webnovel

Chapter 10 - Aku yang Melakukannya

-Di Aula Istana-

Kaisar tengah mengadakan rapat bersama menterinya dan merasa terganggu dengan kehadiran seorang prajurit patroli yang memasuki aula untuk melapor.

"Ampun Yang Mulia Kaisar telah mengganggu anda, ada yang harus hamba laporkan." Prajurit itu berlutut dihadapan Kaisar.

Kaisar menggerakan tangannya dan mengizinkan laporannya.

"Kami menemukan beberapa penjaga istana gerbang barat tengah tergeletak pingsan dan terdapat luka dalam tubuh mereka." Prajurit itu melapor sambil menundukkan kepalanya dan menangkupkan tangannya. "Kami juga menemukan bekas pertarungan di gerbang barat."

"Gerbang barat?" Kaisar mengerutkan dahinya ketika mendengarnya.

'Oh tidak! Jialin.' Dai akhirnya ingat jika gerbang barat dekat dengan tempat tinggal putri sulungnya dan ia tiba-tiba

merasa khawatir.

Kaisar turun dari tahta dan menghampiri prajurit itu. "Bagaimana luka para penjaga?"

Dengan jujur prajurit itu menjawab. "Mereka hanya mendapatkan memar akibat pukulan dari senjata, namun ketika

dokter istana memeriksanya mereka menemukan bahwa kebanyakan dari mereka menderita patah tulang dan luka dalam." Ia penasaran pukulan seperti apa yang bisa menimbulkan patah tulang dan luka dalam walaupun perrmukaannya hanya menderita memar-memar kecil.

"Apakah kau memeriksa Paviliun Teratai Hitam?" Kaisar bertanya dengan cepat.

"Kami tidak mengeceknya Yang Mulia."

"Dasar tidak berguna." Dengan marah Kaisar menendang prajurit itu karena dinilai tidak berguna karena tidak mengecek Paviliun Teratai Hitam, bagaiman jika putrinya mengalami hal seperti penjaga tersebut.

Dengan marah Kaisar hanya melewatinya dan menghentikan rapat hari ini. "Hari ini rapat telah selesai, ada hal yang harus zhen lakukan." Kaisar pergi dari aula istana dan diikuti oleh pelayan dan kasimnya tanpa menghiraukan bisikan-bisikan antara penjabatnya.

(Zhen = cara kaisar memanggil dirinya sendiri a.k.a aku)

o0o

Di Paviliun Teratai Hitam, Junzhi tengah berdiri di gerbang sambil menunggu dengan cemas kedatangan Sang Putri. Sudah lama beliau keluar dan belum kembali-kembali membuatnya sangat khawatir, dia berdoa dalam hati agar Sang Putri tidak apa-apa.

Mata Junzhi menangkap rombongan Kaisar yang tengah menuju ke arahnya, matanya membelalak terkejut karena melihat kehadirannya, sangat jarang hampir tidak pernah beliau datang ke Paviliun Teratai Hitam. Ia menggigit bibirnya cemas karena Sang Putri tidak ada dikediamannya , dia sangat bingung harus menjawab bagaimana jika Sang Kaisar menanyainya.

Kaisar telah tiba di kediaman putri sulungnya dan melihat seorang pelayan yang berdiri didekat gerbang, ia berhenti di depannya dan menanyakan keadaan Jialin. "Apakah Jialin baik-baik saja? Aku mendengar pengjaga di gerbang barat telah terluka karena seseorang, dan aku khawatir dengan kediaman ini yang dekat dengan gerbang barat."

"Apa? Penjaga gerbang barat terluka?" Bukannya menjawab pertanyaan Kaisar Junzhi malah terkejut ketika mendengar kabar dari Kaisar, dia semakin khawatir dengan Putri Jialin yang melewati gerbang barat, apakah belaiu baik-baik saja.

Kaisar mengerutkan alisnya tidak suka ketika pelayan itu tidak menjawab pertanyaannya dan malah menanyainya.

"Aku bertanya padamu bagaimana keadaan Jialin?" Ujarnya dengan nada marah.

"Ampun Yang Mulia Kaisar." Junzhi segera berlutut dihadapannya dan meminta maaf. "Salam Yang Mulia Kaisar, semoga anda hidup ribu-"

"Hentikan salammu! Cepat katakan bagaimana keadaan Jialin?!?!?" Kaisar semakin marah pada pelayan itu karena tidak segera menjawab pertanyaannya.

"Put... putri... Jialin be... beliau" Junzhi semakin gugup ketika Kaisar menanyakan keberadaan Putri Jialin.

"KATAKAN DIMANA JIALIN!!!" Kaisar sangat marah.

"Ampun Yang Mulia, Putri Jialin pergi keluar istana sendiri untuk membeli sesuatu." Junzhi segera menjawab sambil gemetar ketakutan dengan nada bicara Kaisar yang mulai murka.

"Dan kenapa kamu tidak mengikutinya? Apa kamu tidak bisa menjaga Putriku? Dia baru saja mengalami percobaan pembunuhan dan kamu malah membiarkannya keluar istana sendiri?" Kaisar benar-benar murka karena tidak ada yang menjaga Jialin ketika keluar istana. Dia takut bila ada yang mencoba membunuh Jialin lagi.

"Ampun Yang Mulia nubi sudah membujuk Putri Jialin untuk ditemani nubi namun Putri tidak ingin, beliau berkata dia bisa sendiri dan nubi tidak bisa melawannya." Junzhi mulai meneteskan air mata bukan karena takut kepada Kaisar namun khawatir dengan keadaan Putri Jialin.

(Nubi = cara seorang pelayan memanggil dirinya kepada majikan a.k.a aku)

"Omong kosong! Kasim Yun cambuk pelayan tak berguna ini sebanyak 50 kali!" Kaisar segera memerintahkan Kasim Yun untuk mencambuk Junzhi. Junzhi yang mendengarnya hanya bisa pasrah dia merasa bersalah tidak bisa membujuk Putri dengan baik.

"Baik Yang Mulia." Kasim Yun mengeluarkan cambuk dari dalam lengan bajunya dan mulai mengayunkan cambuknya.

"HENTIKAN!!!"

Gia datang tepat waktu dan menghentikan Kasim Yun dengan melilitkan cambuknya. Kasim Yun terkejut ada cambuk lain yang menghentikan cambuknya, kemudian dia menoleh dan mendapati Putri Jialin yang memegang cambuk dan menatapnya dingin dia.

Kaisar pun kaget karena ada cambuk yang melewati wajahnya dan dia semakin dikejutkan dengan Putri Jialin yang ternyata menghentikan cambuk Kasim Yun dengan cambuknya.

'Sejak kapan ia bisa menggunakan cambuk? '

"Pu...putri" Kasim Yun sangat ketakutan melihat Putri Jialin menatapnya dingin seolah ingin memotongnya jika dia mendaratkan cambuknya ditubuh Junzhi.

"Beraninya kau mencambuk Junzhi, kau ingin mati ditanganku?" Gia menatap Kasim Yun dingin, Gia benci bila ada yang melukai orang yang ia lindungi.

"Ti..tidak... maksud hamba bukan begitu" Kasim Yun sangat ketakutan melihat Putri Jialin sekarang.

"Jangan menyalahkan Kasim Yun, kamulah yang menyebabkan semua ini! Jika kamu tidak keluar tanpa seizin zhen, zhen tidak akan menghukum pelayan tidak berguna ini." Kaisar mencoba menenangkan amarahnya yang mulai reda ketika melihat Jialin baik-baik saja.

"Dan kenapa aku harus minta izin? Tak ada seorang pun yang bisa menghalangiku melakukan apa yang aku inginkan." Dengan tajam Gia membalas Kaisar tanpa

hormat.

"Dan jangan memanggil Junzhi tidak berguna, kaulah yang tak berguna, menelantarkan anakmu bertahun-tahun apakah itu pantas disebut ayah?"

"Berani beraninya kamu."Tangan Kaisar mulai mengayun dan mencoba menampar Jialin, namun entah kenapa dia berhenti.

"Kenapa tidak menamparku? Tampar saja aku jika kau berani! Rasa sakit dari tamparanmu tidak seberapa dengan semua penderitaan yang aku alami dulu." Gia semakin berani dan mengeluarkan isi hatinya ketika membayangkan semua penderitaan Jialin.

"Kamu..." Kaisar melihat tak percaya bahwa Jialin semakin berani hari demi hari.

Kaisar mencoba mengatur nafasnya perlahan untuk meredakan amarahnya, dia tahu ini semua tidak akan selesai bila salah satu dari mereka tidak mengalah.

"Bagaiman keadaanmu? Apa kamu terluka? Apa yang kamu inginkan sehingga harus keluar istana? Katakan pada Fuhuang bila kamu menginginkan sesuatu Jialin." Dengan lembut Kaisar bertanya pada Jialin, sedangkan Jialin memandangnya heran bukannya tadi dia akan marah? Kenapa sekarang malah terdengar mengkhawatirkannya.

(Fuhuang = Ayah Kekaisaran)

"Bukan urusanmu."Gia menjawab Kaisar tidak peduli dan memcoba membantu Junzhi berdiri.

Dengan sabar Kaisar menahan amarahnya "Fuhuang khawatir ketika mendengar penjaga istana gerbang barat dilumpuhkan, zhen khawatir karena itu didekat kediamanmu jadi jangan salahkan zhen bila kasar tadi"

Gia memandang Kaisar heran sejak kapan ia memperdulikannya? Bukannya dia selalu mengabaikannya?

"Aku lelah hentikan pembicaraan ini aku ingin istirahat." Gia memutuskan kontak mata dengan Kaisar dan berjalan memasuki kediamannya sambil membantu Junzhi.

Kaisar yang melihatnya hanya bisa menghelas nafas dia sungguh menyesal telah mengabaikan anaknya selama bertahun-tahun.

'Apakah sudah terlambat memperbaiki hubungan ini? '

"Pengawal bawakan semua barang-barangku ke Paviliun!" Gia hampir melupakan barang-barang yang dia beli tadi. Dia segera memerintahkan pengawal untuk membawa barangnya kediamannya.

"Dan Kaisar yang melumpuhkan semua penjaga gerbang barat adalah aku. Mereka berani menghina Putri Kekaisaran ini jadi aku memberi pelajaran mereka." Gia menolehkan kepalanya dan memberitahu insiden di gerbang barat.

Kaisar yang mendengarnya kaget karena perkataan Jialin, dia hampir tidak percaya Jialin berhasil melumpuhkan penjaga istana seorang diri. Namun, jika dilihat ketika ia menghentikan cambuk Kasim Yun dia mulai percaya. Karena dia sendiri bahkan tidak menyadarinya ketika Jialin berhasil menghentikan Kasim Yun.

"Kasim Yun perintahankan algojo untuk memenggal kepala penjaga istana yang berani menghina putriku. Mereka harus tahu inilah akibat jika menghina Putri Kaisar ini" Kaisar sangat marah dengan perlakuan penjaga istana gerbang barat yang berani menghina putrinya.

"Baik Yang Mulia."

-TBC-

Chapitre suivant