namun aku tak berhak untuk itu. " jawab Ara.

" kamu berhak dek, kamu itu istriku, dia Leni wanita yang sudah dijodohkan oleh Oma sebelum Oma mengenalmu, namun mas tidak begitu memperdulikkannya, apapun yang dia lakukkan terhadap mas, mas tidak membalasnya. Mas sudah bosan dengan ini semua, makannya mas mau menikahimu supaya dia tidak begitu mengejarku."

" jadi mas mau menikah denganku hanya untuk itu ?" ujar Ara, Rizal menatap Ara dalam dalam dan memegang kedua tangannya.

"awalnya iya, namun mas mulai mencintaimu di awal pernikahan kita, mas belum siap memberimu nafkah bathin sebab mas belum mendalami semuanya, mas masih belum yakin kalau mas akan menjadi imam yang baik untukmu. maafkan mas ya dek, mas sangat buruk untukmu" Rizal mulai menundukkan kepalanya dan meneteskan butiran bening di matanya.

" mas, Ara menerima semua kekurangan mas termasuk hal itu. kita belajar sama sama ya, Ara juga masih belajar kok" katanya. Ara memegang wajah Rizal dan menghapus air mata yang terlintas dipipinya. Rizal membalas pegangan Ara di pipinya.

"kita pulang yuk.. Apa kamu tak keberatan jika mas memberimu nafkah bathin sekarang?" Tanya Rizal yang dibalas anggukkan Ara dengan ikhlas Ara menyetujuinya, sebab ini termasuk kewajibannya setelah menjadi seorang istri.

Mereka segera meninggalkan taman dan langsung melaju ke arah rumahnya.

Hai sahabat... jangan lupa untuk like nya ya 🤗🤗🤗

Chapitre suivant