webnovel

Dijebak ⚡♥️

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

"Ba ... ng ... un ...."

Huh?

"Bang ... un ...."

'Aku bermimpi—?'

"Bangun, woy!"

Kelopak mata Gaea terbuka seketika itu juga, "Uh ...," erangnya lemah, "apa yang terjadi—?"

"Kau tertidur nyenyak sekali," sahut Eryk, "puas?"

"Ah!" Gaea seketika bangun detik itu juga, matanya menyapu ruangan; tidak ada siapa-siapa, tidak ada asap juga—? Hanya Eryk yang memandangnya heran.

Apakah mimpi?

Tidak.

Itu terlalu nyata untuk sekedar mimpi saja, "Ah, iya! Laptopmu!"

"Ada apa dengan laptopku?"

"Laptopmu di hack!" seru Gaea panik.

Mata Eryk melebar sesaat sebelum kembali normal, "Kau belum bangun sepenuhnya rupanya."

"Aku tidak bohong," kata Gaea meyakinkan.

Eryk berpikir sesaat, "Cukup. Sekarang kau pulanglah."

"Huh!?" Kenapa Eryk begitu tenang, dan lagi, pulang? Ia harus bekerja lagi, 'kan?

"Ini sudah pagi," kata Eryk seolah tahu apa yang dipikirkan Gaea.

"Apa!?" seru Gaea syok; pagi? Ia tertidur selama itu? Dan jika diperhatikan ruangan ini bukan seperti ruang VIP di klub lebih mirip kamar tidur—? Kamar tidur Eryk—?

Eryk mengembuskan napasnya, "Haruskah kau berteriak sepagi ini?" tanyanya. Sudah tidur di kamarnya, mengambil semua bagian ranjangnya hingga membuatnya tidur di sofa, beginikah Gaea membalas kebaikannya?

"Maaf."

Setidaknya, Gaea mengerti posisinya atau karena efek baru bangun tidur dari tidur indah; Eryk pun memaklumi, "Pulanglah, Alex akan mengantarmu."

Mengantar? Sekarang Eryk bersikap baik padanya? Apa yang terjadi? Ia mulai bertanya-tanya akan sikap dingin pria itu semalam nyata atau mimpi juga.

Gaea menepuk keningnya, "Baiklah." Tanpa perlawanan berjalan keluar.

"Oh, sebelum itu." Eryk teringat sesuatu.

Gaea berhenti heran dan sebelum sempat berkata Eryk sudah berada di depannya memancarkan aura intimidasi membuatnya refleks melangkah mundur sampai berhenti ketika punggungnya menyentuh dinginnya tembok abu-abu tua di belakangnya.

Eryk sedikit menarik sudut bibirnya, suka akan ekspresi Gaea saat ini, memancarkan ketakutan—sepertinya keberanian wanita itu tadi malam sudah hilang. Ia menambahkan dengan meletakan kedua tangan di sisi kepala Gaea, "Dengarkan aku Orchid, lupakan apa yang kau dengar tadi malam."

Mata Gaea sedikit melebar; tadi malam—? Jadi memang bukan mimpi.

"Jika kau mengatakannya pada orang yang kau anggap sahabat ...," Eryk menghentikan kata-katanya, jemari telunjuk serta tengah menjepit helaian rambut cokelat Gaea, "bersiaplah kau tidak bisa bertemu dengan mereka lagi, paham?"

Otak Gaea masih blank, mencerna kata demi kata.

"Dan lain kali, tutupi tato bunga anggrekmu sebelum menyamar."

Tidak menceritakan pada siapa-siapa atau ia tidak bisa bertemu dengan temannya lagi—?

Tidak bisa bertemu—

Gaea akhirnya mengerti dan darahnya mendidih seketika, dengan kekuatan yang ada menendang area pribadi Eryk keras, benar-benar keras hingga pria itu terjatuh berlutut ke lantai memegangi alat vitalnya.

"Ugh ...."

Gaea melipat tangannya di dadanya, tidak menyesal sama sekali melihat bosnya yang merintih kesakitan, "Tidak ada yang bisa memerintahku selain aku sendiri. Ingat itu, Enzo."

"Wha—!" Beraninya Gaea berkata itu padanya, namun sebelum sempat berkata yang lain, Gaea telah pergi. Eryk berusaha bangun duduk berpegangan pada ranjang lalu mengerang lagi setelah berhasil.

Pukulan Gaea masih kuat seperti saat terakhir kali merasakannya ....

***

Gaea menyandarkan kepalanya di lokernya.

Ia sudah tertidur hingga pagi tetapi kenapa tubuhnya terasa berat? Apakah efek obat bius semalam belum hilang?

Gaea mengembuskan napas.

Ini cuma mimpi, bukan kenyataan setidaknya itulah yang dikatakan Eryk.

Gaea sendiri yakin kejadian yang dialaminya bukanlah mimpi. Ia bahkan melihat sepasang kaki! Yang diyakini kaki itu yang memberinya obat bius, dari penilaiannya pemilik kaki tersebut seorang wanita, bisa dilihat kakinya yang mulus dan mungil dan juga dari warna cat kukunya yang berwarna merah terang, tentu ada lelaki yang memakai cat, namun hatinya tetap yakin itu wanita.

Gaea penasaran kenapa wanita misterius itu harus membiusnya? Mungkin ada hubungannya dengan Eryk? Ruangan VIP nomor tujuh khusus untuk tamu pria itu, dan jangan lupakan dengan percakapan menyewa hacker untuk membobol rahasia data orang lain.

Mungkin Gaea hanya mengenal Eryk sedikit, masih banyak yang belum diketahuinya.

Gaea menepuk keningnya.

Memikirkan Eryk takkan ada habisnya hanya membuat kepalanya pusing, lagi pula sudah memberikan peringatan terserah Eryk mau percaya atau tidak.

Gaea melepas jaketnya di saat itulah ada sesuatu yang jatuh ke lantai, mengeluarkan bunyi yang keras di ruang ganti yang sunyi ini, "Huh?" Suara apa itu tadi? Matanya mencari benda apa yang jatuh barusan, dan menemukannya akhirnya setelah berjongkok di lantai untuk melihat di bawah bangku panjang yang diduduki oleh Lola semalam. Diambilnya dan takjub mengetahui sebuah cincin dengan berlian berwarna pink cerah.

Gaea bertanya-tanya apakah cincin tersebut milik Lola, namun berlian yang begitu besar membuatnya sedikit ragu, "Hm ...?" Mungkin perlu dites? Ia meniupkan udara ke bagian berlian dan terkejut tidak berembun memberi tanda itu berlian asli.

Berlian sebesar ini dari mana Lola mendapatkannya? Dari profesi sebagai penari seksi? Gaea memang suka mendengar Lola membanggakan diri ketika mendapatkan banyak uang.

Mungkin Lola memang mengumpulkan uang untuk membeli cincin pink ini.

Apa pun itu, Gaea tidak mau mengambil risiko, dibungkusnya cincin itu menggunakan sapu tangan yang diambilnya dari loker.

Caranya tidak cemerlang, namun tidak ada pilihan, Alex pasti marah menunggu terlalu lama bila mencari yang lebih baik lagi buat berliannya.

Gaea meletakan cincin yang berbalut sapu tangan itu ke dalam tas dan segera ganti baju.

***

"Kau tahu, untuk seseorang yang mengaku pernah jatuh cinta padanya, kau cukup menyebalkan."

Eryk memutar bola matanya bosan, memilih mengacuhkan, dan membuka topik lain, "Aku ada permintaan, aku ingin Rainer memeriksa keamanan di ruang kerjaku di klub."

"Kenapa?" tanya Alex terheran-heran juga lelah tadi harus balik ke klub dulu karena Gaea mau mengambil barang-barangnya.

"Normalnya, aku tidak peduli," kata Eryk. Mengingat Gaea begitu keras kepala hingga berani melawan, tidaklah buruk menerima pendapat wanita itu, "Aku ingin tahu apa ada sesuatu yang aneh, Alex."

"Oke," sahut Alex singkat.

"Gaea aman?" tanya Eryk.

"Iya, aku mengantar hingga pintu apartemen dia," sahut Alex, "sampai Gaea kesal dengan aku, man," lanjutnya mengingat berisiknya wanita itu yang mengingatkannya pada Eryk.

"Kau tidak melihat hal aneh?" Eryk masih belum puas.

"Tidak," kata Alex, lalu wajahnya berubah jahil, "kau sudah memenuhi janjimu, kenapa masih berusaha melindungi dia? Kau masih suka sama dia?"

Mendengar kata 'suka' membuat Eryk sedikit tersinggung walaupun sebentar tenang kembali, "Apa kau pernah dengar peraturan keamaan di perusahaanku?" tanyanya balik, "oh, aku lupa kau sibuk merayu pengunjung wanita untuk memenuhi hasratmu."

Kini giliran Alex yang kesal; Eryk tidak salah, hanya saja dari cara bicara menyebalkan, "Aku bingung kenapa wanita menggilai mu."

Eryk memutar bola matanya. Jangan percakapan ini lagi, "apa kau masih belum puas? Lebih baik simpan omong kosongmu dan kerjakan yang aku suruh baru aku akan mendengar keluhanmu."

Eryk tidak dalam mood baik, mungkin Alex mendorong percakapan terlalu jauh? Mereka berbicara soal masa lalu yang Eryk benci lagi pula, "Iya," sahutnya barulah pergi.

Eryk mengambil napas dalam, mengambil kopi di meja kerjanya, dan berjalan menuju jendela besar kamarnya, memandang kosong di sana.

Melihat pepohonan yang tertutup salju serta suara burung berkicau di halaman belakang rumahnya tidak membuatnya tenang, Eryk juga tidak mengerti. Instingnya merasakan ada yang salah, namun tidak menemukan apa itu membuatnya sedikit frustrasi.

Apakah rasa frustrasi ini karena malam ini akan ada acara lelang? Karena ini pertama kalinya menjadi pendonor lelang? Takut tak berjalan sesuai dengan rencananya?

Apa pun itu sudah terlambat tidak ada kata mundur.

Eryk juga tidak bisa menunggu lebih lama lagi, sudah cukup bersabar, Rainer masih bersikap kekanakan, lebih baik bertindak sendiri.

Tuhan tahu betapa berbahayanya, Kervyn.

Eryk menghirup aroma kopinya, menenangkan diri teringat akan 'sahabatnya', kemudian meminumnya; tidak ada yang lebih enak dibanding meminum satu cangkir kopi, "Hm ....,"

Jika saja Katherine ada di sampingnya akan jauh lebih sempurna, kenapa juga wanita itu menolak dijemput olehnya? Lebih memilih berjalan kaki kemari.

Wanita memang misterius dan rumit.

Matanya tertuju pada kopi berwarna hitam pekat tersebut, kemudian tersenyum kecil.

Setidaknya tidak dengan kopi ....

Suara nada dering menghentikan aktifitasnya.

Eryk meletakan kembali cangkir kopinya, dan mengecek ponselnya, "Oh ...."

From : Aizawa

Eryk-kun, selamat pagi.

Ada beberapa yang harus kita diskusikan, bisakah kita bertemu hari ini?

Dan jangan lupa untuk membawa barangnya.

Eryk memikirkan sesaat, sebelum mengetik balasan untuk rekannya.

To : Aizawa

Selamat pagi juga, Tuan Aizawa.

Tentu saya memiliki waktu kosong, bagaimana ketika jam makan siang? Saya memiliki restoran rekomendasi Jepang yang bagus.

Dan Eryk menekan tombol 'send', tak butuh waktu yang lama, ponselnya kembali bergetar.

From : Aizawa

Jam makan siang? Tentu saja bisa, dan Eryk-kun, sudah kubilang panggil aku Aizawa-san.

Eryk sedikit menarik bibirnya ke atas setelah selesai membaca email dari Aizawa; sungguh pria paruh baya yang baik hati. Ia begitu beruntung bisa bertemu dengan Aizawa, hampir semua orang yang melakukan lelang tak mempercayainya karena masih muda dan terbilang baru, untunglah di saat kesepiannya minum wine di dek kapal mempertemukan mereka berdua.

Eryk memberikan waktu janjian mereka dan mulai berganti baju bersiap-siap.

***

Eryk kembali ke klub setelah mendapat email dari Rainer untuk kemari. Sejujurnya tak mau mengingat masih ingin bersiap-siap bertemu Aizawa, kata 'darurat' yang mengubahnya.

Eryk sebisa mungkin tenang, darurat dan tidak bisa dibicarakan lewat ponsel bukan berarti berita buruk.

Sebelum membopong Gaea yang tidak sadarkan diri keluar klub, ia memerintahkan Ferdinand untuk berjaga-jaga, tidak ada yang patut dicemaskan.

Tidak ada.

Eryk membuka pintu kerjanya, di sana sudah ada Rainer yang telah menunggunya.

"Eryk," panggil Rainer tidak semangat.

Eryk dapat menangkap sesuatu yang tidak beres dari suara Rainer, "Ada apa?"

"Aku sudah melakukan perintahmu," kata Rainer mengecek ponselnya lagi, matanya kembali meredup melihat hasil kerjanya, "Aku pikir ada yang salah ...."

"Maksudmu?" tanya Eryk.

Rainer tidak percaya akan mengatakan ini, "Gaea mungkin meng-hack laptopmu."

Mata Eryk melebar seketika, "Apa!?"

Rainer juga sama terkejutnya ketika mengetahuinya, namun rekaman kamera serta waktu hacking-nya sama jadi kecil kemungkinan ada kebohongan. Hati dan pikirannya tidak mau mempercayainya, namun bukti berkata lain.

"Aku tidak percaya ini," kata Eryk; bagaimana bisa Gaea yang meng-hack tapi memberitahu untuk mengecek laptopnya? Itu tidak masuk akal, "Kau yakin?"

Rainer membuang mukanya; seingin apapun berkata 'tidak', ia tidak bisa, "Iya."

"Aku pikir ada yang kau lewatkan," Eryk masih tidak mau percaya, "kau yakin sudah memeriksa semuanya?"

"Aku memang sudah," kata Rainer, sedetik kemudian teringat sesuatu, "meski sedikit aneh rekaman setelah Gaea menyentuh laptopmu hilang ...."

"Kau tidak bisa menemukannya?"

Rainer menggelengkan kepalanya.

Eryk duduk di kursi kerjanya, dan mulai menyalakan laptopnya, berharap ada petunjuk lain, "Kau tahu apa yang dicari Gaea?"

"Uh ...," Rainer harus bilang apa? "Gaea tidak mencari atau mencuri apa-apa kurasa cuma mau membobol sandi laptop mu, kau tahulah dia punya rasa penasaran besar sejak kecil."

"Hanya membobol sandi, huh ...?" Eryk bergumam pelan, memainkan kursinya ke kiri dan kanan; itu aneh, sungguh aneh ... sedetik kemudian otaknya teringat akan sesuatu, "Kecuali ...!" Eryk dengan sigap menarik laci bawah meja kerjanya dan mendecih ketika mengetahui sensornya tak menyala, lalu mengambil koper yang terdapat dalamnya, berbeda, kode keamanan di kopernya masih aktif, dan menekan sandinya lalu 'enter', terdengar suara kecil yang menandakan bahwa sandinya terbuka.

'Please.'

Eryk membuka koper tersebut perlahan ... dan murka mengetahui isinya kosong.

'Gaea ...!'

Chapitre suivant