webnovel

Diary

Sesampainya di kamar Niza langsung melempar tas kecilnya sembarangan di atas kasur, di ikuti tubuhnya, berharap bisa istirahat sejenak, memejamkan mata sesaat namun langsung terbuka lebar, ia sangat terkejut menyadari tas yang dilemparnya terbuka.

Dengan cepat ia terbangun dan mengambil tas kecilnya lalu memeriksa semua barangnya, berharap tidak ada yang hilang, Niza tercengang panik seketika karena melihat buku diary nya tidak ada di dalam tas kecilnya, "Dimana itu? Di mana diary ku?". Dengan penuh kegelisahan, membongkar seluruh bagian kamarnya, berharap ia tidak membawanya ke sekolah.

Namun Niza tidak bisa menemukannya, ia pun bergegas keluar untuk mencari, "Mungkinkah ada di ruang tamu". Pikirnya berlari turun dari tangga dengan cepat.

"Pa, lihat buku aku?". Tanya Niza kepada papanya yang sedang membaca koran, "Kapan kamu pernah membawa buku ke sini?" Jawab papanya dengan ringan, sedikit bingung dengan yang di lakukan anaknya.

Niza tidak menjawab namun memastikan sendiri dan mencari di dekat ayahnya, tapi tidak dapat menemukan apa pun di sana, Niza segera beranjak mencari ke tempat lain.

"Niza duduk sebentar ada yang mau papa bicarakan". Panggil ayahnya dengan keras, sedang Niza masih terlihat kebingungan mencari buku diary nya, "Nanti aja pah, aku harus menemukan buku ku". Jawab Niza tidak menghiraukan panggilan papanya.

Setelah mencari ke semua tempat dan tidak menemukan diary nya, Niza kembali berlari ke kamarnya memastikan sekali lagi, namun tetap saja ia tidak bisa menemukannya.

Kini ia terbaring lemas di atas kasur, mengingat-ingat kembali, "Aku selalu menaruhnya di dalam tas ketika selesai memakainya, apakah itu hilang di sekolah?" Pikirnya semakin membuatnya khawatir, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika seseorang menemukannya lalu membaca isi diary nya tersebut.

Ia hanya bisa menelan ludah dan terus coba mengingat setiap detail yang ia lakukan sepanjang hari, dan kini ingatannya terhenti saat terakhir bertemu dengan Leo dan memakai tasnya untuk memukul Leo.

"Tidak ... tidak mungkin terjatuh di sana!". Pikir Niza yang membuatnya semakin panik, berharap jangan sampai terjatuh saat memukul Leo dengan tasnya, terlebih lagi jika sampai Leo yang menemukannya.

Pagi sekali seperti biasa Leo selalu berdoa dan memeriksa tasnya kembali sebelum berangkat sekolah memastikan tidak ada yang tertinggal, "Pagi bik" Sapa Leo yang menjadi kebiasaannya setiap pagi, "Pagi juga Leo, bibi sudah menyiapkan nasi goreng di meja makan, kamu harus sarapan". Pinta Laela tidak ingin membiarkan Leo berangkat sekolah dengan perut kosong.

"Ya bik". Jawab Leo singkat buru-buru menghabiskan sarapannya, "Hari ini kamu menjadi penurut, biasanya selalu menggoda bibi dan paman mu?" Tanya Laela ringan, sambil menyiapkan bekal untuk Aulia.

"Perasaan bibi aja, aku selalu seperti ini, menjadi anak paling baik sejagat raya". Jawab Leo sambil melahap sarapannya dengan cepat dan tersenyum lebar. "Aku selesai bik" Aku berangkat dulu, Dah". Sambung Leo dengan cepat beranjak keluar melambaikan tangan.

Seperti biasa Leo berjalan kaki menuju halte, naik bus ke sekolah, namun kali ini ia tidak melihat Karin di dalam bus karena memang Leo berangkat begitu pagi.

Sesampainya di sekolah dengan suasana yang sepi, Leo mungkin menjadi yang pertama datang ke sekolah, ia segera menuju Mading dan melihat denah sekolah memeriksa setiap bagian, lalu berjalan lagi dengan santai, namun Leo tidak menuju kelasnya melainkan pergi ke kelas elite.

Beberapa murid dari kelas elite mulai berdatangan satu persatu, namun masih terkesan sepi, Leo memutuskan untuk kembali, "Gadis seperti itu tidak mungkin datang sepagi ini". Pikir Leo dalam hati, dan langsung berbalik untuk menuju kelasnya.

Leo mengambil buku kecil di tasnya dan membacanya dengan berjalan santai, "Brukkk ... Aaaa". Niza tiba-tiba berlari dan menabrak lengan Leo dengan bahunya hingga ia terjatuh dan sedikit merintih kesal, lalu berdiri dengan cepat takut orang lain melihatnya terjatuh, menurutnya itu sedikit memalukan.

Ia menatap dengan memasang wajah hitam ke arah siswa yang membuatnya terjatuh, namun ketika melihat yang di depannya adalah Leo, seketika wajahnya langsung menunduk pucat.

"Kenapa aku harus malu dengan si mulut kejam ini". Pikirnya sesaat dalam hati, "Kamu, kenapa kamu disini?". Teriak Niza keras, melotot dan menunjuk wajah Leo.

"Aku pikir kamu bisa berubah dalam semalam setelah kehilangan sesuatu". Jawab Leo sedikit terkejut lalu membalas tatapan tajam Niza, "Apa maksudmu". Niza mengerutkan kening kesal.

"Aku bilang kamu orang idiot keras kepala yang tidak pernah belajar sesuatu". Tegas Leo dingin dan langsung berjalan meninggalkan Niza.

Niza semakin kesal namun tidak bisa membalas, lalu terlintas di benaknya tentang diary nya yang hilang, dan Leo berkata tentang kehilangan sesuatu.

Dengan cepat ia mengejar Leo yang sudah berjalan beberapa langkah di depannya, spontan memegang tangan kiri Leo, "Tunggu apa kamu mengambil sesuatu yang bukan milikmu?". Menatap Leo dengan penuh penasaran.

"Entahlah yang aku tahu, aku kesini untuk mengembalikan sesuatu yang aku pungut di jalanan". Jawab Leo dengan ringan sambil menatap Niza dengan tatapan menggoda.

"Itu pasti milik ku, cepat kembalikan". Pinta Niza dengan cetus, "Maaf aku tidak tidak lagi berniat mengembalikan apa pun". Kata Leo dengan santai, seolah sedang mengejek Niza.

Niza pun melepaskan tangan Leo dengan pasrah, namun ia tidak menyerah begitu saja, diary itu sangat penting baginya, ia pun dengan cepat menghadang Leo, "Barang itu sangat penting bagiku, hanya itu yang aku miliki untuk mengenangnya, jika itu benar-benar milik ku, bisa kah kamu berbaik hati untuk mengembalikannya". Ucap Niza yang terlihat sedih dan pasrah.

Leo hanya tersenyum tipis, "Haha, Kau pikir aku akan tertipu dengan sikap pura-pura mu itu, aku baru tahu, ini cara orang populer meminta sesuatu". Jawab Leo menyingkirkan tangan Niza, namun Niza dengan cepat meraih tangan Leo.

"Itu adalah milikku kenapa kau tidak mau mengembalikannya?" Niza semakin kesal dengan tingkah Leo.

Namun Leo tiba-tiba terdiam melihat ke arah tangannya yang di pegang erat oleh Niza, Niza pun merasa sedikit aneh dan sedikit melotot tersadar sedang memegang tangan Leo, ia pun dengan cepat melepaskan tangan Leo.

Leo merasa sedikit aneh, dan langsung memutar tubuhnya ke samping kanan, "Khem, mmm". Leo menjadi sedikit salah tingkah sambil bergumam memijat tenggorokannya, dan begitu juga dengan Niza memutar tubuhnya ke arah sebaliknya, meremas jari jemarinya dan menutup mata, merasa begitu bodoh.

"Aku akan memberikan diary mu di kantin, sebagai imbalannya kamu harus menraktirku makan". Ucap Leo tanpa menoleh ke arah Niza, "Baik aku akan menraktir mu". Niza menjawab dengan spontan tanpa berpikir.

Leo berjalan dengan cepat meninggalkan Niza dengan perasaan aneh, dan Niza pun berjalan dengan cepat ke arah sebaliknya, memejamkan mata dengan kuat dan terus meremas jarinya karena merasa sangat malu.

"Apa yang aku katakan, apakah aku menjadi ikut bodoh setelah bertemu dengannya". Dalam hati Leo terbengong bingung, ia ingin kembali lalu menarik kembali kata-katanya, dan langsung memberikan diary Niza tanpa memberinya syarat seperti itu.

Namun dalam benaknya, jika kembali ia benar-benar akan terlihat semakin bodoh, jadi dia memilih mengurungkan niatnya tersebut, sementara Niza dengan pipi merahnya berjalan dengan perlahan, terbengong memikirkan jawabannya sendiri yang menerima syarat Leo begitu mudah,

Kini Leo dan Niza sama-sama tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelahnya, terlebih lagi kantin adalah tempat yang begitu ramai.

Chapitre suivant