webnovel

Keheranan (19+)

"Mmrrllhh... tadi... lo suka disentuh di sini, kan beb? Mmrllhh... sllrrpph... mmchh..." Tangan nakal Farel elus-elus benda pusaka Sarah sembari mulutnya asik kulum kuping Sarah. Mungkin kalo dicocolin ke saos bisa enak, tuh!

"Ayok gue bikin enak lagi, sayaank..." Suara Farel serak-serak kering penuh muatan seduktif.

Faza yang merasa dalam bahaya kedua langsung berontak. Please lah Farel!

"Enggak mau! Farel... Rel... lo gilahhhk!! Gue aduin... nghhh... tar...ke Kak Saraahh!" bentak Faza sambil tampol beberapa kali tangan nakal Farel.

Faza usaha singkirin tangan yang membahayakan dulu, terutama yang udah mencet tombol inti dari seorang wanita. Gak boleh!

"Fareeeelll~ ahh~"

Tuh kan! Faza paling sebal kalau nih mulut udah seenak udel aja ngedesah gitu. Farel kan tambah semangat nantinya. Lagian, Faza bilang belum siap!

Atau ... gak mau kalau Farel nyentuh bodi Sarah karena itu bukan dirinya? Ya siapa tahu Faza maunya yang disentuh itu dia sendiri pas udah balik ke badannya.

Dan sialannya, mulut bilang 'enggak', tapi tubuhnya malah mengkhianati. Faza bahkan langsung mengumpat menyadari kedua pahanya malah membuka dengan sendirinya.

E-Enak, sih. Tapi kan ... kan ini bodi yang seharusnya ia jaga.

Farel membisik di telinga Sarah, "Tenang aja, cinta... gue kan udah janji gak bakal sodok elu kalo lu belum mau. Gue cuma pengen kasi fanservis doang, kok..." rayunya sambil itu tangan tambah cepet gesekin mutiara spesial punya Sarah.

Tak mau begitu saja, Farel angkat satu kaki Sarah, dan terus menggesek tombol rahasia Sarah yang super peka.

Dengan kaki yang diangkat gitu kan Farel lebih gampang ngasih ena-ena di tombol tadi.

"Enak, sayank? Aku cepetin lagi, ya... aku suka suaramu... keluarin aja gakpapa, sayank... Mama pasti gak bakal protes, kok, karena Mama kan pengen kita nikah," bisikan beracun dari Farel terus membelai pendengaran Sarah.

Faza mengumpat, makian apapun pengen dia keluarin. Pengen berontak kayak biasanya yang dia dilakuin ke Farel, tapi dirinya lupa kalau lagi berada di bodi cewek. Tubuh yang bahkan tenaganya kalah besar ama cowok.

"Fa~ za~" bisik Farel, sengaja. Sementara tangannya kian hardcore di selatan sana.

Mendadak, detak jantung Faza terasa lebih cepat kala Farel membisikan namanya, bukan Sarah. Sumpah! Itu namanya. Entah kenapa ... Faza bahagia.

"Ngghh... Farell.. ahh... aahh~"

Gak boleh! Faza gak harus pasrah kayak gini tapi ... entah kenapa dirinya malah seolah pengen Farel terus kayak gini. Bahkan sejujurnya ia seneng kalau Farel sudah mulai memesuminya.

Faza pegang pergelangan tangan Farel yang tengah asyik gesek mutiara berharga di bodinya, gak ditarik, tapi cuma sekedar pegang doang.

GREP!

Faza remas rambut Farel kuat-kuat meski mungkin bakalan kecabut beberapa helai. Ia mendongak, menggeliat, memburaikan suara desahan yang katanya Farel suka.

"Guwehh... guwehh gak tahann... hhngaahhh!"

Tubuh cewek tersebut membusur kala semburkan cairan sucinya, membasahi tangan Farel, dan dengan super gemasnya juga lah Faza makin erat remas rambut si cowok hingga tuh muka nempel di pundaknya.

"Enak, sayaaank?" Suara Farel udah merdu merayu. "Aku belum kelar, sayank... ayo sini aku bilas dulu kamu..." Dia sengaja pake 'aku-kamu'.

Cowok itupun membilas tubuh Sarah, trus dia hadapkan tubuh tersebut ke arahnya. Kemudian Farel jongkok di depan Sarah, taruh satu kaki Sarah di pundaknya dan lidahnya menjulur menggapai mutiara itu lagi.

"Ermmllhh... hrrllgghh..." Farel menjilat juga menyesap benda mungil spesial milik Sarah yang sedang dikuasai Faza.

Tangan Farel mengelus-elus kewanitaan Sarah, dan yang satunya membuka bibir selatan Sarah agar mempermudah lidahnya meliuk menari di situ.

Farel melirik ke utara, ingin saksikan wajah pujaannya yang pastinya super erotis.

Faza nyerah, please. Farel terlalu mesum untuk ia hadapi. Bukannya menjaga, Faza malah jadi harus bikin bodi Sarah sampai segininya disentuh tuh cowok.

"Rellhh... udahh, plis Farell... aahh... haghh...."

Faza jambak rambut tuh cowok mesum dengan dua tangannya. Bibir bawah ia gigit perlahan. Faza merasa luar biasa lemah pas jadi cewek. Ia mau kayak dulu, bisa dengan mudah menjahili Farel.

Hidup Faza seakan berubah jadi 180 derajat pas harus kejebak di tubuh sang kakak begini.

'Awas aja lo, Farel' Faza membatinkan dendam, memikirkan cara balas dendam yang bagus tapi malah kurang fokus sama sekali.

Tangan yang jambak rambut Farel ia gerakkan, bersamaan dengan pinggul ikut gerak juga. Ini apa, coba?! Respon positif dari Faza kah? Kalau begini ... artinya Faza menyerah kalah?

"Lo... cuma ingin bahh... balas dendam... kan?" bisik Faza sambil tundukkan kepalanya, hingga ekspresi si cantik tersembunyi entah seperti apa.

Oh iya! Kata Farel kan ini 'hukuman'. Tapi hukuman seperti apa dimana Farel selalu melakukan hal semacam begini padanya? Enak sih, Faza akui. Tapi dibalik itu sebenarnya, Faza merasa sakit. Ia kesal. Marah. Sakit hati.

Faza cuma merasa dimanfaatkan.

Faza tatap lamat-lamat Farel—yang tengah asik dengan aktifitasnya—sendu. Farel terlihat sangat menikmati menyentuh ... bodi Sarah ya....

Farel ogah jawab pertanyaan Faza. Yang pertama, karena dia lagi sibuk (dalam tanda kutip, IYKWIM). Yang kedua, karena ia tak punya jawaban.

Farel tatap wajah Sarah yang menatapnya dan netra mereka saling bertemu.

Lidahnya masih meliuk menari agresif pada mutiara spesial Sarah. Terkadang menghisap-hisap. Farel menyukai ini. Akhirnya dia bisa deket dengan Sarah. Faza yang konon berniat menjauhkannya dari Sarah, justru Faza pula yang mendekatkan.

Ironis? Bukan. Anugerah.

Sejujurnya... Farel sendiri tak tau ia melakukan ini karena itu Sarah atau karena Faza.

Jangan berprasangka dulu. Anggap aja Farel sayang keduanya. Dan soal dia mo brenti jadi playboy, itu memang niat serius Farel.

Farel bisa ngerasain lutut Sarah gemetaran. Apakah lelah? Atau takut?

Akhirnya Farel menghentikan kebinalan lidahnya, dan tegakkan badan, peluk Sarah.

"Sori. Kamu lemes, hmm?" Farel menangkup satu pipi Sarah dan labuhkan ciuman. Lembut serta beraroma sayang.

"Ummchh... Za... mmcchh..."

Dziing!

Mata Farel langsung melotot. Apa tadi dia bilang? Za? Faza? Kenapa malah si tengil itu yang dia panggil?!

Farel buru-buru lepas ciumannya. Berdiri kikuk, dan mencari-cari handuk.

"L-Lo dah kelamaan di sini. Gih sana, pake baju!" Farel melilitkan handuk ke tubuh Sarah, kemudian mendorong-dorong Sarah keluar dari kamar mandi.

Usai ngeluarin Sarah dari situ, Farel terhuyung, lantas duduk di closet, bertopang pada dua tangannya yang meremas rambut.

'Apa yang gue pikirin tadi? Napa gue malah manggil Faza waktu ciuman tadi? Itu kan Sarah. Walopun dalemnya Faza. Gue kan harusnya mikirnya itu Sarah. Tapi... Sarah asli kan kagak ada di sini! Arrrghh!! Setaann! Gue bingung!!'

Farel syok sekaligus ngerasa aneh.

Chapitre suivant