webnovel

05 - D Class

Aku sekarang ada dibarisan kelasku, lebih tepatnya dibarisan paling belakang. Beruntung bahwa acara belum dimulai saat aku masuk kedalam bangunan ini. Tapi tetap saja aku menjadi pusat perhatian karena aku datang paling terakhir yang berarti sudah ada banyak orang didalam bangunan itu.

Arisu ada dibangunan ini, aku melakukan kontak mata dengannya dan tersenyum, begitu pula dirinya. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengobrol bersamanya karena terdapat banyak orang disini dan acara juga akan dimulai. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya terdengar suara wanita yang mempersilahkan ketua OSIS untuk berbicara.

"Sekarang kita akan mendengar kata sambutan dari ketua OSIS"

Clap Clap Clap

Semua murid bertepuk tangan menyambut ketua OSIS yang akan berbicara. Dia adalah seorang pria dengan rambut hitam, memakai kacamata, menurutku dia adalah orang yang sangat disiplin dan juga tegas.

"Saya ketua OSIS, Horikita Manabu"

"Sebagai perwakilan para senior, saya mengucapkan selamat datang kepada para siswa baru. Seperti yang kalian ketahui, sekolah kita adalah sekolah yang unggul pada segala bidang, dan lulusanya mudah masuk ke perguruan tinggi atau dunia kerja. Itu adalah kebanggaan sekolah kita yang diraih melalui kerja keras, baik para alumni, maupun para siswa yang masih berada disini. Kami pun mengharapkan hal yang sama dari kalian, para siswa baru..... " Ketua OSIS berbicara panjang lebar untuk menyambut murid baru.

Sesudah acara selesai para murid pergi kekelas masing masing untuk memulai pembelajaran. Dihari pertama mungkin yang mengajar atau wali kelas akan menjelaskan tentang sekolah ini terlebih dahulu. Aku tidak pergi bersama teman sekelasku melainkan pergi sendiri.

Alasannya mudah karena aku tidak mengenal siapapun disini kecuali Ri-Chan, tapi aku dan dia berbeda kelas. Ri-Chan masuk kekelas A sementara aku masuk ke kelas D, kelas yang paling rendah peringkatnya. Ya aku tidak peduli tentang itu karena peringkat apapun kelasnya tidak akan mempengaruhi kegiatan yang akan aku lakukan.

Saat aku sedang mencari kelasku aku tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat dia terjatuh. Padahal hanya tertabrak pelan saja, tapi itu membuatnya jatuh yang berarti dia memiliki suatu hal yang membuatnya tidak seimbang. Saat aku lihat, seorang wanita yang aku kenal sedang terduduk karena aku tabrak tadi.

"Maaf" Ucap ku sambil tersenyum kepada wanita itu yang tidak lain adalah saudariku, Sakayanagi Arisu.

Aku mengulurkan tanganku untuk membantunya berdiri, dia menerima tanganku dan membuatnya bisa berdiri. Dia merapihkan bajunya terlebih dahulu sebelum akhirnya membalasku.

"Sudah lama ya..... Aku senang kita bisa bertemu lagi, Ren" Ucapnya sambil tersenyum. Dia sama sekali belum berubah dari dulu, dia adalah Arisu yang aku kenal.

"Aku juga senang, sudah 3 tahun kita tidak bertemu" Jujur aku senang bisa bertemu kembali dengan Ri-Chan. Setiap bersamanya maka aku tidak akan pernah merasa bosan.

"Fufu, mengapa kau bisa menabrakku, Ren?" Ri-Chan bertanya kepadaku. Alasannya sederhana yaitu karena aku sedang berpikir. Selain itu aku tidak melihat kehadiran Ri-Chan karena aku sedang fokus berpikir.

"Karena aku tidak melihatmu" Aku menjawab pertanyaan Ri-Chan dengan jujur. Aku mengetahui apa yang tidak dia sukai, jadi aku berusaha sebaik mungkin agar dia tidak marah meskipun aku berbicara tentang hal yang dia tidak sukai ini.

"Hoo.... Apa maksudnya kau tidak bisa melihatku, Ren?" Ri-Chan kembali bertanya tetapi kali ini dari nadanya aku tahu bahwa dia marah. Meskipun suaranya lembut tapi aku tahu bahwa dia sekarang sedang marah.

"Maksudnya adalah karena aku sedang berpikir mengenai sesuatu, maka dari itu aku tidak fokus" Jelasku kepadanya. Yang aku katakan adalah kejujuran, selagi mencari kelasku, aku berpikir tentang apa yang harus aku lakukan disini.

"Fufu, jadi begitu..... Apa yang sedang Kau pikirkan, Ren?" Dia bertanya lagi padaku. Mungkin karena dia sudah lama tidak berbicara padaku, jadi dia banyak bertanya.

"Masa depan kita.. " Ucapku sambil tersenyum kepadanya. Aku berbicara seperti itu karena aku ingin menjahilinya, kebanyakan wanita akan salah tingkah jika ada laki laki berbicara seperti itu padanya. Tapi entah mengapa itu tidak terjadi kepada Ri-Chan, mungkin karena aku sudah bersama dengannya lebih dari 1 Tahun.

"Fufu, kalau begitu pikirkanlah baik baik" Jawab Ri-Chan yang membalas candaanku. Ri-Chan adalah salah satu orang yang selalu saja santai dan tenang dalam menghadapi banyak hal.

"Baiklah... Ri-Chan aku akan pergi kekelasku, kita melanjutkan pembicaraan ini nanti saja" Aku memutuskan untuk pergi kekelasku karena sebentar lagi jam pertama akan dimulai.

Sebelum aku pergi, aku bertukar nomor Hp dengan Ri-Chan, karena kita akan melanjutkan pembicaraan ini. Karena saat aku menabrak Ri-Chan dekat dengan kelas A maka dari itu Ri-Chan masuk kekelasnya terlebih dahulu daripadaku yang harus berjalan mencarinya. Setelah beberapa menit akhirnya aku menemukan kelasku dan langsung masuk kedalamnya, seperti yang aku pikirkan bahwa sudah banyak orang didalam.

Aku tidak memikirkan orang disekelilingku yang memperhatikan aku masuk, aku juga tidak mempedulikan macam macam pembicaraan yang terjadi. Aku pergi ketempat dudukku, tempat dudukku ada dibagian paling belakang dekat dengan jendela. Yang duduk disampingku adalah seorang pria berambut coklat, jika dipikir pikir aku seperti pernah melihatnya... Kalau tidak salah dia adalah yang mengobrol dengan wanita berambut hitam digerbang tadi.

Setelah aku duduk, aku mengeluarkan buku Novel dari tasku, buku itulah yang aku ingin baca saat dibis. Karena aku tidak ingin diganggu maka aku menekan tombol dialat yang ada dileherku, membuat aku tidak bisa mendengarkan ucapan disekelilingku. Aku juga sudah menonaktifkan alat yang ada ditanganku saat aku memasuki kelas ini.

Disaat aku memulai membaca, aku sempat melihat salah satu dari mereka berdiri seakan meminta perhatian. Ya aku bisa tahu bahwa dia ingin para murid kelas ini untuk memperkenalkan dirinya. Aku tidak mempedulikan mereka karena itu percuma, aku akan segera lupa nama mereka, kecuali aku anggap itu adalah suatu yang penting.

Belum ada yang penting bagiku dikelas ini, disekolah ini juga belum ada seseorang yang penting bagiku untuk mengingatkan namanya, selain Ri-Chan. Maka dari itu aku tidak mempedukikan perkenalan mereka, seiring berjalannya waktu aku juga pasti akan merasa tidak asing dengan mereka, sama seperti saat aku SMP dulu yang secara alami mampu mengingat nama mereka jika aku melihatnya.

.......

<3rd POV>

"Semuanya, bisa minta waktu sebentar?" Ucap seorang pria berambut blonde dengan mata coklat. Ucapan itu membuat seluruh murid dikelas menatap kearahnya kecuali Ren yang fokus kebukunya, karena dia juga tidak mendengarnya.

"Bagaimana kalau sekarang kita memperkenalkan diri, supaya bisa langsung saling mengenal satu sama lain? Lagipula gurunya juga belum datang, Bagaimana? " Lanjut pria itu. Dia ingin para murid dikelas D memperkenalkan diri mereka selagi guru belum datang.

"Setuju"

"Itu tidak ada salahnya"

"Kenapa tidak?"

Banyak yang setuju untuk memperkenalkan dirinya, maka dari itu sudah diputuskan bahwa sebelum guru datang, murid kelas D akan memperkenalkan diri mereka.

"Kalau begitu dimulai dariku, namaku adalah Hirata Yousuke, panggil saja Yousuke. Aku suka segala jenis olahraga, tapi aku ingin masuk ke club sepak bola. Salam kenal semuanya!" Ucap Pria yang menyuruh para murid memperkenalkan diri yang bernama Hirata.

"Selanjutnya aku! Namaku Kushida Kikyou. Tujuanku adalah berteman dengan kalian semua. Aku ingin membuat banyak kenangan, jadi jangan sungkan mengahakku kemana saja!" Ucap wanita yang bernama Kushida itu sambil menundukkan kepalanya.

Perkenalan terus berlanjut, mereka memperkenalkan diri mereka serta apa yang mereka sukai, pencapaian mereka, Dll. Sampai akhirnya giliran pria yang duduk disebelah Ren.

"Selanjutnya... Kamu!" Hirata menunjuk pria yang duduk disebelah Ren, yang berarti sekarang adalah gilirannya untuk memperkenalkan diri.

"Eh? Aku?" Ucap pria itu yang dibalas anggukan dengan senyuman disertai kata 'Hnn' pelan oleh Hirata. Akhirnya dia berdiri untuk memperkenalkan dirinya.

"Eng... Aku Ayanokouiji Kiyotaka. Engg... Salam kenal semuanya... Engg..... Aku tidak ahli dalam bidang apapun. Eh, semoga kita bisa akrab." Ucap pria yang bernama Ayanokouiji itu. Dia seperti orang yang tidak pernah memperkenalkan dirinya pada orang lain seperti saat ini.

Mereka bertepuk tangan kecil saat Ayanokouiji selesai memperkenalkan dirinya. Hirata juga menyambut salam perkenalan Ayanokouiji sambil tersenyum. Sementara wanita yang duduk disebelah kanannya tersenyum yang bertujuan menertawakan Ayanokouiji.

"Kalau begitu.... Selanjutnya" Ucap Hirata yang menunjuk Ren, secara otomatis semua orang melihat kearahnya.

Tidak ada reaksi dari Ren setelah Hirata mengucapkan kalimat itu. Ren bersikap seakan tidak terjadi apapun sambil membuka halaman baru dari buku yang dibacanya dengan santai. Itu karena Ren tidak mendengarkan apa yang dikatakan Hirata.

"Engg..... Kau yang membaca buku, Selanjutnya giliranmu" Ucap Hirata lagi yang ditujukan kepada Ren. Hasilnya sama saja, Ren tidak sedikitpun bereaksi terhadap perkataan Hirata. Para murid dikelas tentu saja kebingungan mengapa Ren tidak bereaksi.

"Semuanya..... Cepat duduk" Ketika para murid fokus kepada Ren, guru masuk yang membuat para murid langsung duduk dikursinya masing masing.

Sementara Ren masih saja membaca bukunya, bukan berarti dia tidak menyadari guru datang, tapi karena bagian buku yang sedang dia baca sedang seru. Yang lainnya sudah duduk dengan rapih menghadap ke guru yang ada didepan mereka.

Guru itu berjalan menuju meja dan meletakkan buku yang dibawanya dimeja tersebut. Tidak ada murid yang memalingkan wajahnya dari guru berambut hitam didepan mereka.

"Hmm..." Guru itu melihat kearah Ren, tentu saja yang lain juga ikut melihat Ren yang masih membaca bukunya.

"Kau yang disana" Ucap guru itu sambil menunjuk Ayanokouiji.

"Aku?" Balas Ayanokouiji.

"Ya..... Tepuk pundak orang yang duduk disebelah kirimu" Ucap guru itu menunjuk Ren yang masih saja membaca.

Seluruh kelas memperhatikan Ren, tapi tidak berisik seperti tidak ada guru tadi. Ayanokouiji berdiri dari kursinya dan berjalan kekursi Ren, setelah itu dia menepuk pundak Ren. Ren yang sadar bahwa dirinya ditepuk langsung menoleh ke Ayanokouiji dan sekelilingnya.

Tangan kiri Ren masuk kedalam Syal dan menekan tombol pada alat yang ada dilehernya. Sekarang Ren dapat mendengar dan berbicara kembali, dia langsung memasukkan buku keloker yang ada dimeja. Sementara Ayanokouiji sudah duduk kembali kekursinya.

"Maaf.... Anda bisa melanjutkan Sensei" Ucap Ren sambil tersenyum kegurunya. Dia bersikap biasa saja, seakan tidak melakukan sesuatu.

"Kalau begitu..... Aku adalah Chabashira Sae, wali kelas D. Disekolah ini tidak ada pergantian kelas. Jadi, aku yang akan bertanggung jawab selama tiga tahun kedepan, sampai kalian lulus" Jelas guru itu yang membuat semua murid termasuk Ren memperhatikannya.

"Pertama, aku akan membagikan buku tata tertib sekolah. Ambil dan bagikan kebelakang" Guru itu menyerahkan buku kesatu murid yang disebarkan kemurid lainnya, tentu saja bukunya berjumlah sama dengan murid yang ada.

"Sekolah ini punya peraturan-peraturan khusus. Pertama kalian akan tinggal diasrama, dan selama disini, izin meninggalkan sekolah dan menghubungi dunia luar akan dibatasi. Tapi jangan khawatir, sekolah sudah menyediakan macam macam fasilitas. Semua yang kalian butuhkan sudah tersedia disini, termasuk kebutuhan hiburan" Semua murid serius mendengarkan penjelasan guru itu. Guru itu mengeluarkan serta menunjukkan Hp pada para murid.

"Untuk berbelanja, kalian akan menggunakan poin yang tersimpan disistem komputer resmi sekolah. Disekolah ini, kalian bisa membeli apapun dengan poin. Poin akan dibagikan perbulannya tiap tanggal satu. Satu poin nilainya sama dengan satu Yen. Untuk bulan ini, masing masing dari kalian telah diberi seratus ribu poin" Lanjut guru itu yang menjelaskan tentang poin yang ada di Hp.

Mendengar jumlah dari poin yang mereka miliki, mereka terkejut. Itu sama saja mereka memiliki seratus ribu Yen dan itu hanya untuk bulan ini, belum ditambah bulan besok. Ren juga melihat jumlah poin yang ada diHp nya dengan tatapan bingung, tidak seperti kebanyakan murid yang merasa senang.

"Apa kalian terkejut dengan jumlahnya? Sekolah ini menilai siswanya berdasarkan kepantasan. Diterima disini saja sudah menunjukkan bahwa kalian pantas" Guru itu kembali berbicara.

"Sekolah ini..... Menarik" Batin Ren sambil menunjukkan senyuman kecil setelah mendengarkan penjelasan dari guru dan membaca buku peraturan.

Private Point : 100.000

Maaf jika ada Typo atau ada kesalahan dan ketidakjelasan

Terima kasih....

Sampai nanti.....

Rheinncreators' thoughts
Chapitre suivant