webnovel

Seperti Kambing

Rasa lapar menyerang Jack saat ia berusaha menyalakan api, ia berusaha untuk tidak membuat banyak asap karena takut keberadaannya diketahui orang atau makhluk lain di hutan itu. Ia juga ingin mencuci daging serigala itu, hanya saja takut memancing keluar hewan buas yang ada di dalam sungai itu. Setelah sekitar lima belas menit akhirnya api itu siap digunakan untuk memasak. Saat akan memanggangnya ia mendapat sebuah ide.

Sayang sekali tidak ada bumbu, minimal ada garam saja sudah cukup. Hmm, bagaimana kalau aku tambah bunga lavender yang kemarin kupakai untuk menghilangkan noda darah sepertinya bisa mengurangi bau amis daging ini.

Ia pergi mengambil bunga lavender yang letaknya tidak jauh dari tempat itu dan mencampurkannya dengan daging yang akan ia panggang. Hasilnya, bau amis dari daging tersebut sangat jauh berkurang. Ia pun mulai memanggang daging itu dengan alat seadanya.

Bau wangi mulai tercium, air liur mulai bermunculan di mulutnya, Jack tidak sabar lagi untuk memakannya. Ia meniup daging panggang itu lalu menggigitnya, permukaan luarnya crispy dan bagian dalamnya juicy, walaupun ada bagian yang sedikit gosong rasa daging panggang itu menyebar ke seluruh mulutnya, memenuhi hasrat mengunyah yang ia tahan dari tadi pagi.

Rasa daging itu seperti daging kambing, tidak terasa Jack menghabiskan satu kilo daging sendirian, sisa daging itu ia panggang sampai garing dan ia bungkus dengan daun untuk bekalnya selama masih di dalam hutan ini.

"Aaahh, kenyangnya. tenagaku serasa pulih kembali, saatnya bersiap keluar dari hutan ini"

Ia pun kembali ke tempat ia meninggalkan tas berisi ramuan tadi dengan membawa taring, otot tendon dan bekal daging yang ia bungkus dengan daun.

Sesampainya di sana ia mengecek lagi barang-barang yang ia temukan di dalam tas. Ia mencoba mencaritahu apa kegunaan ramuan yang ada di dalamnya. Ia pun mengambil botol berisi ramuan berwarna hijau gelap dan mengeceknya di jendela equipment.

"Equipment"

Jack

Head : <Empty>

Arms : Steel Stabing Dagger; Healt Potion

Body : Slave Clothes; Slave Pants; Leather Belt

Legs : <Empty>

Health Potion

Description : Ramuan obat yang dibuat dari campuran bahan alami. Membantu tubuh dalam beregenerasi.

Attribute : - Health +1 tiap tiga detik.

Ternyata benar, ini adalah health potion. Jack mencoba memegang barang yang ia dapat dari tas itu satu persatu dan mengeceknya di jendela equipment, tapi hanya beberapa barang yang muncul keterangannya.

Mana Potion

Description : Ramuan obat yang dibuat dari campuran bahan alami dengan batu mana. Membantu mengembalikan mana dalam tubuh.

Attribute : - Mana +1 tiap lima detik.

Scorpion Poison

Description : Racun yang dibuat dari kalajengking beracun. Jika masuk ke aliran darah korban ia akan merasa sulit bernafas dan mati dalam tiga puluh menit.

Attribute : -

Mana Stone

Description : Mana yang terkonsentrasi dalam berbentuk padat.

Attribute : -

Ternyata batu yang berwarna biru itu Batu Mana, seperti item drop di game RPG, batu itu keluar dari monster yang kita bunuh. Mungkin alasan kenapa tidak langsung keluar saat aku membunuh serigala itu karena butuh waktu untuk mengumpulkan mana di tubuhnya ke dahinya.

Jack menghitung 'rezeki' yang ia terima hari ini. Ada lima belas botol Health potion, 10 botol Mana Potion, 4 botol racun kalajengking, sekitar tiga puluh kilo batu mana, 5 koin emas, 50 koin perak, dan 30 koin perunggu. Sisanya baju dan perhiasan.

Dari beberapa baju yang ia temukan, Jack memilih baju yang terlihat tidak terlalu mahal dan mencolok. Baju itu berwarna hitam, lengan panjang dan celana yang terlihat seperti pasangannya. Kainnya lembut tetapi kuat dan terdapat sebuah lambang tiga pisau menghadap ke bawah di dada sebelah kirinya yang disulam dengan benang berwarna emas. Setelan baju itu terlihat sama dengan baju yang dipakai pria yang mati di dekat sungai. Sepertinya simbol itu milik kelompok atau organisasi orang yang mati itu. Jack menghilangkan simbol di dadanya itu dengan pisau lalu memakainya.

"Pakaian yang bagus dan nyaman di pakai, Ah, ada sepatu kainnya juga. Setelah kubuang simbol yang ada di telapaknya aku bisa memakainya. Keadaannya akan jadi rumit kalau sampai aku bertemu teman orang itu dan lambang ini masih ada. Nanti malah aku dikira telah membunuhnya".

Sadar tidak dapat membawa semua barang itu Jack berencana untuk menyembunyikannya di sekitar situ sehingga dapat ia ambil sewaktu ia sedang membutuhkannya.

Aku hanya akan membawa semua uang, beberapa ramuan dan sedikit batu mana saja. Uang sangat penting, aku harus membawa semuanya, sisanya akan kusembunyikan di dalam tanah dekat pohon besar ini.

Ia memisahkan barang yang akan ia bawa dan memasukkannya ke dalam sebuah baju yang sudah ia modifikasi menjadi seperti tas. Jack mulai menggali dan memasukkan tas besar itu lalu menimbunnya kembali. Ia menebarkan daun kering di atasnya agar tidak terlihat mencurigakan, setelah menancapkan sebuah ranting untuk tanda ia pergi dari tempat itu menuju ke tepi sungai.

"Aku butuh senjata untuk melawan makhluk seperti serigala yang tadi malam menyerangku, sepertinya sulit untuk melawan mereka dengan menggunakan pisau ini. Sebaiknya aku membuat tombak dari taring serigala itu. Sepertinya aku melihat batang pohon panjang yang cocok untuk tombak di dekat sungai"

Batang pohon itu tidak terlalu dan sedikit lentur, sangat cocok untuk dibuat menjadi tombak. Jack menggunakan pisau kecilnya untuk memotong batang pohon sebesar tongkat pramuka yang tumbuh di tepi sungai itu. Ia pun mengukur panjang tombak sedikit lebih tinggi dari tubuhnya, lalu membelah ujungnya dan menyesuaikannya dengan taring yang ia punya. Seteh dirasa cukup sesuai, Jack menalinya dengan otot tendon serigala yang sudah ia bersihkan dengan bunga lavender terlebih dahulu.

Setelah selesai, ia membuat satu tombak lagi, tapi kali ini hanya sepanjang tangannya saja.

Ia menaruh dua Health Potion dan satu Mana Potion di pinggangnya untuk jaga-jaga. Kemudian memisahkan dua puluh koin perak dan dua puluh koin perunggu lalu memasukkannya ke kantong uang kecil. Ia memasukkan kantong itu ke saku dalam bajunya. Sisanya ia masukkan bersama bekal, ramuan dan batu mana ke dalam baju yang ia buat seperti tas tadi. Dengan ini Jack pun siap berangkat.

"Hmm, dalam kondisi tidak tahu arah seperti ini, lebih baik aku mengikuti arah sungai, di daerah hilir pasti ada perkampungan. Aku tidak boleh berjalan terlalu dekat atau jauh darinya. Karena binatang buas biasanya pergi ke sungai untuk minum, bisa bahaya kalau tiba-tiba aku bertemu mereka"

Jack pun berjalan menyusuri sungai itu dengan tetap menjaga kewaspadaannya. Hutan yang gelap menyembunyikan sosoknya yang memakai pakaian serba hitam itu.

...

Sore pun tiba, langit di sebelah barat mulai memerah. Situasi di hutan itu terasa lebih gelap dibanding dengan malam hari. Jack tidak dapat melihat kondisi di sekitarnya dengan jelas, ia pun memutuskan untuk menyudahi perjalanannya hari ini.

Jack naik ke sebuah pohon besar dengan menggunakan pohon kecil di sampingnya. Ia belajar dari pengalamannya kemarin dan naik ke ketinggian sembilan meter sebelum berhenti. Ia memilih percabangan yang cukup besar dan meletakkan barang-barangnya di sana. Tombak panjangnya ia tinggal di bawah dan hanya membawa tombak pendek saja.

Kurasa di sini cukup. Percabangannya masih cukup lebar, aku bisa beristirahat dengan tenang. Jack memakan bekalnya lalu pergi tidur.

Di tengah malam, ketika kegelapan menyelimuti hutan itu dengan kesunyian. Sebuah lolongan terdengar tidak jauh dari tepi sungai di mana Jack sekarang berada. Ia terbangun saat mendengarnya, ia menyadari suara itu sangat dekat dengan tempat ia berada sekarang. Sambil memegang tombak pendeknya ia mengamati kondisi di sekitar pohon itu.

Sesosok makhluk berkaki empat terlihat sedang mencari sesuatu, wujudnya mirip dengan monster yang ia bunuh kemarin, hanya badannya hampir dua kali lebih besar. Monster itu sepertinya mencium bau Jack, ia berjalan mondar-mandir di sekitar tempat itu sambil mengendus ke permukaan tanah.

Beberapa saat kemudian, monster itu mencoba untuk menaiki pohon yang sedang dinaiki oleh Jack. Ia berusaha untuk memanjat pohon itu berkali-kali, tapi ia hanya dapat menaikinya setinggi lebih dari enam meter, sedikit lebih rendah daripada percabangan pertama pohon ini berada. Jack merasa takut kalau sampai serigala itu bisa naik, ia pun mulai memikirkan cara untuk melawannya.

Untungnya dia tidak bisa memanjatnya, aku tidak menyangka monster itu bisa melompat setinggi tujuh meter. Untung saja aku memilih pohon yang percabangannya cukup tinggi.

Kondisi tersebut berlanjut sampai hutan itu terlihat lebih terang. Dari atas pohon terlihat cahaya putih yang kadang-kadang lolos dari hadangan sekumpulan daun. Monster serigala itu duduk diam lima meter dari pohon itu, seperti sedang menunggu mangsanya untuk turun.

Berengsek, bajingan itu tidak mau pergi. Aku harus mencari cara untuk melawannya. Aku tidak mungkin berada di sini terus menerus, semakin lama aku berada di sini tubuhku akan semakin lemah dan peluang untuk bertahan hidup semakin kecil. Jack membuka bungkusan yang ia bawa dan mencari sesuatu yang bisa ia pakai.

Mungkin dengan memakai ini aku bisa melawannya, tapi tombakku ada di bawah. Apa cukup dengan tombak pendek ini? Aku harus mencobanya.

Jack mengeluarkan beberapa potong daging untuk umpan dan satu botol racun kalajengking. Ia mengoleskan racun itu pada tombak pendek dan pisau tusuk miliknya, kemudian turun ke percabangan yang paling bawah.

Ia melempar daging yang ada di tangannya ke atas tanah didekatnya dan bersiap untuk menyerang. Aku harus tenang, dengan merasa tenang aku bisa berpikir jernih dan menyerang ke daerah yang tepat. Aku akan menusuk punggungnya dengan tombak pendek ini, lalu menikam matanya dengan pisau. Jack mencoba membuat rencana dan memikirkan berbagai macam skenario yang mungkin terjadi.

Setelah menunggu beberapa waktu, ternyata monster itu tidak terpancing. Ia masih duduk di tempatnya sambil mengawasi kondisi di sekitarnya. Jack bingung, tapi ia hanya bisa terus menunggu.

Satu jam, dua jam, empat jam berlalu tanpa ada pergerakan apapun. Sampai langit mulai gelap, monster serigala itu tidak bergerak sama sekali. Jack merasa pikirannya sangat lelah, ia merasa tegang seharian dan belum memakan apapun. Saat itu serigala itu berdiri dan mendekati daging yang ia lemparkan.

Berengsek, ia menunggu gelap agar aku tidak bisa melihat dengan jelas. Jack menarik nafas dalam-dalam dan berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak punya pilihan lain selain menyerang monster itu. Karena jika ia terlalu lama berada dia atas pohon tenaganya akan terus menerus berkurang dan situasinya akan lebih berbahaya baginya.

Saat monster itu akan memakan umpan yang ia buat, Jack memegang tombaknya dengan erat, dan bersiap untuk melompat. Jantungnya berdetak kencang sampai terdengar di telinganya, nafasnya terasa lebih berat dan pandangannya tidak begitu jelas karena belum terbiasa dengan kegelapan di sekitarnya.

Akhirnya Jack melompat dari ketinggian delapan meter setelah melempar sepotong daging ke arah yang berlawanan beberapa saat sebelumnya untuk mengecoh serigala itu. Ia memegang tombak itu dengan kedua tangannya dan memanfaatkan momentum dan gaya gravitasi untuk menusuk monster itu dari atas.

Keok, Ngik~

Ia berhasil mengenai punggungnya, tapi tombak itu hanya dapat menembus kulitnya sedalam beberapa sentimeter. Saat monster itu berbalik, Jack sedang mengangkat pisau tusuknya. Tanpa ragu ia mengincar mata merah yang terlihat bersinar di kegelapan, ia pun heran kenapa bisa merasa setenang ini di dalam kondisi yang sangat genting seperti sekarang.

Jleb! Ngik~ Ngik~ Serigala itu meronta, ia berhasil mencakar dan menghantamkan kepalanya ke dada Jack, ia pun terpental beberapa meter ke belakang. Ia mencoba bangun dan berjalan ke arah tombak panjangnya, tapi ia merasa tidak bisa bergerak secepat yang ia harapkan. Mungkin karena akibat dari hentakan saat ia menjatuhkan diri tadi.

Serigala itu menerkamnya dari belakang, tapi Jack menggulingkan badannya untuk menghindar. Ia berdiri dan berjalan ke sebelah kanan dimana titik buta dari monster itu berada.

Sambil berusaha tetap berada di titik butanya Jack menghindar dan berguling untuk menghindari serangan dari monster serigala itu. Ia sempat terkena serangannya beberapa kali, sampai beberapa menit kemudian serigala itu mulai sempoyongan.

Akhirnya racunnya mulai bekerja!

Jack berlari dan mengambil tombak panjangnya. Melihat monster serigala itu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia mengambil ancang ancang untuk menusuknya. Ia pun berlari dan menusukkan tombak di tangannya ke arah dada monster itu.

Dengan sebuah ayunan keras Jack berhasil menusuk leher moster itu dan membunuhnya. Ia terduduk, kakinya lemas, jantungnya masih berdetak kencang, telinganya berdenging dan nafasnya terengah engah saat meletakkan tangannya yang masih gemetaran di atas tanah.

"Akhirnya!" Ia pun terduduk, dengan telinga yang masih sedikit berdenging ia mendengar suara langkah kaki dari arah belakang.

Chapitre suivant