Aula Andeventurer Guild pagi itu terlihat ramai seperti biasanya, banyak orang sedang sibuk mencari misi di papan besar yang tertempel di dinding aula itu. Sinar matahari yang masuk dari jendela di sebelah timur menjadi saksi perebutan misi yang baru saja dikeluarkan hari itu.
Setiap pagi, petugas administrasi akan memasang misi-misi baru yang diajukan pada hari sebelumnya. Karena tempat ini adalah markas besar para Adventurer, misi yang mereka terima bukan hanya dari kota ini saja. Melainkan dari kota-kota lain seperti ibukota Kerajaan Avantheim, Kota Catania. Banyak misi datang dari kota itu, diantaranya ada misi pencarian orang, misi perlindungan, pencarian barang langka, pencarian tanaman obat, pencarian artifak kuno, misi penyelamatan, dan lain sebagainya.
Jack berjalan melewati aula itu menuju ke tangga untuk naik ke lantai dua sambil mengamati mereka yang sedang berebut misi, terutama misi yang berhubungan dengan iblis. Karena itu satu-satunya peluang mereka untuk menjadi lebih kuat dengan cepat, meskipun tidak semua misi tersebut dapat membuat mereka bertemu dengan para iblis.
Iblis dapat datang ke benua Palonia ini dengan beberapa cara, pertama melalui laut. Laut yang mengelilingi benua Palonia ini sangat berbahaya, selain terdapat makhluk ganas sebesar pesawat terbang, laut itu juga diselimuti kabut tebal yang dapat membuat orang yang melewatinya tersesat dan tak dapat kembali.
Cara kedua adalah melalui ritual sihir. Orang melakukan ritual pemanggilan iblis dengan berbagai alasan, ada yang sengaja melakukannya karena menginginkan kekuatan, ada yang sedang melakukan penelitian dan ada juga yang awalnya hanya main-main saja. Persamaannya hanya satu, mereka sama-sama berakhir sebagai tragedi.
Saat hendak menaiki tangga Jack mendengar seseorang memanggilnya, "Hai orang baru? Mana slime buruanmu? Apa sudah kau makan karena kelaparan di tengah jalan? Hahaha." Jack melihat ada sekitar dua puluh orang yang memakai lencana workshop Blazing Trails sedang duduk di depan tangga, seperti sengaja ingin mengganggunya.
"Aku sarankan untuk membawa hewan peliharaan, anjing misalnya. Tapi tidak lucu kan kalau peliharaanmu memburu lebih banyak mangsa dari majikannya. Hahahaha"
Mereka menertawai dan mencemooh Jack, meski tidak peduli ia merasa tidak nyaman dan emosi saat orang sebanyak itu menertawakannya.
"Selamat datang Slime Hunter! Hahaha" Pria botak yang kemarin mencemoohnya meraung ke arah Jack.
"Slime Hunter! Slime Hunter! Slime Hunter!" Orang-orang itu menirukannya saat Jack sedang berjalan tepat di depan mereka. Saat itu, di depan Jack muncul sebuah pesan 'Title: Slime Hunter, acuired'.
Jack tersenyum lebar, ia menoleh ke arah orang-orang itu kemudian menunjukkan giginya yang putih sambil mengacungkan jempol, sebuah kilau cahaya keluar dari giginya seperti iklan odol zaman dulu. Orang-orang itu pun terdiam, mereka tidak menyangka reaksi kegembiraan keluar dari orang yang mereka olok-olok tadi. Di dalam hati mereka berkata 'Apa dia seorang masochist?'
Jack berjalan menaiki tangga dengan riang gembira karena mendapat sebuah title baru, ia tidak sabar ingin segera melihatnya.
Saat berjalan melewati meja resepsionis, mata Jack bertemu dengan mata hijau bening yang juga sedang memandang ke arahnya. Gadis elf berambut pirang itu tersenyum manis saat Jack melihatnya, ia pun membalasnya dengan senyuman. Setelah tersenyum Jack cepat-cepat memalingkan wajahnya ke ruangan Francis karena mukanya mulai memerah.
Sayang aku sudah punya istri. Jack menghela nafas dan mempercepat langkah kakinya.
Ia mengetuk pintu itu dan mendapat jawaban beberapa detik kemudian, "Masuk." Jack pun membuka pintu dan masuk ke ruangan itu.
"Ah, selamat pagi Jack. Ada yang bisa aku bantu?" Seperti biasa, Francis menyapa Jack dengan senyuman khasnya.
"Begini Tn. Francis..."
Francis mengangkat tangan kanannya untuk menyela, "Jangan panggil tuan, Francis saja cukup. Kita rekan kerja sekarang, jujur aku tidak menyangka kau bergabung dengan Dragon Hammer secepat ini." Ia terkekeh lalu mempersilakan Jack duduk dengan menunjuk bangku di depannya.
Jack duduk, berdeham lalu mengulangi kata-katanya, "Begini Francis, aku ingin belajar teknik bertarung dan cara menggunakan mana. Apa yang harus aku lakukan?"
"Bagus, seorang Adventurer memang harus bisa menjaga dirinya sendiri. Sebentar akan kuambilkan sebuah katalog." Francis berdiri dan mengambil sebuah buku tebal yang terlihat berat di rak buku yang ada di sebelahnya.
"Fuuh, setelah workshop kita membuat kertas baru, sepertinya kita harus mengganti semua buku arsip yang ada di sini. Idemu sangat bagus, aku harap kita dapat memproduksi kertas itu secepatnya." Tutur Francis setelah meletakkan buku itu di atas mejanya.
Saat itu sebuah ide muncul di pikiran Jack. Kenapa aku tidak membuat mesin ketik saja? Itu akan membuat pekerjaan administrasi di Guild menjadi lebih rapi dan mudah. Karena huruf Terrenia cukup rumit, tulisan orang-orang di dunia ini jelek-jelek, Jack salah satunya.
Francis melihat Jack yang sedang mengangguk-angguk sambil tersenyum, ia pun penasaran dan bertanya, "Kenapa Jack?"
Jack tersadar dari lamunannya, "Ah. Setelah mendengar kata-katamu tadi tiba-tiba aku hanya mendapatkan sebuah ide baru."
"Apa itu?" Terlihat tertarik, Francis spontan bertanya.
"Sebuah mesi- … alat untuk mempermudah kita menulis." Hampir saja, aku lupa kalau dunia ini belum mengenal mesin.
"Begini cara kerjanya…" Jack menjelaskan cara kerja mesin ketik yang ia ingat kepada Francis. Sambil mengangguk dan memegang janggutnya ia pun memberi komentar. "Menarik, sangat menarik. Kita perlu segera membahasnya di workshop. Kerja bagus Jack, aku bisa melihat masa depan workshop kita yang cemerlang." Francis tertawa lalu mengacungkan jempolnya ke arah Jack.
"Setelah kita dapat memproduksi kertas dengan kualitas yang lebih baik. Akan kubicarakan dengan Tarud." Kedua orang itu tersenyum sambil saling pandang dan mengangguk bersamaan.
"Oh iya, Teknik bertarung apa yang ingin kau pelajari Jack?" Tanya Francis, berusaha kembali ke topik awal.
Setelah berpikir sejenak Jack menjawab, "Kombinasi antara tameng dan pedang pendek." Jack memilihnya karena kombinasi tersebut dirasa sangat cocok baginya. Ia yang sama sekali belum pernah belajar memegang senjata dapat menggunakan tameng untuk meningkatkan pertahanan dan pedang untuk menyerang. Sangat aman dan stabil bagi pemula seperti dia.
"Ada lima orang yang membuka kelas pedang dan tameng. Dua diantaranya membuka kelas umum di akademi, selebihnya privat. Di kelas umum kau harus datang sesuai dengan jadwal yang mereka tentukan, kau juga akan berlatih bersama murid lain yang kebetulan memilih guru yang sama, Tentu saja harganya jauh lebih murah dari kelas privat."
Francis bersandar di kursinya lalu melanjutkan, "Untuk kelas privat, kau boleh datang sesuka hatimu kepada guru yang kau pilih, selama mereka punya waktu, kau dapat belajar padanya kapan pun yang kau mau. Mana yang kau pilih Jack?"
Tanpa ragu Jack menjawab, "Kelas privat. Guru mana yang kau rekomendasikan?" Karena tidak kekurangan uang, tentu saja ia memilih kelas privat. Selain waktunya yang fleksibel, guru di kelas privat biasanya lebih kompeten dan berpengalaman.
"Nardar Ironsong, dia seorang Adventurer yang cukup terkenal dengan teknik pedang dan tameng. Meskipun wataknya sedikit keras tapi sebenarnya hatinya baik, aku jamin dia adalah guru yang kompeten. Biaya pendaftarannya 3 koin perak dengan tarif satu perak tiap pertemuan. Memang cukup mahal, tapi kau tidak akan menyesal memilihnya. Bagaimana?" Francis bertanya sambil menunjukkan nama dan tarif yang ada di dalam buku itu kepada Jack.
Jack menaruh tangan kanannya yang mengepal di bibirnya dan mulai memikirkannya. Aku masih punya 54 koin perak, jika setiap minggu aku berlatih tiga kali, 54 koin perak cukup untuk tiga bulan. Patut dicoba.
"Baiklah… Bagaimana aku harus mendaftarkan diri?"
"Guild akan membuatkan surat permohonan yang nanti akan kau antarkan ke orangnya langsung." Francis mengambil selembar kertas dan mulai menulis dengan pena bulu yang ada di sebelahnya.
Setelah selesai, ia melanjutkan. "Sekarang tinggal guru sihir. Hmmm, pilihannya cukup banyak dan harganya bervariasi. Mungkin karena mereka lebih banyak berada di kota dan memperdalam pengetahuan mana mereka daripada bertualang ke alam liar. Mereka membuka kelas untuk mendapatkan uang tambahan. Saraku kau memilih Sylviane Rousselle, dia cukup terkenal dan harga yang ia tawarkan juga tidak begitu tinggi, lihatlah sendiri." Seperti tadi, Francis mengacungkan jari telunjuknya pada permukaan kertas di buku katalog itu dan menunjukkan kepada Jack tarif milik Sylviane Rousselle.
Tapi saat itu Jack melihat nama lain yang ia kenal, Izack Newtown. Spontan Jack menunjuk nama itu lalu berkata, "Aku ingin belajar dari orang ini"
"Apa kau yakin? Tarifnya sangat tinggi. Untuk biaya pendaftaran saja kau harus membayar satu koin emas dan tambahan lima koin perak setiap kali pertemuan." Francis mengangkat satu alisnya, merasa sedikit bingung dan terkejut.
"Sangat yakin." Sambil tersenyum Jack mengatakannya dengan tegas.
Asal aku bisa belajar dengan pak tua itu, berapa pun akan kubayar. Mana yang ia pancarkan sangat kuat dan seperti hidup, orangnya juga asik, aku tidak akan bisa menemukan guru yang lebih baik.
Sambil mengangguk dansedikit bergumam Francis menjawabnya "Baiklah. Aku rasa uang bukan masalah besar untukmu Jack. Semuanya satu koin emas dan tiga koin perak, apa kau membawa uangnya?"
"Ada" Jack membuka kantong uangnya dan memberikan uang pendaftaran itu kepada Francis.
"Oke, jika profesor Izack menolakmu, kembalilah ke sini. Aku akan mengembalikan uang pendaftaranmu." Francis tersenyum dan mulai menulis surat permohonan itu.
"Tidak masalah" Inikah rasanya menjadi orang kaya? Tidak peduli berapa banyak uang yang kukeluarkan asalkan hatiku puas? Hehehe. Di dalam hati Jack merasa sangat puas.
Setelah selesai menulisnya, Francis berdiri dan menarik sebuah tali di sebelahnya. Beberapa saat kemudian, gadis elf yang tadi sedang berjaga di meja resepsionis masuk ke ruangan itu. Kejadian beberapa hari yang lalu pun terulang kembali.
"Arquene, tolong beri stempel dan catat di buku agenda."
Gadis elf itu hanya mengangguk dan cepat-cepat pergi dari tempat itu karena mukanya sedikit memerah.
Setelah gadis itu keluar Jack melihat Fancis sedang memperhatikannya sambil tersenyum dan menyipitkan matanya.
"Ke-Kenapa Francis?" Sedikit grogi Jack bertanya.
"Tidak. Tidak apa-apa. Jangan khawatir, kita tidak melarang hubungan asmara sesama Adventurer." Ia terkekeh sebelum berkata "Kau bisa menemukan Nardar di tempat latihan. Tanyalah petugas guild yang ada di sana. Kalau profesor Izack ada di Perpustakaan Alexandrium."
"Terima kasih Francis" Jack berdiri dan mengulurkan tangannya.
Sambil menjabat tangan Jack, Francis menjawab, "Sama-sama Jack, jangan sungkan untuk datang kemari kalau kau butuh sesuatu. Dan, kutunggu alat barumu itu."
Jack keluar dari ruangan itu dan berjalan menuju ke meja resepsionis. "Jadi namanya Arquene."