webnovel

Berikan Hatimu Selama 24 Jam

Pada saat jam kosong, dan memastikan Anita berada di samping Zhu Zheng, akupun mulai melangkah perlahan ke arahnya.

Jika ada Anita di sampingnya, Zhu Zheng tidak akan pernah membuang wajahnya dariku, dan bahkan menolak ajakanku. Di situlah aku menyadari, betapa Zhu Zheng sangat mencintai Anita, sampai dia rela bertemu dan mau berbicara denganku. Tapi pada saat Anita tidak berada di sampingnya, sampai matipun aku memohon, dia sama sekali tidak akan pernah mau bahkan hanya sekedar menatapku.

"Tian ... Tian ..." Panggilku yang kini sudah berdiri di depannya dan Anita.

"Hei Tian, apa kamu tuli?"

Tian, "Sayang, ada apa?"

"Berhenti menggambar, Resa memanggilmu."

Zhu Zheng menatapku dan berkata, "Ada apa?"

Aku tersenyum ceria seperti biasanya dan berkata pada Anita, "Aku akan meminjam tunaganmu sebentar."

"Ok..." Jawab Anita singkat. Melihat wajah lembut dan ceria Anita membuatku merasa sangat bersalah.

...

Sesampai di atap, aku menghembuskan napasku perlahan dan berkata pada diriku sendiri, kamu pasti bisa.

"Tian."

"Ada apa?!" Tanya Zhu Zheng sedikit tidak suka.

Aku meremas celanaku untuk mengurangi rasa gugupku. Aku menatapnya lekat.

"Aku menyukaimu." Aku tersenyum ke arah Zhu Zheng, "Mungkin ini terdengar sangat tiba-tiba. Tapi aku sungguh-sungguh dengan perasaanku."

Tidak ada jawaban. Zhu Zheng hanya menatapku dalam diam.

Aku melambaikan kedua tanganku di depan dada sambil tersenyum ramah, "Jangan marah, aku tahu kamu memiliki tunangan, dan aku juga tahu kamu akan menolakku. Tapi aku mengatakan ini agar aku merasa ... (legah)"

"...Gila." Potong Zhu Zheng.

Senyum di wajahku seketika hilang, ketika mendengar ucapan Zhu Zheng.

"Kamu benar-benar sudah gila." Ucap Zhu Zheng kembali.

Aku menatap Zhu Zheng dalam diam.

"Kenapa? Kenapa kamu mengatakanku gila?"

Zhu Zheng hanya menatapku tanpa ada niat untuk menjawab pertanyaanku. Beberapa saat kemudian Zhu Zheng berjalan menuju pintu atap.

Mengerti dia akan meninggalkan aku sendirian lagi, akupun berlari mengejarnya dan menarik tangannya. Alangkah terkejutnya, Zhu Zheng langsung saja menepis tanganku dengan sangat keras.

"Jangan menyentuhku."

"Ma–maafkan aku."

Zhu Zheng berbalik dan menatapku tajam. Tapi hal itu sama sekali tidak aku perdulikan.

"Tian, kamu belum menjawab pertanyaanku."

"Pikir sendiri jawabannya ... Dan.. panggil aku Zhu Zheng."

Setelah kepergian Zhu Zheng dari atap, akupun mulai menangis dan memikirkan perkataan Zhu Zheng padaku.

Aku gila seperti ini karena kamu Zhu Zheng.

"Tian..." Panggilku dalam tangis kesepian.

Sepulang dari kampus, aku tidak langsung pulang ke Apartemenku. Aku naik bus menuju ke Apartemen Zhu Zheng yang jaraknya cukup jauh dari Apartemenku.

Aku menunggu di depan gedung Apartemennya sampai pukul 3 pagi, tapi Zhu Zheng sama sekali tidak terlihat. Besoknya aku menunggunya lagi di depan gedung Apartemennya, tapi hasil yang aku dapat masih hasil yang sama, besok, besok, besok, dan besoknya lagi aku menunggunya sampai pukul 6 pagi. Dan hasil yang aku dapatkan tetap sama.

Di kampus aku mencoba juga berbicara dengannya. Tapi itu semua tidak berhasil. Tuhan apa yang harus aku lakukan(?) Aku harus bagaimana sekarang(?)

Setelah menunggu hampir seminggu, akupun bertemu dengannya tepat di depan pintu Apartemennya. Zhu Zheng berjalan ke arah pintu tampa menoleh ke arahku.

"Tian.." Panggilku pelan.

Zhu Zheng membuka pintu Apartemennya dan langsung masuk tanpa memperdulikanku.

"Tian, Tian tunggu." Aku menahan pintu yang di tutup dengan keras olehnya, dan alhasil tanganku terjepit pintu.

"Aaahh...!!! Tanganku."

"Bodoh, kenapa kamu menahan pintu!"

"Aku ingin berbicara denganmu."

Zhu Zheng mengabaikan ucapanku, dan hanya menatap empat jariku yang terjepit pintu dengan wajah  kahawatir.

"Ayo masuk ke dalam, aku akan mengobati tanganmu."

Akupun mengikutinya ke dalam Apartemen.

"Duduk. Aku akan mengambil Es batu dan salep untukmu."

Air mataku tiba-tiba saja jatuh dari kedua bola mataku.

Zhu Zheng ternyata masih memperdulikanku.

"Berikan tanganmu." Zhu Zheng mengompresi tanganku menggunakan Es batu dengan sangat hati-hati seakan tanganku adalah sesuatu yang mudah rapuh dan pecah jika ditekan dengan sangat keras,

"Berhenti menangis."

Aku menghapus air mataku menggunakan sebelah tanganku dan berkata pada Zhu Zheng, "Aku tidak menangis."

"Apa rasanya sakit jika aku menekannya sedikit keras?" Ucap Zhu Zheng tampa mengalihkan pandangannya dari tanganku.

Aku menggelengkan kepalaku dan berkata, "Tidak."

Rasa sakit di tanganku tidak seberapa di bandingkan rasa sakit kamu membenciku dan menghindariku Zhu Zheng.

Hening beberapa saat, aku mulai memberanikan diriku untuk mengatakan kata-kata yang telah aku siapkan untuk Zhu Zheng hampir seminggu ini.

"Zhu Zheng... Ayo berkencan."

Zhu Zheng menghentikan aktifitasnya beberapa detik dan kemudian melanjutkannya kembali.

"Zhu Zheng, bisakah kamu memberikan hatimu selama 24 jam padaku?"

"Tidak." Jawab Zhu Zheng dengan tegas.

"Zhu Zheng, aku mohon, hanya 24 jam saja."

"Tidak."

Zhu Zheng memberikan salep luka padaku, "Ini sudah larut malam. Kembalilah di Apartemenmu."

"Zhu Zheng." Air mataku kini kembali tumpah membasahi seluruh pipiku.

"Ku mohon Zhu Zheng, hanya 24 jam saja ku mohon. Setelah itu aku ... aku tidak akan pernah lagi mengganggu kehidupanmu, bahkan muncul lagi di depanmu." Ucapku dengan suara yang semakin pelan.

Tidak ada jawaban darinya. Zhu Zheng hanya duduk diam di tempat tanpa melihat ke arahku.

"Kembalilah, nanti kamu bisa ketinggalan bus terakhir."

Resa bodoh. Kamu terlalu serahka dan sangat tidak tahu malu, Zhu Zheng adalah pria yang lurus, tidak seperti kamu yang belok.

Aku menaruh kembali salep yang diberikan Zhu Zheng padaku, dan berjalan menuju pintu keluar dalam diam, bahkan suara tangisankupun tidak terdengar.

"Besok" Ucap Zhu Zheng tiba-tiba.

Aku balik menatap kebelakang dan pandangan kami bertemu.

"Aku akan menunggumu di depan Apartemenmu besok jam 9 pagi. Jangan sampai terlambat."

.

.

.

Bersambung . . .

Selesai pengetikan pada hari–

Rabu, 27 – 05 – 2020. Pukul, 13.51 wita.

______________________________________

Pilih salah satu jawaban di bawah ini:

1. Sad Ending.

2. Happy Ending.

Chapitre suivant