webnovel

Kaburlah Deri Kuroka nyaa~

Sepulang sekolah Beberapa hari kemudian.....

Meski aku memikirkan itu, waktu berlalu dengan cepat dan sekarang sudah sore...kami akan dalam masalah kalau tak segera kembali. Tindakan ini dirahasiakan dari Buchou dan yang lainnya, dan akan merepotkan kalau kami tertangkap oleh OSIS.

"Fuu, tak ada kemajuan hari ini juga."

Ujar Saji seolah kehilangan gairahnya. Saji adalah yang paling ogah ogahan melakukan ini.

".....Yuuto-senpai."

Koneko-chan juga sepertinya merasakan keganjilan.

DEG DEG DEG

Sekejap itu aku merasa bergidik. Apa ini hasrat membunuh? Apa diarahkan pada kita?

"Lihat ke atas!"

Saji berteriak. Saat kami semua melihat ke atas, ada pria pendeta berambut putih jatuh membawa pedang panjang!

"Hal semacam perlindungan langit untuk para pendeta ini aye,"

KACHIN!

Kiba mengeluarkan Pedang Iblisnya dengan cepat dan memblokir tebasan Freed.

"Freed!"

"....! Ise-kun? Heeee, bukankah ini reuni aneh? Bagaimana? Sudahkah kekuatan Nagamu meningkat? Tak apakah membunuhmu sekarang?"

Si brengsek ini sikapnya buruk seperti biasanya! Jadi pedang yang dia bawa adalah Excalibur!? Aku memang bisa merasakan aura berbahaya darinya, seperti Irina dan Xenovia. Kami melepas busana pendeta kami, memperlihatkan seragam sekolah kami.

"Boosted Gear!"

[Boost!]

Kekuatanku meningkat. Tugasku kali ini adalah mendukung. Aku mentransfer kekuatan boost pada Kiba. Aku ingin Kiba bisa bertarung semampunya, tapi aku akan membantu kalau kondisi makin berbahaya.

"Rentangkan sambungan!"

SWISH!

Sesuatu yang nampak seperti lengan kecil kurus meluncur dari tangan Saji dan menuju Freed. Di tangannya, sudah terdapat wajah kadal mungil yang imut. Tali muncul dari mulutnya. Berarti tangan kurus itu adalah lidah dari si kadal!

"Merepotkan sekali!"

Freed mencoba menangkisnya dengan pedang sucinya, namun lidah kadal mengubah arahnya dan menuju ke bawah. Ia melekat di kaki kanan Freed, dan mulai memutari kakinya. Freed mencoba memotong lidah dengan pedangnya, namun lewat menembus lidah seolah tak punya bentuk padat.

"Kau tak bisa memotongnya semudah itu. Kiba! Dengan ini dia tak bisa kabur! Hajar dia!"

Kerja bagus Saji! Begitu, dia menghentikan gerakannya! Freed punya kaki cepat. Ide terbaik adalah menghentikan kakinya. Kamu punya pikiran tajam, Saji.

"Terima kasih!"

Kiba menyerbu dengan cepat! Dia melaju ke arah Freed dengan dua Pedang Iblisnya!

"Cih! Jadi bukan hanya "Holy Eraser", begitu! Memiliki beragam Pedang Iblis. Apa mungkin kau pemilik "Sword Birth"? Wow, kau sangat bersalah karena memiliki Sacred Gear langka, tahu?"

Freed nampaknya kegirangan, yang berlawanan dengan kata katanya. Jadi dia masih maniak pertarungan seperti biasanya.

"Tapi, Pedang Iblis biasa sama sekali bukan tandingan...."

KACHIN!

Kedua Pedang Iblis Kiba patah setelah mengeluarkan bunyi krak.

"...Excalibur-chan-ku."

"Ugh!"

Kiba sekali lagi menciptakan Pedang Iblis. Tapi nampaknya Excalibur itu terlalu tangguh. Ia bisa mematahkan Pedang Iblis dalam sekali ayunan.

"Kiba! Apa kau mau menerima kekuatanku!?"

"Aku masih bisa melakukannya!"

Kiba menolak tawaranku. Sepertinya dia merasa kesal. Tapi itu bisa dipahami. Kiba sudah kalah sekali melawan Xenovia. Harga dirinya mungkin takkan mengizinkannya kalah untuk yang kedua kalinya.

"Hahaha! Caramu memandang Excaliburku sungguh seram. Apa mungkin kau dendam padanya!? Memang aku tak tahu apa yang terjadi padamu! Tapi kalau kau tertebas oleh ini, kau bisa bisa lenyap tanpa jejak, tahu!? Kau akan mati, tahu!? Kau akan mati! Mati saja sana!"

Freed melompat! Kiba mencoba memblokirnya dengan membuat Pedang Pedang Iblis muncul sepanjang area. Namun.....

KACHIN!

Pedang Suci, yang terselimuti cahaya putih kebiruan, mematahkan semua Pedang Kiba dalam satu ayunan! Freed melakukan serangan keduanya tanpa membuang waktu! Itu buruk! Kiba bisa terbunuh! Kemudian aku merasakan keanehan...hah? apa aku terangkat!? Aku melihat kebawah denga gugup, dan ternyata Koneko-chan. Koneko-chan tengah mengangkatku!

"....Ise-senpai. Tolong bantu Yuuto-senpai."

LEMPAR!

Aku dilempar sekuat tenaganya! Aku terlempar ke udara oleh loli shoujo dengan kekuatan fisik super! Uwaaa! Koneko-chan! Aku bukan barang! Kamu tak boleh melemparku!

"Uoooooo! Koneko-chaaaaan!"

Aku semakin mendekati Kiba selagi berteriak! Sial! Apa boleh buat kalau begini!

"Kibaaaaaaa! Aku akan mentransfer kekuatanku buatmu!"

"Uwah! Ise-kun!"

Aku mengaktifkan Sacred Gearku saat mendekati Kiba.

[Transfer!]

Ia membuat suara dan kekuatan Naga masuk kedalam Kiba! Aura muncul dari dalam tubuh Kiba! Ada cukup besar kekuatan sihir yang dipancarkan oleh tubuhnya!

".....Aku harus menggunakannya karena sudah menerimanya! "Sword Birth"!"

ZAN!

Pedang pedang bermunculan sepanjang area! Dari tanah! Dari jalan! Muncul pedang pedang dengan bentuk berbeda di tempat tempat berbeda!

"Chiiii!"

Freed membuat kebisingan dengan lidahnya, lalu mulai mematahkan pedang pedang Iblis yang diarahkan padanya.

SWISH!

Kiba lenyap dengan pedang Iblisnya segera setelah ia menemukan celah. Dia memakai Pedang Iblis sebagai pijakan dan bergerak dengan bebas! Wow! Dengan mataku, aku hanya bisa melihat sesuatu bergerak ke kiri dan ke kanan! Kecepatannya memang mencerminkan [Kuda]! Freed mengikuti pergerakan Kiba dengan matanya!

SWISH!

Disertai suara angin, terdapat Pedang Iblis meluncur ke arah Freed! Kiba melempar salah satu Pedang Iblis saat ia memakai Pedang Iblis sebagai pijakan kaki! Tidak! Bukan hanya satu Pedang Iblis! Ada beberapa Pedang Iblis yang menyerang dari segala arah!

"Uhaa! Itu trik sirkus yang hebat! Dasar Iblis busuk!"

KACHIN! KACHIN! KACHIN!

Freed mementalkan semua pedang Iblis satu demi satu dengan ekspresi kegirangan.

"Excaliburku adalah "Excalibur Rapidly"! dari segi kecepatan, takkan kalah dari apapun!"

Pedang Suci yang Freed bawa mulai bergetar di bagian ujungnya, dan kemudian lenyap! Itu artinya Pedang Suci bergerak secepat itu! Freed memusnahkan semua Pedang Iblis dan kemudian menyerbu ke arah Kiba!

KACHIN!

"Itu takkan berhasil."

Pedang Iblis yang Kiba pegang di kedua tangannya remuk.

"MATI!"

Momen ketika Pedang Freed meluncur ke arah Kiba.....

TARIK!

Tubuh Freed ditarik kebelakang, dan dia kehilangan keseimbangannya.

"Mana bisa kubiarkan!"

Itu adalah Saji! Si kadal menarik lidahnya yang membuat Freed kehilangan keseimbangan! Di saat yang sama, lidah kadal membuat cahaya suram. Kelihatannya datang dari Freed dan menuju ke arah Saji.

".....Ini!? Sial! Apa kau menyerap kekuatanku!?"

Menyerap!? Apa lidah yang keluar dari Saji itu punya semacam kemampuan khusus!?

"Heh! Bagaimana!? Inilah Sacred Gearku "Absorption Line"! selama tali masih tersambung denganmu, kekuatanmu akan terus diserap kedalam Sacred Gearku! Sampai kau kehilangan kesadaranmu, begitulah."

Sacred Gear! Begitu! Jadi Saji adalah pemilik Sacred Gear juga! Jadi selama tersambung denganmu, kekuatanmu akan terus diserap! Dan kau bahkan tak bisa memotongnya dengan Pedang Suci! Sekarang aku merasa tak ingin bertarung dengan Saji....

".....Sacred Gear tipe naga kan!? Tipe yang paling menyusahkan. Kemampuan aslinya bukan ancaman serius. Tapi semakin ia tumbuh, kekuatan penghancurnya akan melampaui Sacred Gear lain. Seram! Astaga, benar benar merepotkan!"

Freed mencoba melepasnya lagi dengan Pedang Sucinya, namun bahkan tak ada goresan pada Sacred Gear Saji. Apa itu tipe yang tak bisa dirusak oleh pedang fisik? Dan dia bilang Tipe Naga? Kadal itu adalah Naga? Aku tak memahaminya, tapi itu Sacred Gear yang bagus!

"Kiba! Ini bukan waktunya komplain! Kalahkan saja pria itu! Masalah soal Excalibur pikirkan nanti saja! Pria ini sangat berbahaya! Hanya berdiri di depannya membuat aku gemetaran! Kalau kita biarkan dia saja, dia juga akan membahayakan aku dan Kaichou! Aku akan melemahkannya dengan menyerap kekuatannya dengan Sacred Gearku, jadi jatuhkan saja dia!"

Saji mengusulkan rencana. Itu memang rencana yang bagus. Aku juga berpikir itu metode terbaik. Pria ini benar benar berbahaya. Lebih baik menghabisinya disini. Namun Kiba memasang ekspresi tak suka. Aku tahu alasannya. Dia menyesal karena tak bisa menang dengan kekuatannya sendiri. Tapi Kiba juga seharusnya paham kalau akan lebih menguntungkan menghabisinya sekarang. Kiba menciptakan Pedang Iblis seolah sudah memantapkan hatinya.

"....Aku merasa ragu, tapi aku juga setuju untuk menghabisimu disini. Masih ada dua Excalibur lain yang dicuri. Kuharap yang dua itu lebih kuat lagi."

"Ha! Aku lebih kuat dari yang dua itu, tahu! Jadi! Ketika kalian berempat mengalahkanku, tak ada lagi yang bisa menandingi kalian! Apa kalian yakin? Kalau kalian membunuhku, kalian takkan mendapat pertarungan Pedang Suci yang bisa memuaskan kalian!"

Freed mengatakannya dengan senyum menjijikkan. Mata Kiba juga berubah setelah mendengar itu. Nggggg! Dia benar benar menyusahkan! Freed ini!

"Hmmmm "Sword Birth" ya? Itu Sacred Gear yang bisa memiliki jumlah kekuatan tak terbatas tergantung pada pemiliknya."

Kemudian muncul suara orang lain. Saat kulihat ke arahnya, ada pria tua mengenakan pakaian pendeta berdiri disana.

".....Apa itu kau, pak tua Balba?"

Semua orang dikejutkan oleh ucapan Freed. Balba!? Bukankah Balba itu pria yang Xenovia bicarakan? Orang yang menyingkirkan Kiba dan rekan rekannya sepanjang "Proyek Pedang Suci".....sama seperti Excalibur, sungguh pertemuan yang ditakdirkan!

".....Balba Galilei!"

Kiba menatap si pria tua dengan mata penuh kebencian.

"Ini memang aku."

Si pria tua mengakuinya dengan normal. Jadi pria ini adalah musuh Kiba.

"Freed. Apa yang kau lakukan?"

"Pak tua! aku tak bisa kabur karena lidah kadal aneh pria ini!"

"Hmph. Kau masih belum bisa memakai Pedang Suci dengan sempurna. Pakai "elemen" yang kuberikan padamu lebih bijaksana. Aku meneliti karena hal itu. Kumpulkan elemen suci yang mengalir sepanjang tubuhmu ke bilah Pedang Suci. Dengan itu, kau pasti bisa memotongnya."

"Iya, iya!"

Pedang Suci Freed mulai mengumpulkan aura dan bersinar cerah.

"Seperti ini! Horhay!"

POTONG!

Sacred Gear Saji terpotong dengan mudah, dan satu satunya hal yang menahan Freed sudah lenyap! Ini buruk! Dia akan kabur!

"Aku akan kabur sekarang! Lain kali kita bertemu, akan jadi pertarungan terbesar kita!"

Freed mengatakan itu, tapi...

"Takkan kubiarkan kabur!"

Ada seseorang yang melewatiku dengan kecepatan tinggi!

KACHIN!

Ada pedang yang membentur Pedang Suci Freed sampai menimbulkan kilatan! Itu Xenovia!

"Yahoo! Ise-kun!"

"Irina!"

Irina juga ada disini. Ooooh! Partner kerjasama kami sudah datang!

"Freed Zelzan! Balba Galilei! Pemberontak. Aku akan membunuh kalian dengan nama Tuhan!"

"Ha! Jangan katakan nama Tuhan sialan yang kubenci itu! Dasar keparat!"

Freed dan Xenovia saling berbenturan pedang, namun Freed nampak mengeluarkan sesuatu. Itu adalah bola cahaya. Itu kan!? Item yang digunakan untuk kabur!

"Pak tua Balba! Kita kabur! Kita akan melapor pada boss kita, Kokabiel!"

"Tak ada cara lain."

"Sampai nanti! Aliansi Gereja dan Iblis!"

Freed melempar bola cahaya ke tanah.

PLASH!

Aku tak bisa melihat apa apa! Cahaya menutupi semua tempat dan membutakan mata kami! Saat pandangan kami sudah kembali, Freed dan Balba sudah lenyap! Sialan! Kami datang jauh jauh kesini dan kehilangan jejaknya!

"Kita kejar mereka Irina!"

"Oke!"

Xenovia dan Irina saling mengangguk dan berlari kencang dari sini.

"Aku akan mengejar mereka juga! Takkan kubiarkan kau kabur, Balba Galilei!"

"He....hei, Kiba! Astaga, apa yang terjadi!"

Semuanya berbuat seenak perut mereka! Orang yang masih tinggal disini hanya aku, Koneko-chan, dan Saji. Kami melepas kuda kuda bertarung dan menghela nafas. Kemudian aku merasakan hawa kehadiran seseorang di belakangku.

"Saat kupikir ada aliran energi tidak teratur muncul....."

"Ini benar benar menyusahkan!"

Aku menoleh setelah mendengar suara yang sangat familiar dan....

"Ise. Apa artinya ini semua, ayo jelaskan!?"

Buchou dan Kaichou tengah berdiri di sana dengan wajah serius. Wajahku mendadak pucat.

"....Menghancurkan Excalibur. Kalian berdua..."

Buchou memasang wajah tidak senang dan meletakkan tangannya di dahinya.

Setelah insiden dengan Freed, Buchou dan Kaichou membawa kami bertiga, aku, Saji, dan Koneko-chan ke taman terdekat. Kemudian kami dipaksa melakukan seiza di depan air mancur.

"Saji, kamu melakukan hal semacam ini di belakangku? Kamu memang anak menyusahkan."

"Auuuu...maafkan aku, Kaichou....."

Kaichou berbicara pada Saji dengan ekspresi dingin. Wajah Saji menjadi begitu pucat sampai terasa berbahaya. Dia pasti benar benar ketakutan.

"Jadi Yuuto mengejar orang bernama Balba itu?"

"Ya, kupikir dia bersama Irina dan Xenovia....mungkin dia akan memanggil kita kalau sesuatu terjadi."

"Apa menurutmu Yuuto yang menjadi pembalas dendam akan memanggil kita dengan normal?"

Kamu sangat benar. Buchou lalu menatap Koneko-chan.

"Koneko."

"....Ya."

"Kenapa kamu melakukan ini?"

".....Aku tak ingin Yuuto-senpai pergi....."

Koneko-chan mengatakan isi hatinya. Buchou terlihat bingung bukannya marah saat mendengar itu.

".....Mengatakan ini ketika semua sudah terjadi takkan ada gunanya. Tapi yang sudah kalian berdua lakukan bisa mempengaruhi dunia Iblis. Kalian berdua paham itu kan?"

"Ya."

".....Ya."

Koneko-chan dan aku menganggukkan kepala kami di saat yang sama. Kami sangat memahami hal itu. Tidak, kami paham betapa seriusnya itu. Aku bertindak sambil berpikir kalau akan muncul bahaya. Jadi skala kejadian ini yang Buchou bayangkan dan aku bayangkan itu berbeda. Sepertinya aku terlalu menganggapnya ringan.

"Maaf Buchou."

"...Maaf Buchou."

Koneko-chan dan aku membungkukkan kepala kami. Kupikir dia takkan begitu saja memaafkan kami, tapi aku harus melakukannya. Maafkan aku, Buchou.

[PLAK]![PLAK]!

Saat aku melihat ke arah datangnya suara, Saji berada di sana sembari bokongnya ditampar! Ooou, Saji! Sungguh adegan menyedihkan!

"Sepertinya kamu harus bercermin pada kelakuanmu."

"Uwaaaaaah! Maafkan aku! Mohon maafkan aku! Maafkan aku Kaichoooouuuu!!!"

"Tidak. 1000 pukulan."

[PLAK!] [PLAK!]

Kaichou melapisi tangannya dengan energi Iblis. Dia ditampar dengan tangan itu! Pasti sakit! Astaga, menerima hal itu saat kamu sudah duduk di bangku SMA pasti sangat menyakitkan!

Malam itu, Buchou, Asia, dan aku juga tidur bersama. Tapi baik Buchou dan aku terbangun karena tekanan berat yang belum pernah kami rasakan sebelumnya. Buchou melompat dari ranjang dan berdiri di depan jendela. Asia juga bangun setelah merasakan sesuatu. Saat aku melihat dari jendela, ada seseorang sedang menatap kami....

".....Pendeta sialan!"

Orang yang memasang seringai menjijikkan dan menyebalkan adalah si pendeta berambut putih, Freed. Si brengsek itu! Apa yang terjadi setelah itu!? Apa yang terjadi pada Kiba? Sial! Aku jadi makin penasaran! Dia melambaikan tangannya pada kami.

".....Malaikat Jatuh."

Buchou mengatakannya dengan suara berisi kebencian dan menjentikan jarinya. Dia dengan cepat mengenakan seragamnya dan membuka pintu ruangan.

"Yahoo! Ise-kun! Asia-tan! Sepertinya kalian lagi bad mood. Apa kalian baik baik saja? Ara-ara, apa kalian lagi berhubungan seks? Maafkan aku, Tak bisa membaca suasana adalah poin utamaku."

Saat kami keluar dari rumah, si pendeta sialan berbicara pada kami dengan nada aneh.

"Apa maumu!?"

Aku menyukainya, namun dia hanya mengangkat bahunya sambil tertawa. Buchou nampaknya menyadari sesuatu dan menoleh ke atas. Ada seseorang mengapung di langit dengan bulan di belakangnya. Itu adalah.....Malaikat Jatuh dengan sayap hitam tumbuh dari punggungnya. Satu, dua, tiga....dia punya 10 sayap hitam!? Ia adalah pria muda yang mengenakan jubah hitam dengan aksesori detil. Dia tersenyum setelah melihat Buchou.

"Ini pertemuan pertama kita, putri dari keluarga Gremory. Rambut crimson indah juga, mengingatkanku pada kakakmu yang sangat kubenci sampai aku mau muntah."

Uoooo! Mendadak ia memberi ucapan provokatif! Aku bisa merasakan kebencian datang dari kata katanya. Buchou juga memasang wajah dingin. Se.....seram...

"Senang bertemu denganmu, salah satu pemimpin Malaikat Jatuh, Kokabiel. Dan namaku adalah Rias Gremory. Akan aku tambahkan satu hal juga. Kami dan keluarga Gremory adalah makhluk terdekat dengan Maou, dan juga yang terjauh. Kalau kau datang kemari untuk berdiskusi politik denganku, sia sia saja."

Kokabiel!? Kokabiel yang itu!? Pemimpin Malaikat Jatuh!? Bukankah dia orang sungguhan yang muncul dalam Injil dan buku-buku!? Dia begitu terkenal! Sial! Ini sangat gawat! Kalau kulihat lihat, Kokabiel tengah membawa sesuatu. Kulihat baik baik...manusia? apa dia membawa manusia?

"Ini buat hadiah."

Dia kemudian melempar manusia yang dibawanya ke arahku.

"Oh!"

Aku segera bereaksi dan mencoba menangkapnya.

TANGKAP!

Orang yang jatuh di tanganku adalah.....Shidou Irina! Tubuhnya penuh darah! Dia bernafas tersengal sengal! Seluruh badannya penuh luka! Apa ini terjadi setelah dia menangkap Freed!? Apa yang terjadi pada Kiba dan Xenovia!?

"H....Hei, Irina!"

Berapa kalipun kupanggil, dia hanya bereaksi kesakitan dan tak merespon. Ini gawat sekali!

"Dia datang ke markasku, jadi kuberi dia sambutan hangat. Tapi, yang dua ekor masih lolos."

Kokabiel mengatakannya sambil tertawa. Dari ceritanya, Kiba dan Xenovia mungkin kabur.

"Asia!"

Aku meletakkan Irina di tanah, dan menyuruh Asia menyembuhkannya. Ada cahaya hijau muncul dari tubuh Asia, yang menyelimuti Irina. Ekspresi Irina mulai melembut dan nafasnya jadi lebih teratur. Dia tak membawa Excalibur Nya. Apa yang terjadi padanya? Kokabiel terus berbicara tanpa peduli pada keraguanku.

"Aku takkan lakukan hal bodoh seperti berbicara dengan Maou. Tapi, kalau aku memperkosa dan membunuh adik perempuannya, maka kemarahan Sirzechs akan diarahkan padaku. Tapi itu tidak buruk buruk amat."

Buchou menatap Kokabiel dengan mata penuh kebencian.

"...Lantas apa urusanmu dengan menemuiku?"

Kokabiel menjawab pertanyaan Buchou dengan nada senang.

"Aku akan mengamuk di kota ini memakai markas mu, Akademi Kuou, sebagai poin awal. Maka Sirzechs pasti akan muncul kan?"

Ap...Apa!?

"Kalau kau melakukan hal seperti itu, perang diantara Tuhan, Malaikat Jatuh, dan Iblis akan dimulai lagi, tahu!?"

"Itulah yang kuharapkan. Kupikir Michael akan memulai perang kalau aku mencuri Excalibur...tapi yang dia kirim hanya para Exorcist gurem dan dua pengguna Pedang Suci. Membosankan. Aku benar benar bosan! Karena itu aku akan mengamuk di markas adiknya Sirzechs, bagaimana? Terdengar menyenangkan bukan?"

Buchou membuat suara dengan lidahnya. Itu adalah bukti kalau Buchou sangat kesal. Tapi, rencana edan macam apa yang dia ingin lakukan!? Bukankah Michael itu Malaikat yang paling penting di sisi Tuhan? Bahkan orang sepertiku yang baru di dunia ini sudah melihat namanya dalam buku. Dia mencoba memulai perang dengan orang besar seperti itu!? Sudah kuduga dari Pemimpin Malaikat Jatuh!

"....Dasar maniak perang."

Buchou mengatakannya dalam kebencian. Tapi Kokabiel tertawa kegirangan.

"Ya. Itu dia! Aku bosan dan sangat bosan setelah perang diantara ketiga golongan! Azazel dan Shemhaza tak punya hasrat berperang lagi. Mereka lalu mulai mengumpulkan hal hal membosankan macam Sacred Gear dan melakukan penelitian aneh. Hal tak berguna semacam itu takkan ada manfaatnya buat kami! ....tapi lain ceritanya kalau itu adalah "Boosted Gear" seperti yang dimiliki bocah disana itu...tapi itu bukan sesuatu yang bisa kalian temukan dengan mudah."

Kokabiel lalu menatapku. Sungguh tekanan dahsyat.....tubuhku gemetar tanpa kendali.....aku kemudian mengatakannya dengan suara kuat.

".....Apa kalian juga mengejar Sacred Gearku?"

"Setidaknya aku tak tertarik. Tapi Azazel mungkin saja. Hobi mengkoleksinya sangat gila."

"Yang manapun, aku akan memulai pertarungan melibatkan Pedang Suci, Rias Gremory. Untuk memulai peperangan! Sekolah dimana adik perempuan Sirzechs dan Leviathan berkuasa. Pasti akan terisi penuh oleh kekuatan Iblis yang bisa kunikmati dalam kekacauan! Itu juga tempat terbaik untuk melepaskan kekuatan sejati Excalibur! Itu tempat bagus untuk menikmati medan tempur!"

Dia terus berbicara omong kosong! Pria ini sungguh sungguh gila!

"Hahahaha! Bukankah bossku yang terbaik!? Kegilaannya itulah yang terbaik! Jadi aku juga akan melakukannya! Dia bahkan memberikan hadiah seperti ini."

Yang Freed tunjukkan adalah Excalibur! Dia membawa satu di setiap tangannya! Dia juga membawa dua di pahanya! Freed tertawa seolah itu semua adalah hal yang lucu.

"Penelitian Pedang Suci Balba. Itu ternyata memberikan hasil menakjubkan. Jujur saja aku sempat curiga saat dia bergabung dalam rencanaku."

Jadi Kokabiel dan Balba berkomplot.

"Apa yang kau rencanakan dengan Excalibur!?"

Buchou menanyainya. Kokabiel menggerakkan kesepuluh sayap hitamnya dan menggerakkan tubuhnya ke arah sekolah.

"Hahaha! Mari kita berperang! Adik perempuan Sirzechs Lucifer, Rias Gremory!"

FLASH!

Freed mengeluarkan item yang membutakan kami! Ini lagi!? Pandangan kami lenyap untuk beberapa saat, namun ketika kembali Kokabiel dan Freed sudah lenyap!

"Ise! Kita akan pergi ke sekolah!"

"Ya!"

Pertarungan besar melawan pemimpin Malaikat Jatuh hampir dimulai!

"Rias-senpai, kami sudah menutupi sekolah dengan perisai raksasa. Dengan ini, kecuali hal yang terlalu hebat terjadi, takkan terjadi kerusakan diluar."

Saji melaporkan situasi terkini pada Buchou. Kami, Klub Penelitian Ilmu Gaib dan OSIS, sudah berkumpul di taman yang terletak tepat di depan Akademi Kuou. Hanya Kiba yang tidak ada.

"Ini untuk menekannya sampai minimum. Jujur saja, kalau Kokabiel bertarung dengan serius, bukan hanya Akademi ini, namun seluruh kota akan lenyap. Selain itu, dia sudah siap. Para budakku sudah melihat dia melepaskan kekuatannya di wilayah sekolah."

"Budakku dan aku akan terus menempatkan perisai untuk mengurangi kerusakan. Aku ingin meminimalkan kerusakan sekecil mungkin.....tapi sulit untuk mencegah sekolah kita mendapat kerusakan."

Kaichou menyudutkan matanya dan menatap arah sekolah dengan mata berisi kebencian. Dia mungkin mengarahkannya pada Kokabiel. Berarti sudah dipastikan kalau sekolah akan hancur lebur. Sekolah....tempatku belajar.....

"Terima kasih Sona, kami akan lakukan sisanya dari sini."

"Rias, musuh kita adalah monster dengan kekuatan jauh diatas kita. Masih belum terlambat. Kita harus hubungi Onii-sama mu..."

Buchou menggeleng kepalanya.

"Kamu juga tak memanggil Onee-sama mu."

"Onee-sama ku....Onii-sama mu sangat menyayangimu. Sirzechs-sama pasti akan bergerak, jadi....."

"Aku sudah memberitahu Sirzechs-sama."

Akeno-san mengatakannya pada Kaichou dan Buchou.

"Akeno!"

Buchou mengkritiknya. Tapi Akeno-san memasang ekspresi marah.

"Rias. Aku tahu kalau kamu tak mau membuat masalah bagi Sirzechs-sama. Ini terjadi di wilayahmu. Di markasmu. Dan itu terjadi setelah masalah keluarga. Tapi lain ceritanya kalau pemimpin Malaikat Jatuh muncul. Itu masalah yang sama sekali tak mampu kamu selesaikan. Mari meminjam kekuatan Maou."

....Ini pertamakalinya melihat Akeno-san memarahi Buchou. Tapi, seperti yang kuduga, Akeno-san memanggilnya "Rias" sepanjang waktu pribadi dan berbicara normal padanya. Buchou sepertinya ingin mengatakan sesuatu. Namun dia hanya menarik nafas panjang dan mengangguk. Akeno-san tersenyum kembali seperti biasanya setelah melihat Buchou.

"Terima kasih sudah memahami situasinya, Buchou, Sona-sama. Pasukan bantuan Sirzechs-sama akan datang kemari dalam satu jam."

"Satu jam.....aku paham. Dalam waktu itu, kami, OSIS, akan bersumpah untuk terus menempatkan perisai pelindung atas nama Sitri."

Buchou sepertinya sudah memantapkan hatinya juga setelah melihat ketegasan Kaichou.

".....Jadi satu jam. Sekarang para budakku, kita akan maju ke garis depan. Kita akan masuk ke dalam perisai dan mengalihkan perhatian Kokabiel. Tak seperti pertarungan melawan Phenex, ini pertarungan hidup dan mati! Namun, takkan kumaafkan kalau kalian mati! Kita akan bertahan hidup dan terus bersekolah disana!"

[Ya!]

Kami membalas dengan suara enerjik.

"Hyoudou! Akan kuserahkan sisanya padamu!"

"Aku paham Saji. Kamu harus lebih mengkhawatirkan kondisi bokongmu."

"Jangan bilang begitu! Rasanya akan makin sakit kalau kamu mengatakan itu! Bagaimana dengan bokongmu?"

Nggggh! Bokongku mulai terasa sakit setelah dia mengatakan itu!

[Serahkan padaku, partner. Lawan kita adalah Kokabiel. Dia bukan lawan yang tak bisa dikalahkan. Mari tunjukkan padanya.]

Ya, Ddraig. Mari tunjukkan padanya! Kekuatan Naga yang pernah menantang Tuhan dan Maou!

Beberapa Minggu Sebelumnya Musing panas

-----------

Liburan musim panas sudah semakin mendekat. Istirahat panjang yang dirindukan oleh banyak siswa SMA. Selama satu setengah bulan ini, beberapa keluar untuk bermain dan bersenang-senang, yang lain berolahraga, yang lain bekerja keras dengan keringat dan mengabdikan hasrat mereka untuk bekerja, cinta, pelajaran tambahan, atau konvensi doujinshi. Namun sekarang, bagi Reino, liburan musim panasnya identik dengan bencana.

"—Hoho. Apa kamu mendengar itu, Reino? Kamu akan bepergian bersamaku untuk liburan musim panas. Ini sudah keputusan dan akan menjadi prioritas tertinggi bagimu, jadi sebaiknya kau menerimanya ... aku tidak akan menerima jawaban tidak."

Gadis berambut hitam dengan kimono hitam yang dikenakan secara sembarangan sudah mengatakan ini setengah bulan yang lalu. Senyuman yang mengapung di wajahnya begitu indah, namun begitu jahat. Sepengetahuannya, Reino tak mengenal gadis lain selain Kuroka yang bisa tersenyum seperti ini. Memiliki kecantikan dan kecerdasan yang luar biasa, kecerdikan yang licik, dan bakat jenius dalam Senjutsu dan sihir, ditambah keyakinan total dalam hal ini area - senyum mulia yang memusatkan semua kualitas ini bersama-sama.

Reino adalah seorang siswa SMA berusia enam belas tahun yang sehat. Sampai diajak bepergian bersama dengan gadis secantik Kuroka, dia sangat bahagia, tak diragukan lagi. Sangat senang, tapi ada masalah. Dia pasti tidak bisa menyetujui keinginannya secepat ini. Jika dia melakukannya, itu akan berkembang menjadi perjalanan— pernikahan — kehamilan — mengasuh anak, dan pada paruh kedua usia dua puluhan, sebagian besar hidupnya akan diputuskan secara semi-otomatis begitu saja — sesuatu yang menakutkan seperti itu bisa terjadi.

"Nak, apa yang ingin kamu katakan adalah, alasan kamu tidak mau menerima lamaran Kuroka adalah karena ... seperti kekasih yang telah kau kenal selama enam tahun, memiliki seseorang yang memiliki kepribadian dan preferensi yang sama dengan pacarmu, untuk berbagi hubungan yang hangat dan kabur, itu membuatmu merasa yakin dan nyaman, namun kurang pasti kegembiraan."

Reino secara alami mengingat kata-kata teman yang lebih tua yang hobi mengoleksi benda-benda aneh yang ditemui secara tidak sengaja di bali yang sangat nostalgia itu.

"Lalu suatu hari pacar itu berkata 'hei, kita sudah bersama cukup lama sekarang. Bagaimana kalau kami pergi dan mengunjungi orang tuamu lain kali. 'Pada saat itu, anak laki-laki itu berpikir' Meskipun kamu mengatakan itu, aku masih ingin tetap menjadi orang merdeka, meskipun itu untuk sementara lagi, 'dan semacamnya. Jadi dia menggunakan alasan 'oke, mungkin lain kali' sebagai jawaban. Seperti dirimu sekarang. "

"Aku bahkan belum mengenal Kuroka selama enam bulan, analogimu benar-benar salah!"

"Ah ha ha, bukankah itu membuat analoginya menjadi lebih baik? Tonggak sejarah yang biasanya terjadi setelah setidaknya lima tahun hubungan, telah terjadi dalam waktu singkat saat kalian berdua saling mengenal. Wajar jika kau sangat tidak siap. "

Meski Reino tak setuju dengan deskripsi tak bijaksana seperti itu, jauh di lubuk hatinya ia setuju sepenuhnya.

Berpikir dengan hati-hati, dia tidak punya alasan untuk menolak Kuroka. Bahkan tanpa menyebutkan kecantikan dan kemampuannya, ada rasa pengertian yang tak terucapkan di antara mereka. Selain perbedaan nilai yang sangat besar, tidak ada kekurangan kritis lainnya. Yang terpenting adalah pajangannya kasih sayang — dengan penuh gairah, secara verbal, melalui sikap dan perilakunya.

(... Bahkan jika itu hanya lamaran pernikahan verbal, sejak saat itu dan seterusnya, hidupku akan dianggap berubah.)

Namun, ada satu hal yang Reino yakini.

Ketegasan Kuroka, kemampuan perencanaan dan inisiatif tidak ada duanya. Jika dia memikirkannya, bahkan yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin dalam banyak kasus. Pada catatan yang sama, dia bahkan bisa membuat Reino berpikir kalau pernikahan mungkin tidak seburuk itu, itulah jenis ketertarikan yang dia miliki. Karenanya, Reino merasa kalau dia tak boleh pernah menurunkan kewaspadaannya dan melawan dengan sekuat tenaga saat dia berada di dekatnya. Jadi untuk musim panas ini, dia percaya bahwa dia akan baik-baik saja jika dia menjauh dari cengkramannya. Dengan semua itu di pikiran, kesimpulan terakhir Reino adalah kabur.

Dia tidak pernah bisa menang dalam kekuatan fisik, apalagi dalam hal kecerdasan dan akal. Strategi pertahanan diri terbaik adalah dengan tidak melawan Kuroka secara langsung, jadi bagaimana dengan rute pelarian dan tempat persembunyian potensial?

Untuk memastikan ada cukup dana untuk melarikan diri, dia tidak punya pilihan selain dipekerjakan oleh kenalan setiap hari. Pada saat yang sama, rencana pelarian harus dibuat. Tapi kemana harus melarikan diri? Akan lebih baik jika itu adalah tempat di mana dia tidak bisa melakukan apa yang dia suka. Apakah tempat seperti itu ada di bumi ini...?

Saat liburan musim panas semakin dekat, Reino menjadi semakin tersesat dalam pemikiran ini.

"Kalau begitu, Reino-san ... Hal yang kamu katakan sebelumnya, apa yang terjadi selanjutnya?"

Dengan hanya tersisa satu minggu sebelum liburan, Reino ditanyai tentang ini.

Setelah kelas, karena urusan pekerjaan Reino terpaksa harus mengunjungi Totsuki. Di sudut kelas yang kosong, yang dia hadapi adalah Nakiri Erina, idola sekolah yang terkenal karena kecantikan, pesonanya dan kelezatan masakannya.

... Memikirkan kembali dengan hati-hati, sulit dipercaya dia pernah melakukan hal yang begitu berani pada wanita ini.

Reino berusaha mati-matian untuk bersikap normal. Jika dia terlalu sadar akan masa lalu, dia akan terlalu malu untuk melihat wajahnya Erina.

"Haha, tentang kabur dari Kuroka? Aye, biarpun aku sudah membuat segala macam persiapan, masih belum ada tempat bagiku untuk melarikan diri. Sejujurnya, ini sangat mengganggu. "

"Apakah begitu..."

Erina mengangguk dan bergumam di sampingnya. Entah kenapa, rasanya dia sengaja menghindari tatapan langsung ke wajah Reino. Seperti yang diduga, kejadian itu menjadi beban baginya.

Hime-Miko dari keluarga Nakiri - miko suci yang bertanggung jawab untuk melindungi wilayah Tokyo dengan kekuatan roh mereka.

Di antara mereka, Erina memiliki kekuatan penglihatan roh yang luar biasa. Tetapi karena keadaan, untuk berpikir bahwa dia melakukan itu dengan Reino ... Betapa dia berharap bisa menemukan lubang untuk bersembunyi.

"Tentang itu Erina… bagaimana aku harus mengatakan ini, itu—"

"R-Reino-san, hal itu, erm, tentang hal itu—"

Berbicara bersama secara kebetulan pada saat yang sama hanya membuat situasi menjadi lebih canggung bagi kedua belah pihak.

"... Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, jangan hiraukan aku dan silahkan lanjutkan."

"Tidak, tidak, tidak ada hal seperti itu. Kamu harus bicara dulu, Reino-san."

Sementara mereka terus mengizinkan satu sama lain untuk berbicara terlebih dahulu, wajah mereka pasti bertemu. Pada saat itu, Reino menyadari kalau wajahnya semerah apel. Erina tidak berbeda, menjadi merah karena rasa malu.

... Kuroka, dia belum pernah bertemu orang yang lebih memahaminya daripada dirinya. Karena kepepet Reino pernah bermitra dengan banyak orang sebelumnya. Tapi tidak ada yang pernah 'menyatu' dengannya seperti dia, salah satu lawan jenis. Karena hanya saling kenal selama empat bulan, mereka memahami satu sama lain dari hati ke hati, dimana mereka dapat mengkomunikasikan apa yang dipikirkan orang lain dengan sempurna.

Tapi sekarang, gadis di depannya, Nakiri Erina, sama-sama selaras.

Cara gadis ini berbicara, berpikir, dan bertindak dalam berbagai keadaan, membuatnya cocok dengan tingkat yang luar biasa. Bahkan untuk seseorang yang mengaku tidak ahli dalam menangani gadis, Reino dengan jelas menyadarinya akhir-akhir ini. Berada bersama Erina tidak pernah tidak menyenangkan.

Reino bisa menghabiskan satu hari dengannya tanpa mengatakan apapun, dan dia tetap tak akan merasa tidak nyaman di dekatnya. Bahkan tanpa penjelasan, Reino bisa mengerti. Kata-katanya yang keras dan kasar merupakan ekspresi dari perhatiannya. Nakiri Erina adalah orang paling baik dan paling lembut yang Reino Barack kenal. Jadi dia percaya bahwa dia akan menerima retribusi jika dia tidak mengungkapkan rasa terima kasihnya padanya.

"Umm ... Maaf Erina. Aku ... selalu menyusahkanmu."

"A-Apa yang kamu katakan? Tidak sekalipun aku merasa kamu telah membuatku kesulitan, jadi kamu harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri. A, aku melakukan ini karna kau ingin. Jadi jangan besar kepala "

Ucap Erina berwajah merah, membuat Reino tak bisa melakukan apapun selain tertawa canggung. Dia kemungkinan besar mengatakan ini untuk membantunya mendapatkan tindakannya, tebak seperti dia tidak punya pilihan selain menerimanya.

"Haha, aku mengerti. Aku akan bekerja keras ... apa yang baru saja ingin dikatakan Erina? "

"Ah, benar ... Tentang itu, Reino-san, tentang masalahmu sebelumnya dalam menemukan tempat untuk bersembunyi ... Jika kamu tidak keberatan, bagaimana kalau menyerahkannya padaku? "

Mendadak diberitahu tentang ini, Reino terkejut dan hanya bisa menatap Erina yang malu. Hime-Miko — seorang 'hime' sejati, memiliki perawakan yang menyedihkan namun anggun, tiba-tiba mengemukakan hal seperti itu.

"Sebenarnya, Amakasu-san dari Komite Kompilasi Sejarah yang akan mempersiapkannya untukmu. Sepertinya dia dengan tulus ingin membantu Reino-san ... "

Komite Kompilasi Sejarah.

Organisasi yang tujuannya adalah menyembunyikan dari masyarakat umum segala macam insiden aneh — sihir, mantra, fenomena supernatural, dewa, dan keberadaan supernatural lainnya. Saat dia mendengar nama dari anggota Komite Kompilasi Sejarah, Reino hanya bisa berpikir. Dapatkah aku mempercayai organisasi seperti itu? Organisasi yang bahkan aku tidak tahu apapun tentang mereka bahkan sedikit? Bisakah aku mengandalkan mereka?

"Tentu saja, saat kita sampai di sana, aku akan bertindak sebagai pemandumu. Jadi bahkan jika kamu berada di negeri asing, kamu tidak akan merasakan ketidaknyamanan apapun. Aku akan menjagamu dengan baik — lebih baik kamu tidak mengambil kesalahan ini, ini adalah permintaan dari panitia... "

"Oh, meski hebat, tapi kali ini, kupikir aku tidak akan menerimanya."

"Ini jelas bukan karena aku ingin melakukan perjalanan denganmu yang aku minta — eh? Kali ini? Lulus...?"

Melihat Erina kaget, Reino menjawab.

"Ah, meskipun kamu telah melakukan begitu banyak untukku, tapi maaf, aku harus mengatakan tidak kali ini."

"B-Bagaimana ini bisa terjadi! Tapi Reino-san, bukankah kamu sepertinya berada dalam begitu banyak masalah barusan!? "

Meski Reino berterima kasih atas tawaran jujurnya, dia masih harus menolaknya.

"Tidak, meski aku meminta bantuanmu, kurasa aku tidak bisa menerima bantuan pegawai negeri untuk masalah seperti ini"

Jika itu adalah tawaran pribadi Erina, dia akan menerimanya dengan rasa syukur. Tetapi jika nama tidak dikenal dan organisasi mencurigakan terlibat, akan lebih baik untuk berpikir dua kali sebelum menyetujui.

Campione. Nama raja iblis yang telah merebut otoritas dewa. Seorang pejuang dan manusia super. Sayangnya, Reino sekarang termasuk di antara jajaran keberadaan ini di luar nalar umum. Jika dia mencari bantuan dari orang lain, dia harus berpikir dengan hati-hati dan waspada terhadap mereka. Tak peduli seberapa besar Reino membencinya, dia sekarang adalah [Raja] yang memiliki pengaruh besar atas dunia normal dan supranatural.

Misalnya, Kuroka adalah seorang mage dari kelompok Vali Lucifer. Reino dengan patuh akan menerima bantuannya - serta Gregori asosiasi di belakangnya. Ini sebagian besar karena pemimpin organisasi, Paman itu, adalah orang terkenal dan juga seorang kenalan. Maniak barang aneh dan peneliti gila, seorang Legenda hidup. Satu-satunya orang yang Kuroka, si cantik dengan harga dirinya yang terlalu tinggi, hormati dan kagumi.

Reino pernah bertemu dengannya beberapa kali, namun sekali sudah lebih dari cukup bagi Reino untuk menumbuhkan rasa hormat yang sama padanya. Jika ada orang di sini dunia sepenuhnya mewujudkan cita-cita ksatria, itu pasti dia. Perasaan yang kuat saat mereka berjabat tangan untuk mengucapkan selamat tinggal masih ada di benak Reino.

"... Reino-san, kamu terlihat bahagia karena suatu alasan."

Erina berbicara tiba-tiba. Dengan mata curiga, dia menatap Reino dengan semburat kebencian karena suatu alasan.

"Melihat ke kejauhan, seolah-olah mengingat seseorang yang sangat kau rindukan—"

"Ah, maaf, aku tiba-tiba teringat seorang kenalan lama."

Menanggapi tanpa pikir panjang, Reino memikirkan satu hal.

Namun Reino tak tahu bagaimana menghubunginya secara pribadi. Tidak, tunggu sebentar, bukankah dia punya teman yang mengetahui hal-hal ini...! Reino mau tidak mau jadi bersemangat.

Sekalipun peluangnya tipis, itu tetap patut dicoba, semua prospek harus dieksplorasi!

"Aku tiba-tiba memikirkan hal-hal yang mendesak untuk diselesaikan jadi aku akan pergi dulu. Pokoknya, terima kasih untuk semuanya. "

"Ah, Reino-san!? Hanya siapa yang kau ingat— "

Untuk mencapai rumah dengan cepat, Reino mulai berlari.

Chapitre suivant