Mendengar Leo yang bergerak di belakangnya Karin segera menengok ke belakang melalui samping kanan tempat duduknya, ia begitu terkejut matanya terbuka lebar karena wajah Leo persis berada di depannya.
Leo hanya menatapnya, ia tidak mengeluarkan ekspresi yang aneh, Leo yang baru saja selesai memperbaiki tali sepatunya tidak menyangka gadis didepannya akan menoleh ke belakang dengan tiba-tiba.
Karin yang begitu dekat dengan wajah Leo dan melihat ketampanan Leo yang tiada duanya langsung merasa malu, wajahnya memerah kepanasan dan dengan segera menutup wajah dengan kedua tangannya kemudian menarik tubuhnya sendiri ke depan.
"Wanita yang aneh" Ucap Leo dengan hampir tidak ada suara, sementara Karin masih merasa canggung karena rasa malu dan tidak berani lagi menoleh ke belakang.
Bus yang di tumpangi Leo kini sudah sampai halte yang tidak jauh dari sekolahnya, ia pun segera berdiri dan berjalan ke luar, saat berada di pintu bus Leo melihat Karin yang masih diam dan bengong.
"Gadis aneh apakah kamu tidak sekolah di sini?" Ucapnya dengan tegas ke arah Karin, dan langsung turun tanpa menoleh lagi, Karin yang mendengar suara tegas dari Leo sontak membuatnya langsung terkejut dan beranjak dari tempat duduknya bergegas untuk keluar.
Karin yang semakin malu kini hanya berjalan perlahan di belakang Leo, sambil memukul-mukul kepalanya "Issstt bodoh, bodoh, tolol" Ucapnya dengan suara kecil pada dirinya sendiri.
Namun kerena merasa terlambat Karin mempercepat langkahnya dan berniat untuk melewati Leo, ia menunduk sambil memeluk ransel yang ia taruh di depannya sembari mempercepat langkah.
Leo yang melihat Karin semakin aneh kini hanya menggelengkan kepala, "Apakah sekolah ini menerima siswa aneh" Ucap Leo dengan nada dingin kepada Karin yang baru saja melewatinya.
Karin merasa sedikit tersinggung , namun ia terlalu malu untuk menjawab apalagi sampai berdebat dengan Leo yang sudah membuatnya seperti itu, ia hanya bisa mempercepat langkahnya untuk menghindari Leo.
Akhirnya Leo sudah berada didepan gerbang sekolah ia menghirup udara dengan panjang kemudian melepasnya perlahan lalu terlihat senyum tipis di bibirnya dan segera berjalan masuk dengan penuh percaya diri.
Leo segera menuju Mading untuk melihat detail denah sekolah, ia pun melihat sekelompok siswa-siswi lainnya sudah berkumpul, Leo yang tidak terlalu peduli kepada orang lain hanya berjalan santai.
Saat menuju kerumunan, beberapa gadis mulai memperhatikannya dan bahkan mengambil beberapa gambar Leo, "Apakah dia manusia" ... "Aduh tampan banget" ... "Dia pasti seorang model" Suara-suara pujian dari beberapa siswi yang seperti ulat kegirangan melihat ketampanan Leo.
Leo yang semakin dekat dengan kerumunan dan melihat sosok yang tidak asing sedang berusaha menerobos keluar dari kerumunan setelah melihat kelasnya.
Sekolah ini membagi kelas menjadi 3 tingkatan yaitu yang paling bawah adalah kelas biasa, kemudian tingkat menengah adalah kelas paporit, dan yang paling tinggi adalah kelas elite.
Kelas biasa diisi oleh kalangan siswa-siswi yang tidak terlalu kaya dan tidak begitu berprestasi, sementara kelas paporit diisi oleh kebanyakan siswa-siswi yang berprestasi atau kaya.
Sementara kelas elite adalah kelas tingkatan tertinggi yang hanya diisi oleh siswa-siswi super kaya dan dari keluarga terkenal.
Dengan rambut yang sedikit acak-acakan dan baju yang kusut, ia melihat Leo berjalan menuju kearahnya "Ah sial" Kata sandi yang berbisik pada dirinya sendiri, "Apakah dia akan mengenaliku?" Sambungnya dalam hati.
Leo semakin dekat dengan kerumunan dan ia menatap sandi, Sandi yang melihat Leo sedang menatapnya, ia langsung menyapa Leo, "Hay kawan bukankah kita berteman" Ucapnya ringan yang langsung tersenyum lebar sambil menepuk pundak Leo.
Namun Leo tetap bersikap dingin pada sandi, dan segera memalingkan wajahnya kearah kerumunan untuk melihat kelas dan melihat denah sekolah.
Sandi yang melihat Leo mengabaikannya dan menghadap ke kerumunan mulai merasa aneh, "Apakah dia juga mau melihat kelasnya, berarti dia juga siswa baru disekolah" Ucap sandi dalam hati yang awalnya mengira kalau Leo adalah kakak kelasnya.
Tanpa basa basi sandi langsung melompat ke depan Leo dan menghentikannya dengan membentang kedua tangannya.
"Tunggu sebentar apakah kamu siswa baru" Tanya sandi penasaran, "Apakah ini adalah urusanmu" Jawab Leo dengan dingin sambil mendekatkan wajahnya kearah sandi.
Sandi yang melihat tubuh Leo lebih tinggi darinya dan terlihat begitu kuat, dan ucapan Leo yang begitu dingin membuat sandi hanya menelan ludah nya sendiri.
Namun sandi mulai berpikir, "Kalau dia menjadi temanku aku akan aman di sekolah" Ucap sandi dalam hati sambil tersenyum tipis.
"Hey-hey brow jangan marah dulu aku tidak bermaksud, justru aku ingin membantumu mencari kelas, dan memberikan informasi penting lainnya" Jelas sandi sambil berjalan mengikuti Leo.
"Boleh aku tahu namamu?" Sambung sandi mencoba mendekati Leo dan berharap Leo mau berteman dengannya, namun Leo hanya diam dan menatapnya.
"Okey-okey kenalin aku sandi" kata sandi sambil menjulurkan tangannya dan menggoda Leo lagi dengan berbagai macam cara.
Melihat usaha yang dilakukan sandi membuat Leo merasa sedikit bersalah, "Aku Leo" katanya dengan singkat, mendengar Leo akhirnya menanggapinya membuat sandi merasa lega.
Okey Leo sesuai janjiku aku akan membantu mencari kelasmu, ia pun langsung berlari dengan cepat dan menerobos kerumunan untuk mencari kelas Leo.
Beberapa saat kemudian sandi menemukan kelas Leo yang kebetulan berada di kelas yang sama dengannya, ia segera ingin menerobos keluar, tapi ia merasa aneh kerumunan yang tadi sangat padat sekarang sudah longgar, sandi hanya melihat beberapa siswa didekatnya dan tidak menemukan seorang siswi satu pun.
Sandi pun keluar dari kerumunan dan sangat terkejut semua siswi ternyata berkerumunan di depan Leo, sandi yang melihat itu kemudian lari menerobos kerumunan para siswi dan langsung meraih tangan Leo kemudian menariknya menjauh dari tempat itu.