webnovel

Keinginan konyol

Meski Eun selalu bergelayut manja pada Glen, jangan remehkan insting dan pikirannya. Saat menjalani tes IQ dia meraih angka tertinggi di kampusnya, hanya saja EQ nya tak pernah memunculkan angka. kematangan intelelligence yang dimiliki Eun diatas rata rata, memang kecerdasan intelektual wanita itu tak usah diragukan lagi, lihat saja usahanya yang selalu menguasai pasar, bahkan perusahaan Jung semakin tinggi berkibar saat Eun ikut terlibat menentuhkan produk apa yang mereka buat. tapi perihal emotional quotiente atau EQ, dokter tak bisa membantu banyak, meski sudah ditangani beberapa terapis Eun tetap tak bisa mengontrol emosinya, wanita itu tidak memiliki kecerdasan secara emosional.

Dia sulit mengatur emosinya yang meledak ledak. Jangan pernah kecewakan, jangan membuat Eun marah, dulu nyonya Park, mama Eun selalu mengatakan itu, tapi setelah beliau tiada, Eun semakin kehilangan kendali. Perselisihan antara Eun dan tuan Jung tak pernah terselesaikan bahkan hingga papa nya meninggal. Eun bahkan tak sudi hadir di pemakaman, dia sangat membenci tuan Jung. Dokter pernah berkata jika Eun Jung memiliki beberapa kepribadian dalam dirinya. Dia bisa sangat manja seperti anak kecil. Mempesona seperti artis papan atas, berani dan lancang, tapi juga rapuh dan rentan depresi.

"Kau mencari sesuatu?" tanya Eun menyadari suaminya merogoh kantong di belakang koper. Glen tersenyum sekilas, dia tak ingin Eun tahu. Dia menyembunyikan sesuatu di sini, tapi mengapa tidak ada! terakhir kali dia menaruh disini. Glen terburu buru menyimpannya saat menaikkan koper di mobil sepekan lalu. Masa hilang? Glen bingung sendiri.

"Aku harus mengurus lagi, dan nomer nya pun aku tidak ingat" kesal Glen membatin. Dia sedikit kesal menyadari sesuatu itu benar an hilang.

Beberapa staff hotel memberikan salam perpisahan dan jajaran pegawai berikut salah seorang direksi mengantar kepulangan pengantin baru, mereka bahkan memberikan bingkisan lagi. Walau sebenarnya enggan, Eun dan Glen menerima dan mengucapkan terima kasih.

"Silahkan" ujar staff hotel dengan hormat, mobil mewah mengkilap dengan seri sama saat penjemputan sudah terbuka, Eun lebih dulu masuk dipersilahkan oleh Glen, selanjutnya dia yang masuk, mereka berdua melemparkan senyuman dan melambaikan tangan, hingga pintu tertutup dan hordeng mobil sudah turun, tertutup.

"Kau ingin minum?" tawa Glen menunjuk kotak di samping duduk mereka, sebuah meja kecil tersedia, Eun mengangguk pelan.

Sebelum meraih gelas, Eun menyodorkan kado yang tadi jadi buah tangan pegawai hotel. Glen mengambilnya dan melemparkan di lantai mobil. Mereka tak begitu peduli, lebih menyenangkan menikmati seteguk wine dalam perjalanan perpisahan dengan kota romantis ini. Karena jarak tak jauh, mereka tak bisa minum terlalu banyak. Keduanya segera turun saat seorang pelayan membukakan pintu dan mengembangkan payung. Glen turun lebih dulu, dia mengulurkan tangan menyambut istrinya. Keduanya berjalan perlahan dengan pengawasan body guard yang sudah siaga di pelataran bandara. Beberapa wartawan sibuk menjentikkan kamera mereka. Sesekali Eun melempar senyuman lebar dan wajah berbinar. Dia sengaja menelpon pewarta melalui staff nya, dia ingin berita pernikahannya bukan hanya dimuat di portal berita lokal. Eun mengatur semuanya.

"Sayang, pakaikan jaket kulit ku!" bisik Eun memerintah. Glen segera meraih jaket yang dia taruh di atas kopernya. Ah, jaket kulit ini, batin Glen sesaat. Dia segera tersadar ketika flash kamera terus saja menyilaukan matanya. Glen menutup punggung Eun dengan jaket kulit yang sudah disiapkan, brand Jung's jelas terlihat di tiup angin bandara. Langkah kaki jenjang Eun Jung, kaca mata hitam, rambut lurus dengan ikatan simple di bawah leher, Eun melangkah bak model fashion show, dia mencuri perhatian publik dengan brand dari perusahaannya sendiri. Eun Jung sangat cerdas. Dia membuat dunia memperhatikan setiap apa yang dia pakai, sebentar lagi jaket kulit ini akan sold out, percayalah! Eun adalah brand sold out Korea.

Glen mengiringi langkah Eun dengan cukup berjarak, dia memberikan ruang pada pewarta untuk mengambil gambar istrinya, Glen paham betul strategi bisnis Eun, tapi asal kau tau jika jaket yang dia kenakan adalah hasil jerih payah Risa, kekasihnya. Glen tersenyum sendiri menyadari semua itu. Istrinya tampil memukau dengan karya kekasihnya. "Mereka begitu sempurna jika dipadukan" bisik batin Glen tergelak sendiri. Glen merasa bangga sebagai seorang pria. Wanita nya begitu lengkap. Glen bisa mendapatkan kekuasaan melalui power istrinya, dan dia bisa mendapatkan banyak ketulusan pada diri Risa.

Mengingat nama Risa tak bisa dielakkan bagaimana permainan mereka yang begitu harmoni di kasur, berbeda dengan Eun yang keras dan beringas. Glen menikmati keduanya. Memikirkan semua itu membuat Glen sedikit frustasi.

"Mungkin aku harus membuat mereka hidup berdampingan agar bisa selalu bersama!" ide konyol Glen datang begitu saja. Eun tak cukup untuk Glen, wanita itu terlalu dominan, Glen tak bisa menjadi diri sendiri di depan Eun. Sementara Risa bukanlah wanita yang mudah dilupakan. Bagaimana dia tertawa dan melayani dengan tulus, hidup akan terasa indah saat bersama wanita seperti itu. Dia tak banyak menuntut dan hal kecil saja sudah membuatnya bahagia, gadis seperti Risa sayang jika dilewatkan, lalu? menjadikan keduanya adalah jalan terbaik.

***

Pagi pagi sekali Risa sudah selesai mandi, dia mengenakan atasan kaos polos dan celana tranning. Risa bersiap hendak ke pasar. Saat gadis itu melangkah perlahan tanpa mau membangunkan Hoon yang tidur di sofa, pria itu malah mengerjakan mata dan menangkap gerakan mencurigakan Risa.

"Kau mau kemana?" suara serak Hoon mengejutkan langkah berjinjit Risa. dia segera menoleh dan mendapati Hoon mengangkat perutnya di dalam selimut, memutar posisi tidur.

"Aku mau ke pasar" jawab Risa. Hoon segera bangun dan duduk dengan wajah yang masih mengantuk, bahkan matanya masih sulit terbuka sempurna, mata sudah sipit ditambah mengantuk.

"Aku ikut" pinta Hoon manja. Risa jelas menolak. "Kau tidur saja, aku hanya membeli stok makanan dan beberapa titipan mama ku" balas Risa segera melangkah meninggalkan Hoon. Benar kata Risa. Hoon masih sangat mengantuk, dia menggunakan strategi yang sama setiap malam, berpura pura sulit tidur dan menonton tv hingga larut, meminta Risa tidur di ranjang dan dia tidur di sofa, padahal Hoon bukanlah orang yang mengalami sulit tidur.

"Aah, badan ku rasanya remuk, setiap malam tidur di sofa panas ini!" gusar Hoon meraih selimutnya, dia tertatih berjalan dengan enggan menuju ranjang, kembali rebahan dan terlelap, tak memakan waktu lama, suara dengkur Hoon terdengar, dia sangat merindukan kasur. Kasur ini saja terasa keras bagaimana dengan kulit sintetis sofa, Hoon tak pernah membayangkan bisa tidur nyenyak selain di kasur bulu angsa di kamar tidurnya.

"Aku rindu papa" suara Hoon mengigau.

Bersambung..

Apa kalian memiliki teman atau orang terdekat yang berkepribadian ganda bahkan lebih? kalo dalam bahasa kita sih dibilangnya, muka dua!

aku minta review bintang 5, komentar penuh dukungan, dan hadianya ya, semoga kita bisa saling mendukung satu sama lain.

Chapitre suivant