webnovel

Misi

"Aaaaaaaaaah~"

Mata Jack seperti ditusuk dengan jarum sebesar jari kelingkingnya. Ia pun terbaring, sambil meronta-ronta kedua tangannya memegang kedua matanya yang terasa seperti terbakar. Keringat mulai bercucuran di sekujur tubuhnya, detak jantungnya semakin cepat, telinganya berdenging saat mana di dalam tubuhnya bergejolak.

Sambil menahan rasa sakit Jack mencoba mengatur nafasnya dan menstabilkan aliran mana di dalam tubuhnya. Setelah beberapa menit rasa sakit di matanya perlahan mulai hilang, ia pun tidur telentang dan membuka matanya. Setelah melihat keadaan di sekitarnya ia menyadari bahwa penglihatannya tidak berubah sama sekali, ia merasa kecewa. Tapi saat melihat tangannya ia kaget, terdapat sebuah lapisan tipis berwarna putih kebiru-biruan yang melapisi kulit luarnya.

Inikah mana? Jack mencoba menebalkan dan menipiskan lapisan mana itu dan dapat melakukannya dengan mudah, ia pun tersenyum kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Hahahahaha"

Saat itu sebuah notifikasi muncul, 'Mana Vision Learned'.

Mana Vision

- Seluruh syaraf penglihatan yang ada di matamu telah dialiri oleh mana, sekarang kau dapat melihat mana yang ada di sekitarmu.

Setelah gagal dalam percobaan untuk mendapat skill baru dengan mengumpulkan mana di telinganya, Jack tertidur karena kelelahan.

...

Sang fajar bangun lebih pagi dari biasanya, langit yang gelap pun takut dan beranjak pergi menjauhinya. Cahayanya menyapa semua makhluk menembus jendela dan menyinari wajah seorang laki-laki berambut hitam yang tengah tertidur. Pria itu pun bangun karena belaiannya, rasa lapar di perutnya memaksa Jack bangun dan menghabiskan lima koin perunggu untuk meredakannya.

Ia kembali ke kamar, mandi dan memakai armor-nya, lalu pergi ke perpustakaan untuk menemui pak tua Izack. Sesampainya di sana ia tidak menemukan pak tua itu di belakang meja seperti kemarin, ia pun bertanya pada seorang pustakawan muda yang sedang duduk di menggantikannya.

"Permisi, apa kau tahu di mana pak tu..an Izack berada?"

Pria muda itu berhenti menuli dan melihat ke arah Jack, "Oh..., profesor Izack sedang membaca buku di lantai dua, ada yang bisa kubantu?"

"Tidak, terima kasih" Setelah menunjukkan lencananya ia pergi ke lantai dua untuk mencari pak tua Izack.

Jack melihat pak tua Izack sedang membaca buku sambil menikmati teh hangat dan sandwich di dekat jendela, ia pun berjalan mendekatinya. Mana pak tua ini sangat unik, terlihat seperti hidup. Ia pasti seorang penyihir yang handal.

Langkah kakinya menggema di ruangan yang sepi itu, pak tua itu pun menoleh ke arah Jack dan memuntahkan teh yang sedang diminumnya ke atas meja, mengenai buku yang sedang ia baca.

"Uhuk, uhuk, uhuk..." teh hangat itu masuk ke dalam hidungnya.

"Selamat pagi profesor Izack" sapa Jack sambil tersenyum.

"Uhuk, uhuk, uhuk..." ia mengangkat tangan kanannya ke arah Jack, menyuruhnya untuk menunggu sebentar.

Setelah beberapa saat batuknya pun reda, ia mengelap mulutnya lalu berkata kepada anak muda di depannya itu, "Selamat pagi Jack, ada yang bisa kubantu? Apa kau ingin bertanya sesuatu kepadaku?"

Jack tidak menjawab, ia hanya melihat ke arah buku di depan pak tua Izack yang basah karena terkena teh sambil tersenyum sinis.

"Tadi ada lalat yang mencoba masuk ke hidungku jadi aku sedikit tersedak, hahaha. Jangan khawatir, aku akan mengganti buku ini dengan yang baru. Duduklah Jack" Kata pak tua itu sambil menepuk tikar di sebelahnya. Jack pun duduk di sana.

"Ehem, begini profesor. Aku ingin bertanya tentang monster yang ada di sekitar kota ini, aku ingin meningkatkan level... maksudku, kekuatanku. Apa anda dapat memberiku petunjuk?"

Pak tua Izack berpikir sambil membelai jenggot putihnya. Beberapa saat kemudian ia menjawab, "Kau tahu kan kalau jumlah monster sekarang sudah sangat berkurang. Cara tercepat untuk menaji kuat adalah dengan mengikuti misi yang berhubungan dengan para iblis. Tapi aku yakin misi seperti itu sudah banyak diperebutkan sekarang, apalagi kulihat kau tidak punya rekan yang bisa kau ajak untuk menyelesaikannya. Menurutku lebih baik kau tidak usah tergesa-gesa, belajarlah dulu di akademi, pelajari cara menggunakan senjata untuk menyerang dan bertahan. Dengan begitu kau akan dapat bergabung dengan sebuah kelompok Adventurer untuk menyelesaikan misi bersama".

Aku tidak sesabar itu pak tua. Aku ingin segera menjadi kuat dan kembali ke duniaku!

Sebelum Jack sempat menanggapi, pak tua Izack menambahkan, "Kalau kau bersikeras ingin berburu monster, satu satunya jalan yang bisa kau ambil adalah berburu slime, monster itu berbentuk seperti jelly yang terbentuk dari mana. Kau dapat mencarinya di jalur pertambangan batu bara yang sudah tidak dipakai lagi, walaupun kudengar sudah tidak ada yang pergi ke sana lagi karena sudah jarang sekali monster itu keluar, kurasa tidak ada salahnya mencoba. Kau bisa pergi ke sana mencari slime sambil berlatih. Kalau kau beruntung, mungkin kau dapat menemukan satu slime setiap dua atau tiga hari" ia berusaha untuk mematahkan semangat Jack untuk berburu monster dan lebih memilih untuk belajar bertarung di akademi terlebih dahulu.

Slime... monster... mana... hampir punah... jelly... Jack tidak dapat menahan bibirnya untuk tersenyum, ia pun berkata sambil menepuk pundak orang tua di sebelahnya itu, "Ide bagus, terima kasih pak tua... Emm, profesor. Apa anda tahu di mana aku bisa menemukan buku yang membahas tentang monster, terutama slime?"

Mata pak tua Izack melebar, ia tidak menyangka Jack memberikan reaksi seperti itu. Setelah berpikir sejenak ia berkata, "Ayo kuantar ke sana, aku juga ingin mengambil buku lain di sekitar sana. Tapi kenapa kau tiba-tiba ingin belajar tentang slime?".

"Sebelum memburu sesuatu, bukankah kita harus terlebih dahulu mengetahui tentang apa yang akan kita buru itu profesor. Aku lihat orang-orang di sini sangat meremehkan pengetahuan. Apa mereka tidak sadar kalau pengetahuan juga merupakan sebuah kekuatan" Jack berkata sambil tersenyum.

Pak tua Izack tercengang saat mendengarnya, ia seperti kehabisan kata-kata. Ia hanya bisa mengangguk dan menemaninya ke lantai satu.

Mereka turun ke lantai satu dan mengambil buku berjudul 'Ensiklopedia Monster 01' yang ditulis oleh pak tua yang berada di sebelahnya itu, dan satu lagi berjudul 'Slime' oleh seseorang yang bernama Raworin Lantoris kemudian kembali ke lantai dua setelah mencuci tangan mereka.

Di buku 'Ensiklopedia Monster 01' ada empat puluh monster yang dibahas termasuk slime, serigala fenris yang pernah ia lihat, bahkan ada lembar yang membahas tentang Naga. Jack tersenyum lebar saat melihatnya, ia lega di dunia ini ada seekor naga. Kakek di sebelahnya berkomentar ketika melihatnya tersenyum saat melihat halaman tentang naga itu.

"Mimpi di siang bolong anak muda? Walaupun kau berlatih selama seratus tahun, kau akan mati terkena bersin makhluk itu. Hahahaha" ia tertawa lepas sambil memegang perutnya.

Saat itu mata tiga orang yang berada di ruangan itu melihat ke arah kakek itu, terutama seorang nenek tua yang sedang duduk di belakang meja resepsionis sambil memegang buku. Tatapannya seperti dapat menusuk ke jantungmu.

"Ehem, ehem" Pak tua itu berdeham beberapa kali. Mukanya sedikit memerah karena malu. Jack melirik ke arah pak tua itu, sambil tersenyum sinis ia berkata, "Lihat saja nanti profesor".

Pak tua Izack hampir tertawa lagi tapi menahannya.

Pak tua ini ternyata kocak orangnya. Jack tersenyum dan menggelengkan kepala saat melihatnya.

Sayang sekali penjelasan di buku ini hanya secara umum saja, apa ada buku yang membahas lebih dalam tentang naga? Apa aku tanyakan saja pada pak tua ini? Tidak, tidak. Aku tidak boleh terburu-buru, masih terlalu dini untuk melakukan hal itu. Buku ini jauh lebih penting.

Ia menutup buku yang ada di tangannya dan mengambil buku berjudul 'Slime', buku ini berbentuk gulungan dari kertas bambu. Saat hendak membukanya pak tua Izack berkata, "Raworin Lantoris, orang yang menarik. Ia meneliti monster yang sangat sederhana ini dengan sangat teliti, aku pernah bertemu dengannya beberapa kali. Ia seorang half elf"

Pak tua itu membersihkan buku yang terkena air teh lagi, ia terlihat sedih melihat bukunya sedikit rusak. Kelihatannya ia sangat menyayangi buku-buku yang ada di sini, terutama buku yang ia tulis tentunya.

Saat melihatnya Jack tersenyum, ia berkata sambil mencoba menghibur pak tua itu, "Jangan sedih profesor, akan kubuatkan kertas yang lebih bagus dari buku itu"

Pak tua Izack terkekeh lalu berkata "Akan kutunggu janjimu anak muda"

Jack mulai membaca buku itu sambil mengobrol dan berdiskusi dengan Izack Newtown, mereka terlihat semakin akrab. Bahkan wanita tua yang berada di belakang meja resepsionis terlihat tidak percaya saat melihat mereka berdua.

Setelah mengetahui poin-poin yang ia inginkan Jack berpamitan dengan profesor Izack dan berjalan menuju ke Adventurer Guild.

Izack Newtown melihat anak muda itu berjalan menuruni tangga dan berkata, "Sungguh sangat menarik, ia mampu menguasai teknik untuk mengalirkan mana hanya dalam waktu semalam". Senyumnya terlihat semakin lebar.

...

Setelah masuk ke dalam aula Jack melihat papan misi besar yang menempel di dinding, ia ingin tahu misi seperti apa yang ada di sana. Setelah sekitar seperempat jam ia sadar beberapa orang sedang melihat dan membicarakannya dari belakang, ia tidak memedulikan cemoohan mereka dan kembali mengamati papan misi itu.

Sebuah misi yang ditulis dengan kertas kekuningan di pojok bawah menarik perhatiannya, ia mendekat dan melihatnya lebih dekat. Misinya adalah untuk mencari sebuah item disebut 'Mana Esence'. Jack tidak asing dengan item tersebut, ia baru saja membacanya di buku berjudul Slime. 'Mana Esence' adalah salah satu item yang bisa didapat dari slime saat membunuhnya, hanya saja kesempatannya sangat sangat sangat kecil. Item tersebut dapat digunakan sebagai obat dari penyakit khusus yang berhubungan dengan mana.

Orang yang mengajukan misi tersebut adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Alvanheim. Ia membutuhkan 'Mana Esence' untuk menyembuhkan anak perempuannya yang terkena penyakit langka itu sejak lima tahun yang lalu.

Belum ada yang dapat menyelesaikan misi ini sejak pertama kali diisukan lima tahun yang lalu. Karena misi inilah tidak ada orang yang pergi ke jalur pertambangan lama lagi untuk mencari slime. Mereka sudah memburu monster itu secara besar-besaran berharap untuk menemukan 'Mana Essence'. Karena hadiah yang ditawarkan oleh bangsawan itu sangat besar, yaitu 10 koin emas dan sebuah tanah beserta rumah yang cukup besar di Kota Alexandrium. Slime adalah monster yang sangat lemah, jadi hampir semua Adventurer mencobanya terutama Adventurer kelas E & F yang ingin mencoba peruntungan mereka.

Setelah bosan melihat papan misi itu Jack pergi ke Guild Shop untuk menemui Tarud.

Chapitre suivant