webnovel

Bulan Madu

Pesawat pun lepas landas menuju tempat bulan madu mereka, Odie yang semalaman tak tidur pun terlelap dengan sangat nyaman. Ia tak sadar jika kepalanya bersandar di pundak suaminya, sedang Diego merasa sangat bahagia di moment seperti sekarang. Ia memejamkan matanya menyusul sang istri ke alam mimpi.

Odie merenggangakan tubuhnya saat seorang pramugari memberitahu jika pesawat akan mendarat di bandara. Alangakah terkejutnya ia saat menyadari jika selama perjalanan ia bersandar di pundak suaminya. Dengan malas ia membangunkan Diego.

Mereka turun dari pesawat, mata Odie membulat sempurna saat menyadari jika kini mereka tengah berada di Maladewa, tempat paling romantis. Ia beberapa kali mengerjapkan mata untuk memastikan bahwa semua ini bikanlah mimpi, tempat yang biasanya hanya ia lihat di internet dan televisi kini ada di depan mata.

"Oh .... Tuhan, benarkah ini nyata? Rasanya aku ingin berteriak sekencang-kencanganya, aku bahagia," teriak Odie dalam hati.

Mereka menuju mobil yang sudah di sediakan oleh nyonya Stevany menuju resort. Selama perjalanan Odie terus memperhatikan jalanan dengan menyembunyikan kebahagiaannya, ia masih enggan berinteraksi dengan makhluk yang paling menyebalkan di sampingnya itu. Padahal jika mereka dalam keadaan yang baik pasti alan sangat menyenangkan. Oh tidak, Odie akan kewalahan jika mereka dalam keadaan baik. Sudah di pastikan si singa itu akan melahap makanannya dengan sangat rakus.

Mobil sampai di sebuah bangunan yang bisa di katakan super mewah. Lagi-lagi Odie terpesona akan keindahan yang terpampang di hadapannya. Sebuah resort mewah yang berdiri di atas laut yang dangkal, dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Hamparan pasir putih yang di padukan dengan birunya air laut begitu memanjakan mata siapapun yang melihatnya. pemandangan bawah laut lengkap dengan karang dan biota laut juga terlihat jelas, karean air laut di sana sangatlah jernih.

Odie hanyalah anak yang besar di panti asuhan. Miskin? Itu pasti, jadi semua yang ia rasakan saat ini adalah hal yang luar biasa di dalam hidupnya. Bahkan bermimpi saja Odie tidak pernah, terapi sekarang ia bisa melihatnya secara langsung keindahan Maladewa yang sudah sangat tersohor itu kini nyata di depan matanya.

"Ya Tuhan, apa ini? Ibu benar-benar menyiapkan paket bulan madu yang super sempurna," batin Odie berucap.

Satu buah ranjang king zize dengan sprei putih polos yang di hiasi ratusan bukan, mungkin jutahan kelopak bunga mawar segar. Ini adalah kamar yang di siapkan khusus untuk pengantin baru layaknya mereka.

"Mau sampai kapan kau berdiri di sana?" ucap Diego yang membuat bodyguard cantik itu tersadar dari lamunannya.

Odie tak menjawab pertanyaan Diego, ia masuk dan menutup pintu. Ia berjalan menuju jendela yang langsung menghadap laut, senyumnya merekah seiring dengan hembusan angin yang menyapu wajahnya. Diego terdiam melihat hal yang biasa baginya, akan tetapi luar biasa bagi seorang Odie. Puas dengan menikmati pemandangan Ia segera menghampiri koper untuk menata pakaian mereka di lemari. Lagi-lagi Odie ingin menjerit, saat melihat jika pakaian yang di siapkan ibu mertuanya bukanlah pakaiannya. Oke, untuk dres masih bisa terima. Tapi untuk lingrei? Kenapa semua pakian kurang bahan dan sangat transparan ini lebih mengerikan di banding yang ada di rumah?

"Hah!" ucapnya sambil mengangkat lingrei berwarna merah menyala di depan matanya.

Odie meraih ponselnya saat suara yang memberitahunya ada panggilan yang masuk. Dan nama yang tertera adalah 'Ibu Stevany', Odie langsung mengangkatnya.

"Halo," sapa Odie pada ibu mertuanya.

"Halo, bagaimana dengan kejutan ibu Sayang?" suara riang nyonya Stevany.

"Kejutan? Kejutan apa ini?" umpatnya dalam hati.

"Odie ... kenapa diam?"

"Eh ... ya bu, maaf aku sedang membereskan baju ke lemari," ucap Odie berbohong.

"Ya sudah selamat bersenang-senang Sayang, dan semoga pulang kalian membawa kabar baik untuk Ibu," sambungan pun terputus.

Suara nyonya Stevany nampak begitu bahagia di sebarang sana. Namun, sebaliknya dengan Odie mungkin hari-harinya akan sangat melelahkan harus menghadapi singa yang tak pernah merasa kenyang meski sudah di beri makan. Odie menoleh ke arah Diego, lelaki itu malah tersenyum penuh arti padanya.

"Dasar, anak dan ibu sama saja membuatku stres!" umpatnya dalam hati.

"Itu cantik," celetuk Diego yang ditunjukan pada lingrei di tangan Odie. Ia juga menaikan satu alisnya.

Odie hanya melotot pada suaminya, rasanya ia ingin melempar sesuatu ke mulut suaminya yang selalu asal bicara. Diego hanya terkekeh melihat aura kemarahan istri tangguhnya itu.

"Mau istirahat apa langsung jalan-jalan?" tanya Diego memulai percakapan.

Sejak di jemput Odie di hotel, ia sudah merasa tak marah lagi pada wanita yang selalu membuatnya merasakan hal baru itu. Namun, sepertinya kemarahan sang istri masih dalam kadar yang sama, jadi sebisa mungkin ia ingin mencairkan suasana agar kembali seperti semula.

"Besok saja, aku mau istirahat," jawab Odie datar.

Setelah selesai meletakan pakaiannya di lemari, Odie bergegas ke kamar mandi. Di dalam ia menatap pantulah dirinya di cermin besar yang tergantung di kamar mandi. Entah apa yang ia pikirkan saat menatap bayangan dirinya, Odie langsung memulai ritual mandinya.

Saat Odie keluar dari kamar mandi, mejaa pun sudah di penuhi makanan. Tak mau banyak berpikir, Odie menyantap makan malamnya dengan sangat lahap.

Malam ini mereka memilih di kamar saja, hanya tidur lho ya. Tapi namanya saja Diego, seperti kebiasaan barunya setelah menikah ia melepas semua pakaiannya. Dengan santainya ia tidur dengan memeluk Odie yang sudah menuju alam mimpinya terlebih dahulu.

****

Odie membuka mata saat mentari pagi menyapa mereka yang masih nyaman di balik selimut apalagi di tambah pelukan hangat sang suami membuat Odie enggan beranjak dari ranjang. Tidak di pungkiri pelukan samg suami dalah tempat ternyaman Odie untuk saat ini, Odie menyibak selimut dan seperti biasa pemandangan yang akan ia temui setiap pagi adalah tubuh sang suani yang selalu dalam keadaan polos.

Odie segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun, sebelum menutup pintu Diiego menahan pintu itu, ternyata dia juga sudah bangun sedari tadi hanya saja ia pura-pura masih tidur. Dan akhirnya mandi pagi Odie bukan hanya mandi, melainkan mandi plus-plus.

"Katanya mandi? Apa ini tanganmu nakal Diego!" Odie terus mengomel karena ulah Diego.

"Ini bulan madu kita Sayang ... jadi ayolah kita nikmati hari-hari kita," jawabnya yang sudah di pastikan ini akan mejadi hari yang melelahkan untuk Odie.

Selesai dengan mandi plus-plus, Diego mengajak Odie untuk sarapan yang lebih pas di bilang makan siang karena jarum jam menunjukan pukul sebelas siang, waktu yang lebih mendekati makan siang ketimbang sarapan.

Sebuah restoran mewah dengan nuansa yang romantis di tambah dengan menu yang tak kalah mewah, Odie sangat menikmatinya hembusan angin pantai membuat suasana di sana sangat nyaman. Perlahan ia membuang amarahnya yang tak jelas itu, senyum kembali menghiasi wajah cantiknya. Diego ikut tersenyum di tambah wanita yang ada di hadapannya ini tak henti menebar senyuman yang sangat manis.

Bersambung....

Chapitre suivant