"Kau dari mana saja?" tanya Sherena begitu aku sampai dirumah, aku mengangkat belanjaanku "Kau lihat.... aku membeli beberapa barang keperluan sekolah".
"sendiri?"
"bersama Hagrid dan Harry"
"Harry??" dia mengerutkan kening "seolma... " aku menunjuk tepat ke luar jendela lalu Sherena menengok ke arah tersebut.
"Hah... tetangga kita... Harry Potter??, tidak mungkin. saat aku pertama kali tiba disini – aku melihat dia di halaman rumahnya entahlah terjadi begitu saja"
"Hyaa.... tetangga kita Harry Potter dan kau diam saja... " teriaknya
"Lalu kenapa...??" Balasku ikut berteriak "lalu apa yang seharusnya kulakukan?"
"Hah.... Kau pikir kau hebat??" Dia tersenyum sinis padaku
"eonie... Aku tak pernah berpikir begitu"
Dia melotot padaku "Jangan memanggilku seperti itu!!" bentaknya.
"Lalu bagaimana seharusnya aku memanggilmu?" tanyaku
"Kenapa diam??? Kau selalu tak bisa menjawab... kalau aku tak boleh melakukannya maka katakan apa yang harus kulakukan jangan hanya diam, Apa kau tak lelah selalu begini?" aku benar benar lelah pada kakakku. Aku berusaha mengalah dan mengikuti kemauannya namun dia selalu menarik diri dan menjaga jarak denganku.
"Ya, aku sangat lelah-Aku mau istirahat di kamar" ujarnya lalu pergi meninggalkan aku sendiri.
"Menyebalkan sekali... mau sampai kapan dia bersikap seperti itu?" aku menggerutu sendiri.
Sebulan terakhir ini yang kulakukan adalah merampungkan project aku dan teman-teman. Mulai dari recording sampai Shooting Music Video juga beberapa latihan. Kami harus menyelesaikannya sebelum keberangkatan kami ke Hogwarts.
===oOo===
Setelah sarapan Aku dan Sherena bersiap – siap untuk berangkat ke stasiun.
Terdengar suara mobil Sherena menghidupkan mesin mobil.
"Kenapa kau masih ada di sini kenapa kau tak pergi bersama mobil Sherena?"
Hemm yang benar saja, dia pasti mengoceh sepanjang perjalanan.
"Bagaimana kalau aku ikut appa... eoh... bukankah kita searah?".aku merajuk
"Mengapa dulu kau tolak saat aku mau membelikanmu mobil?"
"Itu sudah kuputuskan lebih baik Appa memberiku motor daripada mobil"
"Kau pikir berapa umurmu kau pasti akan menggunakannya untuk balapan kan? Ayo naik..." seru appa sambil tersenyum
"Mobil juga bukan untuk gadis seumurku jadi apa bedanya?"
"itulah gunanya sopir" balas Appa
"Appa... sebenarnya berniat membelikan untukku atau untuk sopir??"
"Kau ini..." Aku hanya tersenyum lalu berlari menuju mobil.
Aku menunggu Harry di samping kereta tak lama kemudian aku melihatnya, akupun melambaikan tangan agar ia tau keberadaanku. Setelah melihatku dia menghampiriku, kami memasuki sebuah kompartemen disana ada seorang cowok berambut merah, terdengar keributan Aku pun menengok ke belakang kulihat ada cowok kembar berambut merah mereka sedang bercanda melintasi kami.
"Kau adalah" salah satunya menunjuk Harry dengan takjub lalu menatap saudara kembarnya
"Dia.... " terlihat bingung "Bukankah kau"
"Apa?" tanya Harry
���Harry Potter" sahut mereka berdua
"oh dia....." kata Harry "Er.... Maksudku ya.... itu aku" tambahnya.
Aku duduk di samping jendela sementara Harry dan cowok berambut merah tersebut duduk dihadapanku.
"Harry, Sudahkah kami memperkenalkan diri? Fred dan George Weasley, dan itu Ron adik kami, Kau....?" pandangannya mulai tertuju kearahku
"Sherly Holmes" jawabku
"Holmes??? Kau sungguh anak dari Sherlock?" tanya Ron terkejut
"Ayahku sering bercerita tentang ayahmu, dia mengagumkan" Dia mengulurkan tangan dan berjabat tangan dengan kami.
"sampai jumpa di Hogwarts" Fred dan George pergi meninggalkan kompartemen kami
"Aku iri pada mereka berdua."
"satu lagi lelucon Fred dan George - apa kau benar – benar Harry Potter?" Harry mengagguk. Mata Ron terbelalak
"Jadi apa benar kau punya..." Ron menujuk dahinya sendiri "dari Kau Tahu Siapa" lalu Harry menunjukkannya.
"kudengar kau tinggal bersama muggle, seperti apa mereka?" tanya Ron.
"mengerikan, yeah tidak semua" tukas Harry tapi aku melotot padanya
"Apa maksudmu tidak semua? siapa disana yang memperlakukanmu dengan layak?, menggelikan sekali" protesku
"paling tidak mereka memberiku tempat tinggal, itu tidak buruk"
"Ayolah..." protesku
"Aku harap aku punya tiga saudara penyihir" Harry memotong ucapanku
"Lima, Bill dulu ketua murid, Charlie pernah menjadi Kapten Quidditch, Percy seorang Prefek. Fred dan George dia banyak bermain – main, meski begitu nilainya bagus, semua berpikir mereka berdua lucu, jadi semua juga berharap banyak padaku tapi kalaupun aku berhasil itu sudah bukan hal istimewa lagi karena mereka sudah melakukannya lebih dulu dan kau juga tak akan punya barang baru"
"Yah.... sungguh aku iri pada mereka berdua" seandainya aku dan Sherena seperti mereka berdua
"Apa kau punya saudara Sher?" tanya Ron
"Ah..... aku... aku tidak punya saudara karena itu aku iri pada mereka"
"kenapa kau iri? Kau bukan satu – satunya aku juga tanpa saudara. Ehmmmm sudahlah anggap saja aku saudaramu"
"Yeah..... terima kasih Harry"
Troli makanan datang sedangkan Ron membawa bekal sendiri, sementara Harry membeli setumpuk makanan dan kami memakannya bersama. Harry membuka Cokelat kodok yang berhadiah kartu bergambar Dumbledore.kemudian Ron bercerita tentang keluarganya
Pintu kompartemen terbuka Neville mencari kataknya, Trevor. Ron berniat menunjukkan percobaannya mengubah scabbers menjadi kuning tetapi tiba – tiba seorang cewek berambut keriting masuk
"Apa kau akan melakukan sihir? Mari kita lihat" Ujarnya sambil duduk disebelahku
"Sunshine, daisies, butter mellow, Turn this stupid, fat rat yellow."
"Apa kau yakin itu mantera sungguhan?" kata gadis itu
"Yah, itu tidak bekerja dengan baik, bukan? Aku sudah mencoba mantra sederhana hanya untuk latihan dan itu semua bekerja. Tak seorang pun di keluargaku bisa sihir sama sekali, itu seperti kejutan ketika aku menerima suratku, aku begitu senang, tentu saja, Maksudku, Kudengar Hogwarts adalah sekolah terbaik dalam ilmu sihir yang pernah ada - Aku telah mempelajari semua buku-buku pelajaran dengan baik, tentu saja, aku hanya berharap itu akan cukup - Aku Hermione Granger, by the way, kamu siapa?." Dia mengucapkannya dengan begitu cepat.
"Aku Ron Weasley"
"Sherly Holmes" sahutku
"Harry Potter" Hermione terlihat takjub tak percaya siapa yang kini berada di hadapannya
"Apa kau sungguh?" kata Hermione. "Aku tahu semua tentangmu, tentu saja – aku membeli beberapa buku tambahan. untuk mempelajari latar belakang dunia sihir, dan Kau berada di buku Sejarah Sihir modern ; Kebangkitan dan Kejatuhan Ilmu Hitam juga Peristiwa sihir besar di Abad dua puluh"
"Aku... ?" Harry terlihat bingung
"Kau masih belum yakin kalau kau sangat populer disini?" bisikku
"Ya ampun, kau tidak tahu?, aku akan mencari tahu semua yang ku bisa jika Aku jadi kau," kata Hermione.
"Apakah salah satu dari kalian tahu apa asrama yang akan kalian tempati? Aku telah mencari informasi, dan kuharap Aku di Gryffindor, kedengarannya itulah yang terbaik, kudengar Dumbledore sendiri pernah disana, tapi ku kira Ravenclaw tidak terlalu buruk .... Lagi pula, sebaiknya Aku pergi dan mencari Katak Neville. Kau tahu, kuharap kita akan berada di sana segera. "
Ron terlihat lega Hermione tidak berlama – lama disana.
"Dimanapun Asramaku kuharap dia tak berada disana juga" Kata Ron
"Mantera bodoh, George yang memberinya pasti dia pikir ini lelucon"
"tapi kurasa ada untungnya juga kalau seasrama dengannya, kau tau maksudku kan... sepertinya dia pintar" aku berkomentar.
"bukan pintar tapi sok Tahu" protes Ron. Tiba – tiba pintu kompartemen terbuka lagi.
"Kumohon jangan dia lagi" keluh Ron aku hanya tersenyum melihat tingkahnya.
Tidak tampak sosok Hermione tetapi ada dua cowok gemuk bersama dengan seorang cowok yang pernah kami temui di Diagon Alley, Toko jubah Madam Malkin,
"apa benar? Semua bilang Harry Potter ada di kompartemen ini jadi itu kau?"
"Jadi kau Harry Potter" Kata cowok berambut keperakan.
"Ya" Kata Harry
"Oh ini Crabbe dan ini Goyle dan namaku Draco Malfoy" Apa dia bilang? Malfoy tidak mengherankan dia benar – benar sama menyebalkannya sama seperti ayahnya, Lucius. aku tak pernah munyukai teman ayahku itu angkuh, sombong, arogan dan menyebalkan. Ron tertawa begitu mendengar nama Malfoy.
"Kau pikir lucu, ya? Tidak perlu bertanya siapa kau. Ayahku mengatakan padaku semua keluarga Weasley memiliki rambut merah, bintik-bintik, dan anak-anak lebih dari yang mereka mampu besarkan." Malfoy melangkah pergi
Tiba- tiba dia berbalik kembali ke Harry. "kau akan segera tahu beberapa keluarga penyihir jauh lebih baik daripada yang lain, Potter. Kau tidak ingin berteman dengan orang yang salah kan. Aku bisa membantumu."
Dia mengulurkan tangannya untuk berjabat Harry, tetapi Harry tidak menyambutnya.
"Kupikir aku bisa menilai sendiri, terima kasih," kata Harry dingin.
"Kau.... Sherly-Kenapa kau tak mengatakan sejak awal" mata Malfoy kini tertuju padaku
"Bagaimana kau tahu?" sergah Ron
"Tentu saja weasley, orang tua kita berteman baik, Ayahku hanya berteman dengan orang – orang tertentu di Kementerian, kalau kau mau Sherly.... kita bisa berbagi kompartemen disana...." Dia tersenyum padaku dan mengulurkan tangan Aku menampik tangan Malfoy cukup keras, membuat seisi kompartemen ini terkejut.
"Malfoy dengar baik – baik karena aku tak mau ngulangi kata – kataku lagi, biarpun ayahmu dan ayahku berteman lalu memangnya kenapa? Jika aku tetap tak mau berteman denganmu lalu apa yang akan kau lakukan? Lagipula kau sama menyebalkannya seperi ayahmu jadi aku sama sekali tidak tertarik"
"Kita lihat saja nanti, ah ada lagi, mengapa kalian berdua selalu bersama?" kata Malfoy menatap padaku dan Harry bergantian.
"baiklah kalau tak mau menjawab, Sampai ketemu di Hogwarts" ujarnya dan menyeringai ke arah kami.
Saat Malfoy berjalan keluar dari kompartemen aku tak menghiraukannya.
"Mengapa dia peduli aku sedang bersama siapa?" gerutuku lalu aku mengambil novelku dan membacanya. sepertinya terdengar ada yang masuk ke kompartemen kami lagi aku tak mengalihkan pandanganku dari buku bacaanku.
"Apa masih ada tempat kosong? Apa kami bisa pindah kesini?" Aku sangat mengenal suara tersebut itu suara Key
"Neville muntah jadi kami pindah" sahut suara lain yang kukenal Sherena
"Silahkan duduk saja" Harry mempersilahkan
"Ah.... Harry kita ketemu lagi kau masih ingat aku kan?" Tanya Key
"Tentu.... toko Mr. Ollivander"
"Oh.... jadi Kau Harry Potter? Aku kira mereka hanya membual saat bilang kau ada di kereta ini Kenalkan aku Sherena Holmes"
"Aku Ronald Weasley"
"Dan kau.... apa kau akan terus membaca dan mengacuhkan kami?" tanya kakakku
"Bukankah kita sudah kenal" jawabku, terdengar dia menghela napas kesal
"Apa harus kalian seperti ini setiap kali bertemu?" Key melerai
"Kau lihatkan Key dia yang bersikap dingin duluan" rengek Sherena
"Hah..... aku hanya fokus membaca dan kau bilang aku bersikap dingin?"
Aku tutup buku bacaanku "Baik aku takkan membaca lagi lalu memangnya apa yang mau kau bicarakan?"
"Tidak ada... er... maksudku paling tidak kau menghargai kehadiran kami gak cuma diam dan baca buku" mungkin perkataan Sherena ada benarnya tapi aku hanya tidak ingin ribut dengannya, sebisa mungkin aku berusaha tidak mengobrol dengannya karena biasanya berujung pada adu mulut.
"Harry kudengar kau bertetangga dengan Sherly... Sherena juga tinggal di rumahnya" kata Key
"Jadi kalian berdua bersaudara?" tanya Ron
"Haahahahah lucu sekali apa kita berdua mirip?" seru Sherena. kakakku benar – benar lihai berakting aku hanya tersenyum masam
"Ayahku sedang sibuk akhir – akhir ini jadi karena ayah kita berteman akrab untuk sementara ini aku tinggal di rumahnya, bukan begitu Sher?".
"Ah.... Begitulah..." jawabku singkat.
"Kalau kau berada di rumah Sherly mengapa aku jarang melihatmu?"
"Oh itu... Kau tau kan aku tak terbiasa tinggal di lingkungan penuh Muggle".
Saatnya turun dari kereta mereka bertemu dengan Hagrid, Malfoy masih saja mengoceh dia membicarakan Hagrid tapi kami tidak memperdulikannya pada saat melintas danau menuju kastil Hogwarts aku tak bisa menyembunyikan rasa takutku. Danau, Laut, sungai aku takut jika berada di tempat – tempat tersebut karena pengalaman burukku aku pernah tenggelam, aku juga tak bisa berenang.
"Kau, kenapa? Kau baik-baik saja kan?" Tanya Harry tampaknya dia heran melihat perubahan ekspresiku yang tiba – tiba.
"ehm..... Tidak ada apa – apa."
"phobia" bisik Key pada Harry, dia tampak terkejut mendengarnya
"Memangnya ada yang salah kalau aku punya phobia?" sahutku kesal
==ooOoo==