webnovel

Keberangkatan

Di kamarnya, Jack sedang mempersiapkan diri untuk misinya besok. Melihat proses penyerapan pedang sihirnya yang masih membutuhkan waktu sampai tengah malam, ia menghela nafas seraya berharap dapat meningkatkan level senjata itu untuk mempercepat prosesnya.

Empat hari memang bukan masa yang lama. Tapi bagi Jack yang mengandalkan senjata slimenya untuk bertahan hidup, empat hari itu serasa tak kunjung berlalu. Padahal tombak hitam di tangannya sudah mengantre untuk dicerna oleh senjata slimenya.

Stingwolf <Unique>

Description : Tombak yang dibuat oleh pandai besi Tarud dengan menggunakan kayu Streaf dan taring Serigala Fernis yang telah dibubuhi racun. Sangat Kuat dan lentur. Senjata jarak menengah yang ideal. <Speed -8>

'Senjata dengan kualitas Unique! Pantas saja beratnya tidak main-main'. Batin Jack saat memeriksa tombak itu dalam equipment-nya.

Leather Shield <Normal> <Slime>

Description: Tameng kulit yang dilapisi oleh pelat besi di belakangnya, ringan dan kuat <90%> <Speed -1>

'Kalau begitu aku akan mencerna tamengnya dulu' batin Jack.

Setelah melihat tameng baru yang dibuat oleh Homdumir dan puas dengan bentuknya, Jack menaruh tameng kulit yang merupakan perubahan dari tameng slimenya itu di atas tameng barunya lalu berkata.

"Digest."

Tameng tersebut meleleh menjadi jelly dan membungkus tameng baru yang ada di bawahnya. Perlahan-lahan bentuknya mengecil lalu merangkak masuk ke dalam tubuh Jack.

Jack menghela nafas dan berkata di dalam hati, 'besok aku akan mengambil tameng lain dari gudang workshop untuk aku bawa. Sayang sekali saat menggunakan skill digest aku tidak bisa menggunakan senjata tersebut.'

Siang itu Jack memutuskan untuk melatih skill Mana Control yang ia pelajari dari Pak tua Izack beberapa hari yang lalu kemudian melanjutkan penelitian lingkaran sihir.

Mana Control : Mengontrol mana seperti bagian dari tubuh, dapat mendeteksi pergerakan yang ada dalam jangkauan mana tersebut.

Dengan mana yang Jack punya sekarang, ia hanya dapat menjangkau sejauh lima meter dari tubuhnya. Jangkauan itu pun berkurang jika ia menggunakan mana tersebut untuk mengaktifkan lingkaran sihir.

Sebenarnya ia lebih tertarik untuk bereksperimen dengan lingkaran sihir. Tapi Pak tua Izack melarang keras karena takut terjadi kecelakaan jika Jack melakukan eksperimen tersebut tanpa pengawasannya.

"APA!" seru pria berambut pirang yang sedang duduk di sebuah kursi. Wajahnya terlihat terkejut dan marah saat mengatakannya.

"Maaf tuan, kami betul-betul tidak tahu di mana Donovan menyembunyikan kereta kuda milik Kremas itu setelah menculiknya." Tukas pria kurus berambut hitam yang sedang bersujud di lantai sambil memohon.

"Cepat minta bantuan dari Shadowcifer. Kita harus menemukan batu itu sebelum adventurer busuk itu menyadarinya. Aku tidak mau tahu. Kalau sampai kita tidak mendapatkan batu itu, kau akan membayarnya dengan hidupmu." Perintah pria berambut pirang.

"Baik tuanku." Pria kurus itu pun mundur tanpa berani menatap mata Majikannya.

Tatkala angin berhembus membawa udara dingin fajar itu, ratusan adventurer yang berkelompok-kelompok mulai beranjak dari aula guild. Langit yang semakin memerah menjadi pertanda mulainya perburuan anggota Shadowcifer yang memilih menjadi kawan para iblis.

Jack dan teman-temannya berada di barisan paling belakang dan berjalan ke arah yang berbeda dengan kelompok adventurer lain yang ada di depan mereka. Dari Informasi yang berhasil mereka kumpulkan, kereta Kremas kemungkinan besar berada di sisi selatan pegunungan Hermirath.

Dengan membawa senjata masing-masing, delapan orang anggota Dragon Hammer membentuk tiga tim. Tarud dengan palu besarnya berjalan bersama Steven sang penyihir, mereka adalah tim pemimpin dan berjalan paling kiri.

Jaxson, Kyle dan Lily adalah tim kedua, mereka bertugas menyisir bagian tengah yang terletak di lereng pegunungan Hermirath. Sedangkan Jack, Martin dengan Zweihänder-nya dan Fábián dengan belatinya mendapat bagian paling kanan.

Tiga tim itu berjalan bersamaan dengan jarak 50 meter antara satu dengan yang lainnya untuk memaksimalkan radius pencarian mereka.

Dalam hening, Jack, Martin dan Fábián menyusuri jalan setapak yang menghubungkan Kota Alexandrium dengan kota Thurnalduhr, ibukota Galilea. Di sebelah kanan mereka terhampar padang rumput luas yang membentang sejauh mata memandang. Sedangkan di sebelah kirinya bukit-bukit pegunungan Hermirath menjulang tinggi memenuhi pandangan mereka.

Tim ini mendapat tempat yang paling mudah dan aman dari ketiga tim Dragon Hammer yang ikut dalam misi tersebut. Karena di sebelah kanan mereka penuh dengan padang rumput, musuh yang mendekat akan terlihat dari jauh. Begitu juga dengan sebelah kiri, musuh harus menghadapi tim mereka yang lain untuk dapat sampai di posisi mereka.

Jalan yang mereka lalui pun landai dan tidak banyak rumput tinggi seperti yang dilalui oleh tim dua yang dipimpin oleh Jaxson.

Tapi Jack merasa tidak nyaman dengan kesunyian yang ia lalui sekarang. Untuk memecah keheningan itu Jack bertanya kepada Martin.

"Apa tidak lelah membawa pedang sebesar itu?"

"Aku mewarisi darah Barbarian dari ayahku yang berasal dari Murador, pedang ini termasuk kecil di tempat itu." Jawab Martin sambil mengayunkan Zweihänder dengan panjang satu setengah meter di tangannya dengan sangat mudah.

Hening pun mampir lagi. Tidak kuasa menahannya, Jack pun berusaha mencari bahan pembicaraan yang menarik.

"Apa kalian tahu tentang batu yang sedang kita cari ini?"

"Kata Tarud batu itu adalah salah satu artifak kuno dari zaman peperangan melawan iblis." Jawab Fábián dengan nada rendah.

Benar-benar seorang assassin sejati, kata-katanya simpel dan langsung menuju ke pokok pembicaraan, tidak lebih tidak kurang. Jack hampir menangis meratapi kondisi timnya yang sangat membosankan itu.

Selama empat hari Jack dan teman-temannya mencari kereta kuda itu tanpa ada hasil. Bahkan rodanya pun belum terlihat. Sebenarnya Jack sudah tidak tahan lagi berjalan bersama dengan tim pendiam seperti mereka yang lebih cocok dikatakan sebagai tim pengintai.

Satu-satunya hal membuatnya tetap bersemangat ialah proses digest senjata slimenya yang pagi ini selesai. Untuk membuat temannya tidak curiga Jack meninggalkan senjata cadangannya di semak-semak dengan dalih buang air besar.

Siang itu, saat mereka selesai makan siang, suara gemuruh pertarungan terdengar dari arah tim Jaxson berada. Saat mereka bertiga hendak berlari menuju ke sana untuk membantu mereka, tiga orang berpakaian hitam terlihat menuruni bukit tempat suara tersebut berasal.

"Shadowcifer!" seru Jack saat melihat luka bakar yang sepat ditorehkannya dalam pertempuran beberapa hari lalu kepada salah satu anggota mereka.

"Adventurer berengsek itu bagianku!" teriak pria itu sambil mengacungkan pedangnya ke arah Jack. Otot berwarna merah keluar dari matanya, terbakar rasa dendam yang memuncak pria itu melesat dengan kecepatan tinggi setelah memperkuat tubuhnya dengan mana berwarna hitam.

��Mau melawanku dengan serangan yang sama? Jangan mimpi,' batin Jack sambil mundur dan mempersiapkan tamengnya sembari memperkirakan kapan serangan pria itu sampai padanya.

Dibutakan oleh rasa dendam, pria yang wajahnya penuh luka bakar itu melesat secepat kilat ke arah Jack, mana hitam membara di sekujur tubuhnya saat ia melancarkan tendangan berputar.

'Satu,' saat hitungan mundur Jack masuk ke angka satu, ia berhenti dan mempersiapkan diri untuk menerima tendangan itu sembari memperkuat tubuhnya dengan mana dan menggunakan kedua tangannya untuk memegang tameng bundar di depan dadanya.

Melihat gerakan Jack, pria buruk rupa itu tersenyum lebar karena merasa telah memenangkan pertarungan tersebut. Tapi matanya melebar saat kakinya hendak menyentuh tameng di tangan musuhnya.

Duri-duri sepanjang lima belas sentimeter tiba-tiba keluar dari permukaan tameng itu. Ia yang tidak sempat lagi mengubah arah tendangannya panik. Kakinya terkoyak oleh duri-duri sebesar jempol kaki yang ia tendang dengan sekuat tenaga. Pria buruk rupa itu pun mengerang kesakitan sambil memegang kaki kanannya.

Jack yang terdorong mundur sejauh dua meter tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Melihat perhatian musuhnya teralihkan oleh luka di kakinya, Jack melontarkan dirinya dan menghantamkan tameng durinya ke wajah dan tenggorokan pria itu dan mengakhiri hidupnya.

Empat orang yang menyaksikan kejadian itu tercengang, mulut mereka ternganga, lidah mereka kelu. Baik teman maupun musuh Jack tidak percaya pertempuran mereka berakhir secepat itu. Bukan itu saja, mereka tidak menyangka tameng Jack yang tiba-tiba berubah dan mengeluarkan duri-duri tajam dari permukaannya.

Tersadar, salah satu pria berbaju hitam itu pun memberi isyarat kepada temannya untuk lari karena takut dengan Jack yang kelihatan seperti petarung yang tangguh.

Tapi Martin dan Fábián tidak tinggal diam. Mereka tidak bisa membiarkan kedua pria berbaju hitam itu pergi, terutama pria yang sedang membawa batu merah kehitaman sebesar kepalan orang dewasa di tangannya. Karena batu itu adalah benda yang sedang mereka cari-cari.

Saat mereka berusaha menghadang kedua pria berbaju hitam itu, lingkaran sihir di tangan kiri orang yang membawa batu mulai menyala. Saat tangannya itu ia hentakkan ke permukaan tanah, kabut putih tebal tiba-tiba muncul dan menyembunyikan mereka dari ketiga musuh didepannya.

"Aaargh!" suara erangan tiba-tiba terdengar dari dalam kabut itu.

Salah seorang pria berbaju hitam keluar dengan mata merah dan badan yang lebih besar dari sebelumnya. Tanduk berwarna merah darah tiba-tiba keluar dari dahi pria itu saat taring-tarung tajam memenuhi mulutnya. Ia dengan pedang besarnya menyerang Martin dan Fábián yang tengah menghadangnya.

Setelah melihat isyarat kedua temanya, Jack mempercayakan orang itu pada mereka dan memutari kabut putih untuk mengejar pria yang membawa batu artifak. Tapi sayang di balik kabut tebal itu ia tidak melihat siapa pun. Padang rumput di depannya terlihat kosong, bahkan dengan penglihatan mananya Jack tidak mampu menemukan seorang pun di tempat itu.

'Teleportasi?' tanya Jack dalam hati.

Sementara itu, Martin sedang menahan serangan pria berbaju hitam yang badannya telah berubah menjadi monster. Saat kedua pedang mereka beradu, ia menyadari kekuatan orang itu lebih besar darinya.

Fábián tidak tinggal diam. Sambil bergerak ke arah samping ia melempar beberapa kunai ke wajah musuhnya. Tapi pria itu berhasil menangkisnya dengan pedang besar di tangannya.

DI sisi lain, Jack terlihat bingung saat tidak dapat menemukan siapa-siapa, bahkan saat kabut tebal di depannya menghilang. Tidak bisa berbuat apa-apa mengenai hal itu Ia pun berbalik dan berlari ke arah kedua temannya yang sedang melawan pria yang sekarang lebih terlihat seperti jelmaan iblis itu.

Jack mengubah tamengnya ke bentuk semula dan pedangnya ke bentuk pedang sihir lalu mempercepat langkahnya. Dari belakang monster itu ia mengarahkan tebasan jarak jauh dari pedang sihir yang dimilikinya ke otot tendon yang ada di kaki kirinya.

Serangan mana berbentuk bulan sabit tipis itu meluncur ke kaki monster itu dan melukainya saat perhatiannya teralihkan oleh serangan kunai yang dilempar Fábián. Meskipun serangan itu tidak menghentikan pergerakannya secara keseluruhan, kelincahan tubuhnya berkurang drastis. Dengan kecepatan itu, ia tidak akan sanggup melawan mereka bertiga sekaligus.

Saat Luka sayat dan tusuk mulai terakumulasi di tubuh iblis yang ada di depan mereka, suara raungan keras datang dari arah pegunungan Hermirath.

"RAAAAAAAAGH …!"

Ruang di sekitar mereka sempat bergetar saat suara itu mengaung di udara. Pada saat yang sama ketiga orang itu melihat ke arah asal sumber suara. Mereka membayangkan sosok monster seperti apa yang sanggup mengeluarkan raungan sengeri itu.

Chapitre suivant