AKu memacu kencang motorku, Jino sudah mengirimkan tempat mereka aku akan menjebak orang brengsek itu dan tidak akan kuberi ampun ia kali ini. ia sudah berani macam-macam denganku jadi jangan harap ia bisa kabur dengan tenang, akan kupastikan bahwa aku yang menyerahkan dirinya pada pihak kepolisian dan CIA nanti.
" Anak buah Rex sialan itu rupanya ingin bermain-main denganmu Jeon"
"Tenang saja Ivy, aku yang akan memenangkan permainan kali ini"
' Jeon, ia kearah selatan'
' sudah bisa kuduga Jino, aku sudah berada dijalan dimana ia akan melewatinya, kejar terus, aku akan memblokadi jalan ini'
' baik'
Aku menyambungkan telefonku pada para polisi, untuk segera pergi ketempat ku sekarang. Blockade jalan akan berjalan dengan sempurna sekarang adalah giliranku yang bermain, ya aku akan membalas kan dendamku pada orang itu.
" Ivy, kau lihat balok ditepi jalan itu?"
" tentu, Jeon"
" Ambil balok itu, dalam 5 menit, pria sialan itu akan lewat dan berpapasan dengan kita, saat ia lewat pukul tengkuknya dengan balok itu kau paham?"
" Aku paham"
3…
2….
1…
Pria itu datang aku menggas motorku
" Ivy, pukul sekarang"
Argh..!!! terdengar ringisan suaranya sesaat setelah Ivy memukulnya, ku memutarkan motor ku 180 derajat lalu menghampirinya, mengambil pistol dan menembakkannya keudara agar para polisi tahu bahwa kami ada disini.
" sialan kau!" Prai itu bangkit dan mencoba menghajarku, aku segera turun dari motor.
Ia terus menghantamku namun, aku berhasil menghindari pukulannya. Tiba-tiba saja jiwa psikopatku keluar begitu saja, aku tidak akan membiarkan ia hidup ia akan mati sama seperti Rex, lihat saja itu. Aku berhasil membantingnya ke tanah, aku mencekiknya tidak aka nada kemanusiaan kali ini untuknya, tidak dan tidak pernah. Tidak peduli jika nanti aku ditahan oleh polisi. Aku tidak peduli dengan itu yang aku mau adalah ia mati, mati mengenaskan ditanganku sekarang, seperti Rex yang hangus dan hancur ditelan bom.
" Jeon hentikan! Kau bisa membunuhnya!" cegah Ivy
" DIAM!"
" Jeon, jika kau membunuhnya, aku akan ditahan"
" Aku tidak peduli! Aku ingin dia mati ditanganku sekarang"
" JEON! Pikirkan Clarissa! Kau berjanji akan kembali padanya. Ia tidak mau kekasihnya menjadi pembunuh!"
Ivy benar, jika aku membunuh pria ini Clarissa pasti akan sangat sedih. Kulepaskan cekikanku dan beranjak pergi. Tidak lama para polisi berdatangan. Setelah polisi datang aku memilih untuk pergi bersama Ivy.
ARGH… SIALL!!
....
" JEONN!!!"
Pisau itu menancap dipunggung Jeon. Dasar pria sialan! Aku menendang pria itu tepat di kebanggan pria itu. Kumohon Jeon bertahanlah.
" Ivy!"
" Yeobo, cepat panggil ambulan!"
" Oh shit! Dasar bajingan!" umpat Lucas
Youngboun segera memanggil ambulan dan beruntung mereka cepat datang, jika tidak mungkin Jeon sudah tidak tertolong. Aku dan yang lainnya segera menyusul ambulan itu dan pria sialan itu dibawa oleh polisi.
...…..
Dirumah sakit….
Aku sangat khawatir dengan keadaan Jeon yang sedang di operasi saat ini. Lucas menelfonku bahwa Jeon ditusuk oleh pria brengsek itu, aku yang berada dirumah langsung pergi ke rumah sakit tempat Jeon di rawat. Dokter bilang bahwa pisau itu menancap tepat di organ dalam tubuhnya dan sekarang ia dalam masa kritis.
Jeon kumohon tetaplah hidup, bertahanlah. Kau berjanji padaku akan kembali bukan? Aku akan tetap mendukungmu, jadi kumohon bertahanlah. Aku merindukanmu dan tidak ingin kehilanganmu lagi, aku tidak ingin pulang, aku akan menunggu sampai Jeon selesai dioperasi. Akan kupastikan sendiri bahwa Jeon baik-baik saja.
" Clarissa, sedari tadi kau belum makan sekarang sudah malam, ayo kita makan dulu" ajak Steve
" Tidak, Steve aku akan menunggu Jeon"
" Clarissa, jika kau tidak makan kau bisa sakit. Jeon akan sedih jika tahu kau sakit" ucap Bimo
" Baiklah, tapi aku akan makan disini saja"
" Kami kebawah dulu membelikanmu makanan, akan kami bawakan kesini"
" Terima kasih Steve"
Hp ku bergetar..
From : unknown number
Rupanya kau masih hidup
Siapa ini? Dari mana ia tahu nomor hpku? Aku mengecek riwayat panggilan untuk mlihat apakah aku pernah menguhubungi nomor inim dan tidak kutemukan nomor tersebut. Sudahlah mungkin ia salah nomor jadi pesannya terkirim padaku padahal sebenarnya bukan untukku.
" Ini Clarissa, makanlah dulu" Ujar Steve
" Terimakasih"
Makanan kesukaanku, Steve selalu tahu bagaimana membuatku lapar. Aku segera memakannya dan tidak lama dokter keluar dari ruang operasi. Aku segera menghampiri dokter dan dokter berkata bahwa operasi berjalan dengan lancar dan Jeon sudah dipindahkan keruang rawat.
Aku sangat bersyukur akan hal ini, aku mempercepat langkahku keruang tempat Jeon dipindahkan diikuti Steve dan Bimo, Aku segera masuk keruangannya dan duduk disamping ranjang Jeon.
" Oh Syukurlah operasimu berjalan lancar" Ucapku
" Aku juga bersyukur bisa melihatmu lagi"
" Clarissa, kau tahu saat aku berusaha mencari siapa diriku aku malah kehilangan kehidupanku lau aku merasa aku menggila. Dan saat kau datang ntah mengapa aku merasa hanya dirimu yang mengerti diriku padahal aku membentakku. Saat dimarkas setiap pagi aku menunggu kehadiran dirimu tanpa kusadari, dan disaat kau pergi aku baru sadar bahwa kamulah cahaya itu, pagi yang kutunggu. Dan saat aku hampir kehilanganmu saat itu aku mencoba menjernihkan pikiranku namun tetap saja aku tidak bisa tidak mengkhawatirkanmu. Dan alasanku bertahan setelah pengeboman itu adalah dirimu. Aku sadar kau selalu ada untukku tapi, aku.. bahkan membiarkanmu pergi bersama Jason. Maafkan aku, aku berjanji akan memperbaiki semuanya."
" Semua akan baik-baik saja Jeon, asalkan kau cepat sembuh"
" Aku senang kau menemaniku sekarang"
" Huaaa… Steve tolong aku!!!"
" Ada apa denganmu Bimo?" tanya DStv bingung
" Tolong aku, rasanya jiwa single ku meronta-ronta"
" Kalau begitu ayo!"
" Ayo kemana?"
" Ke rumah sakit jiwa, kurasa kau sudah tidak waras Bimo!"
Aku dan Jeon tertawa melihat tingkah Bimo yang aneh, sudah lama kami tidak pernah melihat tingkahnya yang aneh itu. Malam ini aku akan menginap disini menjaga Jeon dengan Steve dan Jeon, besok giliran Youngboun dan Lucas.
" Kau sudah makan?" tanya Jeon
" Sudah, sebentar lagi waktunya kamu makan, jadi aku akan menyuapimu"
" Sudah lama tidak ada yang menyuapiku"
" Jadi kekasihmu yang dulu itu tidak pernah menyuapimu?"
" Pernah"
" Ohhh begitu"
" Apa kau cemburu?"
" Tidak!"
" Ah.. Kau cemburu!"
" Ih… kiu cimbiri!! Terserah kau saja Jeon"
" Hahahaha…. Kau ini menggemaskan sekali ya!"
Aku hanya tersenyum padanya lalu mengambil makanan yang dibawa oleh perawat yang datang. Aku menuangkan air ke cangkir dan mulai menyuapi Jeon, wajahnya terlihat seperti anak kecil yang lapar sekali, rasanya aku ingin mencubit pipinya, uhhh.. menggemaskan!