webnovel

Lucy dalam Masalah....

"Oya? Kupikir ada masalah apa disini ramai-ramai, ternyata ada banyak wanita cantik disini?"

"Perkenalkan, ini bajingan. Sekian." Samael mengenalkan Har yang baru saja keluar dengan polos.

Sudut mulut Har berkedut keras saat mendengar ini, tapi saat berikutnya dia langsung menatap telapak tangan Samael yang memegang tangan Laelia disana.

Dia menatap Laelia, dan Laelia hanya mengangguk sopan kepadanya. Hal ini membuat Har membuka mulutnya, "Siapa Malaikat ini?"

"Istriku."

"Bohong!" Har langsung meloncat dan menerkam Samael dengan mata terbelak lebar, "Bagaimana bisa lumpur busuk sepertimu memiliki cahaya indah seperti ini sebagai Istrimu?!"

"Mendengarmu mengatakan ini masih membuatku sakit. Tapi! Lia adalah benar-benar Istriku! Satu-satunya yang sah !!!"

".....Jadi itu adalah Saint yang kau bicarakan? Pantas saja." Har akhirnya meredakan emosinya dan dia langsung menatap Laelia dengan pandangan serius.

Samael yang melihat ini langsung memukul perut Har sehingga membuatnya mengeluarkan suara "Guhe..." disana.

"Jangan menatapnya dengan mata kotormu, Lia akan ternodai."

"Sia...lan...." Har langsung berdiri dan menerkam Samael disana.

"Kenapa kau memukulku?!"

"Kenapa kau menatap istriku dengan mata busukmu?!"

"Aku hanya mengawasinya!"

"Kalau begitu aku hanya ingin memukulmu begitu saja! Itu adalah reflek alami kami!"

Bam! Bam! Bam! Bam!

...

.

.

.

...

Kedua pria itu saling bergumul di lantai Mall seperti anak kecil, dan Laelia yang melihat ini tertawa kecil dengan sedikit kelicikan di matanya.

"Ummm, apakah kita akan menghentikan mereka?" tanya Alisha dengan penasaran.

Lucy, Atira, Laelia dan Kalika dengan satu kalimat yang sama berkata bersamaan: "Biarkan saja, ini adalah pertemanan antara pria!"

Pada akhirnya kedua pria itu berhenti setelah lima menit, dan karena itu, pakaian mereka langsung kusut dan rambut mereka berantakan.

Di sisi lain, Chelsea, Wanda serta Alvin akhirnya keluar dari toko dan mereka terkejut saat melihat keduanya.

"Bos, kau juga ada disini."

"Oh, Chelsea, kau juga disini? Yah, itu wajar karena Samael juga ada disini." Lucy mengatakan ini dengan nada pasti.

Disisi lain, Wanda mendekati Kalika, dan disana dia terkejut bahwa mata Kalika terus tertuju ke arah Laelia yang sedang membantu Samael merapikan baju dan rambutnya.

"Apakah kau mengenalnya, Kalika?"

Kalika menatap sedikit dan mengangguk, "Dia Istri Samael, Laelia."

"Ohhhh..."

Meskipun dia terlihat acuh tak acuh di permukaan, tapi dalam hatinya dia sudah menandai Laelia dengan serius.

Menatap Laelia dengan serius, dia harus mengakui bahwa Kalika masih satu atau dua langkah kalah dibanding wanita itu.

Baik itu dari sisi temperamen atau bahkan dari sisi wajah.

""Apakah dia masih menyimpan perasaan kepada Samael? Jika tidak, bagaimana dia akan terus menatap wanita itu yang merupakan Istri sahnya dengan sangat keras?""

Pada akhirnya Wanda dengan serius memikirkan ini, dan akhirnya Alvin mengangkat tangannya disana.

"Jadi selanjutnya, apa?"

------------------

Keesokan harinya.

Samael bangun dan melihat bahwa Laelia sudah menghilang dari kamar tidurnya dan hanya menyisahkan kehangatan di kasur.

"Sepertinya dia sudah bersiap-siap?" setelah memikirkan ini, Samael duduk dan meregangkan tubuhnya.

Kemarin memang hari yang melelahkan, terutama saat dia dan Har harus membantu Alvin untuk mencari seorang pasangan.

Tapi hasilnya....bagaimana harus mengatakannya, mungkin Alvin ini benar-benar dikutuk?

Tiga percobaan dan tiga kegagalan total!

Jelas dia tampan dan memiliki status besar. Banyak wanita akan tertarik padanya, tapi anehnya, dia masih gagal?

"Haahhhh....Lupakan saja, ayo bersiap-siap." Samael bangun dan mulai berbenah.

Setelah itu dia turun, dia sudah melihat bahwa Laelia disana sudah menyambutnya dengan senyuman.

Samael mencium bibirnya ringan dan bertanya, "Hari lain seperti biasanya?"

"Ya! Ini adalah hari lain seperti biasanya~" Laelia duduk di kursi saat bertanya, "Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan dengan Kalika dan Alisha sayang?"

"Kau tanya apa, aku dengan jelas mengatakan bahwa aku tidak akan melakukan apapun pada mereka. Kehidupan mereka bukanlah milikku di Dunia ini."

"Hmmm...."

Meskipun Samael merasa bahwa Laelia agak berbeda saat dia menanyakan ini, tapi pada akhirnya dia menyelesaikan sarapan dengan tenang, dan setelah mengucapkan selamat tinggal, dia langsung pergi ke kantor.

Di kantor sendiri, dia sudah melihat bahwa Chelsea sudah ada disana dengan pakaian ketat ala sekretaris dengan beberapa dokumen di meja.

"Pagi Manager."

"Pagi, Sekretaris Chelsea. Sepertinya belanja hari kemarin membuatmu menjadi cerah?" tanya Samael tenang.

"Itu mungkin saja."

Pada akhirnya Samael dengan sedikit mengerang bertanya, "Oke.....jadi sekretaris cantikku, apakah ada banyak hal hari ini?"

"Cukup banyak Manager." Seolah ada kacamata di matanya, Chelsea melakukan gerakan mengangkat sudut kacamata dan berkata: "Di satu sisi, semua anggaran tiap-tiap department perusahaan telah didistribusikan."

"Karena anggaran dengan kekosongan anggaran yang lebih besar juga akan berkurang lain kali, kelompok orang ini sekarang perlu menghabiskan sebagian besar sisa pembelian.....yang sekarang sebenarnya sedikit menumpuk di kas perusahaan."

"Jadi begitu."

Chelsea segera melangkah maju dan membantu Samael mengatur beberapa dokumen disana bersama-sama.

"Perusahaan semakin sibuk baru-baru ini... Chelsea, apakah kau punya seseorang untuk direkomendasikan? Aku masih perlu budak...maksudku pekerja tambahan."

"Rekomendasi..." Chelsea berpikir sebentar.

"Sepertinya ada orang yang kupikir cocok. Namanya adalah Agnes, orang dengan otak bagus dari Departemen Pemograman, yang biasanya punya banyak waktu luang."

"Kalau begitu tanyakan padanya apakah dia ingin bergabung menjadi sekretarisku."

"Dimengerti, Manager."

Kemudian Chelsea menambahkan, "Selain masalah itu, sebenarnya saya mendengar bahwa akan ada pesta penyambutan untuk pertukaran pekerja dengan perusahaan kolega kami dari Prancis setelah seminggu… Sungguh, itu harus diselesaikan minggu ini."

"...Pesta penyambutan pertukaran pekerja dari Prancis? Bukankah hal semacam ini harus diberitahukan satu bulan sebelumnya?" Samael kebingungan.

"Yaaaa, aku tidak tahu kenapa Ketua Lucy memberitahuku hari ini." Chelsea menghela nafas lelah.

"...Aku mengerti."

"Apa yang kau mengerti?"

Chelsea melihat bahwa Samael disana meletakkan pekerjaannya, dan dia sedikit tidak yakin saat mengatakan dia mengerti.

"Informasi penting telah tertunda, dan aku tidak akan menyalahkanmu Chelsea."

Samael menggertakkan giginya kesal dan berkata dengan dalam, "Aku akan mencari Lucy hari ini dan menampar pantat besarnya itu sampai dia menangis meminta maaf kepadaku !!!"

Chelsea membelakkan matanya sedikit, sebelum akhirnya dia tersenyum nakal: "Manager, sisakan beberapa tamparan kepadaku."

Chapitre suivant