Beberapa saat kemudian, tampak kedua orang tua Khanza datang dengan langkah tergesa-gesa. Devano dan Wisnu langsung saja menyambut kedatangan mereka dengan bersamaan. Membuat kedua orang tua Khanza kebingungan akan sikap Devano dan Wisnu.
"Ayah, ibu… Maaf," ujar Devano kemudian.
"Maaf untuk apa, nak?" tanya ibu Khanza.
Devano menundukkan wajahnya dengan lesu. Namun sesaat kemudian, terdengar suara tangisan bayi di dalam ruangan. Sontak saja Devano menoleh ke arah pintu, begitu juga semua yang ada di depan ruangan tersebut teralihkan dengan suara tangisan bayi itu.
"Ah, ya Tuhan. Suamiku, apakah itu suara cucu kita?" ujar ibu Khanza berbinar-binar.
"Ya, sepertinya iya." Ayah Khanza pun tampak sangat bahagia.
Wisnu tersenyum dengan wajah yang sumringah. Berbeda dengan Devano, yang berusaha menahan detak jantungnya hingga rasanya ingin memecah dadanya. Begitu sesak dan bergemuruh, entah perasaan apa yang dirasakannya itu.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com