webnovel

Keputusan Tetua

"Tetua!".

Para penyihir langsung menunduk hormat, "Mreka sudah di bawa ke ruang perawatan, jangan khawatir". Jawab Jero dengan sedikit lemas.

Sementara itu mata Ken masih tertuju ke arah bukit, "Aku akan pergi mengalahkan monster Brengsek itu". Tegas Ken dengan tiba-tiba.

Kata-kata Ken membuat semua orang terkejut, "Ken! Jangan gegabah?". Tetua desa terlihat pongah dengan raut wajah khawatir, ia merasa baru saja mendengar sesuatu yang sangat sulit di percaya.

"Itu benar, Kita tidak boleh terpancing, mungkin hal itulah yang di inginkan oleh monster brengsek tersebut, Kami masih sangat membutuhkan mu di sini". Kata Jero dengan cepat, ia sama sekali tidak setuju dengan rencana Ken.

Semua orang sudah tahu kekuatan Monster kendi, bahkan para hewan buas di luar pelindung cahaya yang lebih lemah dari monster itu sangat sulit di kalahkan.

Terlebih Ken adalah penyihir tipe pertahanan, kekuatan serangannya tidak akan bisa melukai Monster kendi dengan mudah, dan malah sebaliknya, meski pertahanan Ken sangat kuat, namun semua memiliki batasan, Ken tidak akan bisa bertahan jika monster kendi terus melancarkan serangan.

"Tapi kita tidak punya pilihan lain, jika seperti ini terus, semuanya ... ". Ken bahkan tidak bis melanjutkan kata-katanya karena merasa telah putus asa.

"Ken aku mengerti perasaan mu, kita semua yang berada di sini juga memiliki perasaan yang sama, kau hanya berniat untuk berkorban seorang diri, kau sudah tahu kekuatan Monster itu dan berpikir untuk setidaknya bisa melukainya kan?

Dengan begitu monster kendi akan membutuhkan waktu untuk memulihkan diri.

Tapi Ken ketahuilah, tidak ada yang menginginkan itu". Ucap Jero coba menenangkannya.

"Jero benar, semua orang masih membutuhkanmu di sini, jadi biarkan aku yang pergi ke sana". Kata tetua berjangkit putih dengan suara yang terkesan santai.

"Tidak! Tetua?".

Semua orang terkejut bukan main, mereka memang berpikir untuk menghentikan tindakan Ken, tapi yang terjadi justru tetua desa ingin menggantikan Ken.

Tentu saja tidak ada yang setuju, bagi mereka baik Ken ataupun tetua, keduanya sama-sama penting.

"Kalian semua tenanglah, aku sangat setuju dengan pemikiran Ken, jadi sekarang aku tanya kepada kalian? Siapa yang memiliki serangan yang bisa mengancam monster itu atau setidaknya mampu memberi luka cukup besar dan menahan monster itu dalam beberapa hari?".

Mendapat pertanyaan seperti itu para penyihir hanya bisa terdiam.

"Kalian harusnya bisa sedikit percaya kepadaku". Tetua berjanggut putih tersenyum tipis, lalu memegang pundak Ken dengan lembut.

"Ken! Aku serahkan yang di sini kepadamu, sebisa mumgkin aku akan mengulur waktu, setidaknya sampai semua perahu yang dibutuhkan selesai, dengan begitu kalian semua bisa melarikan diri dari monster itu". Sambung Tetua berjanggut putih menatap Ken dengan lekat.

"Semua orang tahu kau memiliki potensi yang besar untuk menjaga melindungi mereka, jadi kali ini biarkan orang tua ini melakukan sesuatu". Sambung tetua berjanggut putih, dengan tegas, ia pun langsung menoleh ke arah bukit.

"Aku ingin beberapa orang mengalihkan perhatian para hewan buas sampai aku masuk ke hutan, setelahnya kalian harus kembali ke dalam dinding ungu". Pinta tetua berjanggut putih membelakangi semua orang tanpa menoleh sedikit pun.

Mendengar itu, semua orang hanya bisa menunduk sendu, namun tidak ada yang bisa mencegah keputusan satu-satunya tetua desa mereka.

Saat semua orang hanyut dalam kesedihan dan ke putus asaan, Ken mulai mengangkat kepalanya dan berdiri dengan tegap.

"Kalian semua angkat kepala kalian dan jangan merengek seperti anak kecil, tugas kita adalah mengalihkan perhatian para hewan buas brengsek itu, generasi yang lebih tua telah memberikan kehidupan untuk kita, dan akan terus berlanjut seperti itu".

Teriak Ken dengan keras seolah tidak sedih sedikit pun, namun dalam hatinya, sebenarnya ia bahkan tidak sanggup untuk berdiri.

Tetua berjanggut putih pun tersenyum bangga ketika salah satu murid kesayangannya tumbuh menjadi begitu kuat dan bijak, "Ken, kau adalah penyihir yang hebat, aku sangat yakin kau bisa melimdungi semua orang". Tetua berjanggut putih mendongak langit dan tersenyum puas.

Dinding ungu memiliki 4 pintu, pintu timur yang biasa di gunakan dan paling dekat dengan gerombolan hewan buas telah di rusak oleh monster kendi, jadi sudah tidak bis Adi gunakan lagi.

Sementara itu kini para hewan buas sedang berkumpul di pintu Utara yang merupakan arah bukit tempat monster kendi.

"Tetua akan keluar dari pintu Utara, dan tugas kita semua adalah memancing hewan buas tersebut ke pintu sebelah barat. Ken langsung memberitahu rencananya pada semua penyihir.

"Tidak, Ken itu cukup berisiko, pintu Barat dan selatan adalah jalur pelarian untuk para penduduk, jika kita memancing mereka ke sana, hewan buas mungkin akan menyadari sesuatu.

"Aku akan keluar dari pintu barat, meski sedikit jauh, aku rasa itu adalah pilihan terbaik". Jelas tetua dengan yakin,

"Tapi tetua pintu barat langsung tersambung ke laut, dan tempat itu terlalu lapang, pepohonan sangat renggang, kau akan kesulitan untuk bersembunyi". Balas Ken tidak setuju.

"Memang benar, pintu Utara lebih dekat dengan hutan, dan jika menggunakan kecepatan penuh mungkin monster kendi tidak akan sempat memperhatikannya, tapi prioritas kita adalah para penduduk, aku akan berusaha sebisa mungkin agar tidak terlihat".

Jawab Tetua berjanggut putih dengan yakin, lalu tanpa menunggu tanggapan dari yang lainnya ia pun langsung melesat menuju ke pintu barat.

"Tetua?".

Panggil Ken dengan keras saat tetua berjanggut putih melesat dengan cepat, namun tentu saja tetua berjanggut putih hanya tersenyum tipis tanpa menoleh sedikit pun, ia seolah mengabaikannya dan hanya fokus pada kecepatannya.

Chapitre suivant