Menerima penolakan Tasia, Hadyan mendesah kasar. "Tapi kau harus makan agar bertenaga nanti saat melahirkan bayinya." Balas pria itu pelan. Tasia tidak menjawab, hanya memalingkan wajah.
"Setidaknya makan sedikit saja, hem?" Bujuk Hadyan lagi saat salah satu pelayan akhirnya datang dengan semangkuk bubur hangat.
"Biarkan apa yang Permasiuri inginkan, Raja." Hadyan menoleh pada suara wanita yang datang dari arah pintu kamar.
"Dewi Sri."
Hadyan menepuk pelan pundak Tasia dua kali, lalu berkata pelan di telinganya "Dewi Sri sudah datang, Tasia."
Wanita itu membuka kedua matanya yang semula terpejam, lalu tersenyum lemah saat melihat sosok anggun berbalut kemben putih perak dengan selendang biru itu.
"Selamat datang, Dewi.." Ucap Hadyan dan Tasia bersamaan, namun dengan nada yang berbeda. Suara yang Tasia keluarkan sangat pelan dan terdengar serak.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com