webnovel

Salah Peluk

Kembalinya di rumah, itu sudah jelas malam harinya...

Atira atas undangan Laelia untuk sementara akan tinggal di rumah mereka, mungkin sampai saat dia dapat pembagian "harta bersama" setelah sidang berhasil.

Lagipula, Atira sudah membulatkan tekad untuk bercerai, dan keduanya hanya bisa membantunya sebanyak yang mereka bisa.

"Hmmm...."

"Ada apa, sayang?"

Samael yang mengangkat kakinya di atas meja hanya bisa menatap dua wanita cantik di dapur, dan tiba-tiba dia merasa agak...

Laelia melirik Samael, lalu ke arah Atira, dan tiba-tiba dia mendengus: "Perhatikan saja matamu, atau tonton saja gosip di TV. Humph!"

Atira yang mendengar ini tiba-tiba mengangkat kepalanya dari talenen, dan dengan sedikit memiringkan kepalanya, dia bingung.

Apa yang terjadi?

Laelia sendiri mengangkat tangannya yang memegang pisau, dan di mata Samael, entah bagaimana dia bisa melihat mata Laelia menjadi kosong?

Pada akhirnya Samael hanya angkat dua tangannya dan berkata: "Lakukan saja, aku hanya ingin menunggu masakan kalian berdua."

"Bukannya kau tidak pernah memakan masakan kami berdua bukan?" Atira tersenyum dan kemudian berkata pada Laelia: "Dan Lia, kenapa kau mengangkat pisaumu ke atas? Itu berbahaya tahu?"

"....Aku tahu."

"Haha..."

Melihat Laelia yang sangat patuh pada Atira, Samael hanya tertawa, dan itu langsung dipelototi oleh Laelia yang kesal.

Beberapa puluh menit kemudian, di meja makan, sudah ada tiga orang, dengan Samael yang ada di ujung posisi, dan Atira serta Laelia ada di kedua sisi kanan dan kirinya.

Di meja makan, masakan yang lumayan banyak terlihat. Samael dengan tenang mengangkat peralatan makannya dan makan.

"Bagaimana rasanya?"

Proses mengunyah mulut Samael terhenti, dan dia mengangkat alisnya saat menatap Atira yang menatapnya dengan mata penasaran.

Bahkan Laelia menghentikan sendoknya di udara saat ini ketika menatap Atira dengan bingung.

Atira yang menyadari pertanyaannya tadi segera terkejut, dan akhirnya rasa malu memenuhi otaknya sehingga pipinya memerah.

Samael mengunyah lagi dan setelah menelannya, dia berkata dengan tenang: "Ini enak, seperti biasanya. Apakah kau ingin deskripsi yang rinci seperti Chef Gordon?"

"T-Tidak, tidak perlu. Maaf..."

"Haha, kenapa perlu minta maaf." Samael menggerakkan tangannya lagi untuk mengiris steak di piring saat berkata: "Lagipula, rasa masakan kalian berdua sebenarnya hampir sama."

"Meskipun milik Lia agak asin sedikit."

"Eh? Eh eh eh, apakah itu terlalu asin untukmu? Kenapa kau tidak mengatakannya sejak awal?" Laelia yang dikatakan masakannya agak asin segera terkejut.

Tapi baginya, itu tidak terlalu asin tahu?

Samael dengan pahit berkata: "Mau asin atau tidak, aku tidak pernah menyia-nyiakan makanan. Terlebih, ini masih masakanmu...Ugh, aku tidak mau menyakiti hati kecilmu."

"Ditambah, kau hamil. Wajar jika kau agak merasa bahwa jumlah garamnya biasa dibanding aku."

".....Uhhh, kalau begitu aku akan membuat porsi berbeda untukmu. Maaf, sayang." Laelia menundukkan kepalanya.

Samael menggelengkan kepalanya, dan setelah mengelus tangan Laelia disana, dia akhirnya berkata lagi: "Ayo, makan dulu. Mandi lalu tidur. Terutama kalian berdua, kalian pasti lelah bukan?"

Laelia tersenyum indah mendengar kepedulian Samael, sementara Atira hanya tersenyum pahit.

Dia melihat pasangan di depannya dengan sakit.

Dulu, dia memang akan merasa manis seperti ini...Tapi sekarang, hanya ada pahit di akhir.

Kelakuan Samael dan Laelia memang menyakiti hati Atira, tapi dia juga bahagia dengan kebahagiaan pasangan ini.

Samael yang peka pada perasaan melirik Atira yang makan dengan lemah dan lembut, dan jelas dia tahu perasaan buruk di hatinya.

...

Setelah makan malam, Samael membuka laptopnya dan mulai sedikit bekerja dengan Laelia yang menemani disampingnya dengan tenang.

Atira bertanya, "Apakah perlu bekerja semalam ini? Itu, tidak baik kan?"

Samael tanpa mengangkat kepalanya berkata: "Hmm, Yaa...mungkin. Tapi ada beberapa hal yang perlu aku dan Har tangani bersama kali ini."

"Sayang, kau tidur saja. Tidak baik bagi putri kami jika kau tidur larut malam oke?"

Laelia mengangguk dan mencuri bibir Samael sebelum akhirnya dia menarik Atira dan berkata: "Aku akan bersama Atira dulu, kau jangan tiba-tiba masuk nantinya ke kamar oke?"

"Ah, aku tahu. Ini akan memakan waktu lama, mungkin aku akan begadang. Terima kasih berkat kafein disini." tunjuk ke arah kopi yang dibuat Laelia tadi di atas meja.

Atira yang ditarik Laelia masih tidak nyaman, "Benarkah baik bagi suamimu untuk bekerja larut malam dan sering begadang?"

"Ahhh, sebenarnya..." Laelia agak malu mengatakannya, "Samael sering begadang baru-baru ini, karena....hanya dengan begitu, dia bisa menahan keinginannya pada tubuh bagian bawahnya."

"....Ahhhh..."

Wajah Atira juga memerah, dan dia akhirnya tahu kenapa Samael bersikeras. Dia, tidak mampu bertahan!

Istrinya hamil, jadi tidak mungkin melakukan hal-hal tidak senonoh seperti itu bukan?

Kemudian Laelia berkata, "Jangan pikirkan itu dulu, ayo masuk ke kamar dan bicarakan sesuatu yang menyenangkan~"

Sementara itu Samael masih sibuk dengan pekerjaan yang sebetulnya itu hanyalah mengais-ngais sisa dari apa yang Har lakukan tadi siang.

Meski begitu, apa yang dia dapatkan lebih banyak dari pemulung, tapi sebagai bayarannya, Samael harus bermalam di sofa!

Bekerja tanpa mengenal waktu memang menakutkan, saat Samael menutup laptopnya, dia meregangkan sedikit tubuhnya hingga berbunyi, lalu mengusap matanya saat melihat jam dinding.

"Apa...jam setengah 2 malam?"

Samael dengan lemah berjalan ke kamarnya saat berbisik, "Satu hari tanpa bisa menyentuh Lia...Aaahhh, apakah aku perlu ke Har dan mengikutinya bermain-main di bar?"

"Ugh? Lupakan saja..." Samael menguap dan berbisik lagi, "Ngomong-ngomong, Lia tadi mengatakan apa? Aku lupa karena sibuk untuk mencari pengacara untuk Atira tadi. Sial, apakah itu ajakan bermain darinya?"

Creeeettt....

Samael akhirnya membuka pintu kamar tidur, dan dengan penglihatan yang agak kabur karena mengantuk, dia melihat sosok wanita cantik yang tidur di kasur dalam kegelapan sambil mengenakan piyama yang tipis dan agak transparan.

Dia langsung berbaring disampingnya dan memeluknya, "Hmm? Sayang, kenapa tubuhmu tegang?"

Pelukan itu dibarengi dengan gerakan Samael yang meraba-raba seluruh tubuhnya, termasuk payudara, betis, dan bahkan area kemaluannya!

"Nnnnn..."

Atira yang dipeluk oleh Samael dan terbangun karena masalah ini ingin berteriak, tapi di depannya, adalah wajah tidur Laelia yang polos dan cantik !!!

""Samael, kau, kau salah peluk! Istrimu ada di sisi yang lain !!!""

Karena ruangan yang gelap dan pandangan mengantuk Samael, Laelia dari sudut pandang pintu kamar memang tidak terlihat, dan hanya soson Atira yang sedikit disinari sinar rembulan yang terlihat!

Atira sedikit mengerang karena sentuhan Samael, dan tubuhnya panas!

Tiba-tiba, Samael membalik tubuhnya dan mendekapnya ke pelukannya seperti sebuah guling!

Aroma maskulin pria masuk ke hidungnya, dan sebelum dia akan mengatakan sesuatu, Samael tiba-tiba mencuri bibirnya!

"Mmm...Mnnn...."

Atira meremas baju Samael, dan dia dengan keras ingin mendorongnya, tapi tidak bisa!

Merasakan ciuman panas ini, ditambah gerakan tangan Samael, Atira teringat masalah Laelia yang mengatakan bahwa Samael "Menahan Diri" !!!

"Samael... tidak..." Bisik Atira disana.

Mendengar ini, gerakan Samael terhenti, dan dengan sedikit rasa bersalah dia berkata: "Maaf sayang....tidak, tidak apa-apa. Aku akan tidur..."

Atira yang mendengar ini merasa sangat senang, tapi disaat yang sama, dia bisa mendengar cinta Samael pada Laelia, dimana dia masih bisa menahan diri meski tidak bisa tahan lagi!

Buktinya, Atira bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang panjang dan tebal serta panas yang berada di daerah kemaluannya sekarang!

Karena piyama yang tipis, sedikit gesekan membuat tubuhnya bergidik, terutama setelah dia lama tidak disentuh oleh Tris yang selalu "kerja luar kota"

Tapi Samael hanya memeluknya dengan lembut, dan merasakan dada panas serta pernapasan yang tenang dari Samael....Atira tanpa sadar terinfeksi dan juga menyandarkan kepalanya ke pelukan Samael sehingga keduanya tidur dengan saling berpelukan!

Dalam benaknya Atira berkata, "Hanya kali ini saja...."

Chapitre suivant