webnovel

Yamauba

Yamauba (山姥, nenek gunung) atau dibaca Yamamba adalah wanita tua golongan yōkai yang hidup di tengah hutan di gunung dalam legenda dan cerita rakyat Jepang. Ia digambarkan bertubuh tinggi, rambutnya panjang beruban semua, sudut luar mata tertarik ke atas, dan mulutnya lebar hingga ke telinga.[1] Nama lain untuknya adalah onibaba (鬼婆, nenek oni) dan kijo (鬼女).

Menjelma sebagai wanita berparas cantik, yamauba akan menawarkan tempat menginap kepada pelancong atau yang kemalaman di tengah gunung. Orang itu juga akan ditawari makan dan minum. Setelah tertidur, orang itu akan dimakan oleh yamauba. Legenda yamauba diperkirakan berasal dari tradisi membuang nenek di gunung dan cerita rakyat Ubasuteyama.

Legenda berbagai daerah

Yamauba, lukisan karya Toriyama Sekien (1712-1788), dari Gazu Hyakki Yagyō.

Di kota Masaki (sekarang Ebino), Distrik Nishimorokata, Prefektur Miyazaki dikenal legenda yamahime (putri gunung). Ia adalah yōkai berwujud wanita berambut panjang terurai yang menyanyi merdu.

Yamahime di Prefektur Okayama berwujud gadis sangat cantik berambut hitam sebahu, berusia dua puluhan tahun. Pakaiannya adalah kimono jenis kosode yang coraknya tidak umum.[2] Pemburu yang tersesat dan kemalaman di gunung menembaknya. Peluru ditangkap yamahime dengan tangannya dan dia lalu tersenyum.

Penduduk di kawasan pegunungan wilayah Tokaido, Shikoku, dan selatan Kyushu juga mengenal yamajijii (kakek gunung). Yamajijii tinggal bersama yamamba dan yōkai berwujud anak-anak yang disebut yamawaro atau yamawarawa. Di Iwata, Prefektur Shizuoka, yamababa digambarkan sebagai wanita lembut mengenakan pakaian dari kulit kayu. Ia meminjam panci dari rumah penduduk untuk menanak nasi. Hanya dua takaran beras yang ditanaknya, namun setelah matang panci itu penuh berisi nasi.

Di Hachijō-jima, yōkai berwujud wanita tinggi besar yang disebut tejji (テッジ) atau tenji menculik orang dan menyembunyikannya dari pandangan mata.[3] Kalau sudah akrab, tejji akan datang membawakan rumput untuk makanan kuda. Ia juga berhati baik. Kalau ada anak yang tersesat, maka anak itu akan dipeliharanya selama tiga hari.

Penduduk Haruno, Distrik Shūchi, Prefektur Shizuoka (sekarang Hamamatsu) mengenal yamamba yang disebut hocchobaa (ホッチョバア). Pada malam hari, ia muncul di jalan setapak menuju gunung. Kalau terdengar suara-suara misterius dari gunung seperti suara orang berpesta, maka itu adalah ulah yamamba.

Korban yamamba dikisahkan sebagai para tukang yang menjajakan barang dagangan secara berkeliling, seperti pedagang yang memakai sapi atau kuda untuk mengangkut barang dagangan, pedagang ember kayu, atau pedagang perabot rumah tangga.[1] Mereka sering harus berjalan di jalan sepi di tengah gunung, dan bertemu dengan penduduk di tengah gunung. Kisah mengenai yamamba diperkirakan berasal dari mereka. Tokoh utama dalam cerita rakyat Ushikata Yamamba (牛方山姥) adalah seorang pedagang keliling yang mengangkut barang dagangan dengan memakai sapi.[4] Barang dagangannya dapat berupa ikan makerel asin atau salem asin. Pedagang itu dikejar yamamba setelah bertemu dengannya di jalan celah pegunungan. Yamamba meminta seekor ikan, dan mengancam akan memakan pedagang bersama sapinya kalau tidak diberi. Setelah diberi seekor ikan, yamamba langsung melahapnya mentah-mentah. Ikan dagangan akhirnya satu per satu dimakan oleh yamamba hingga habis, termasuk sapi yang dipakai mengangkutnya.

Seorang laki-laki kikir dalam cerita Kuwazu Nyobo (食わず女房, Istri Tidak Pernah Makan Apa pun) mendambakan istri yang rajin bekerja sekaligus tidak menghabiskan makanan.[5] Seorang wanita yang memenuhi harapannya muncul, dan langsung dinikahinya. Meskipun istrinya tidak pernah makan, beras di rumahnya terus menerus berkurang. Ketika suaminya mengintip, ternyata wanita yang dinikahinya adalah futakuchi-onna penjelmaan yamauba yang memiliki mulut tersembunyi di balik rambut, di belakang kepalanya.

Yamauba memakan seorang janda sekaligus ibu dari tiga anak laki-laki dalam cerita Tendō-san no Kane no Kusari (天道さんの金の鎖, Rantai Emas Dewa). Setelah menjelma menjadi ibu mereka, anak bungsu habis dimakan oleh yamauba.[6] Kedua kakaknya dikejar oleh yamauba hingga keduanya naik ke pohon. Mengetahui mereka tidak bisa melarikan diri lagi, mereka lalu memohon pertolongan dewa. Dewa menolong dengan cara mengulurkan seutas rantai emas dari langit yang kemudian dipanjat kedua anak itu. Yamauba juga meminta pertolongan dewa. Namun bukan rantai emas yang diturunkan dewa, melainkan seutas tambang usang. Yamauba memanjat juga tambang itu yang lantas putus di tengah. Yamauba terjatuh di ladang gandum dan mati.

Dalam cerita Komebuki Awabuki (米福粟福) atau Nukafuku Komefuku (糠福米福), dua gadis kakak beradik tidak sekandung bernama Komebuki dan Awabuki bertemu dengan yamamba ketika keduanya sedang pergi memungut kastanye.[7] Kepada gadis berhati baik yang diperlakukan buruk oleh ibu tirinya, yamamba memberikan harta. Sebaliknya kepada gadis berperangai buruk, yamamba memberikan kemalangan.

Dalam legenda Ubakawa, yamamba digambarkan sebagai tokoh yang membawa keberuntungan untuk manusia. Di Prefektur Kochi, sebagian penduduk memuliakan yamamba sebagai dewi pelindung rumah. Menurut legenda, rumah yang dilewati yamamba akan langsung menjadi kaya.

Yamamba dari Gunung Ashigara di Provinsi Sagami dikisahkan sebagai seorang ibu dari Sakata Kintoki dalam cerita rakyat Kintaro. Menurut Konjaku Monogatarishu, Minamoto no Yorimitsu menemukan Kintoki ketika sedang dalam perjalanan pindah dari Provinsi Kazusa ke ibu kota pada tahun 976. Ketika melewati Gunung Ashigara, Yorimitsu melihat awan merah di gunung sebelah sana. Menurut Watanabe no Tsuna, di bawah awan merah itu bersembunyi orang sakti. Ketika sampai di bawah awan merah, mereka menemukan sebuah gubuk beratap rumput. Di dalamnya tinggal wanita tua tinggal bersama anak muda berumur dua puluh tahunan yang berpenampilan seperti anak-anak. Ketika ditanya, wanita tua itu bercerita bahwa suatu malam, ia bertemu seekor naga merah dalam mimpi. Anak laki-laki yang dilahirkan diberi nama Kintoki. Yorimitsu berfirasat bahwa anak itu akan menjadi ksatria hebat. Anak itu dinamainya Sakata Kintoki, dan diangkat sebagai salah seorang dari empat pengawal terkuatnya.

Chapitre suivant