webnovel

Chapter 09 - Kenyamanan

"Shit! Aku terangsang." pekik Jungkook. Berusaha menahan diri.

Tubuh Jungkook kini berkeringat dingin.

Jantungnya berdegub kencang, mata nakalnya juga tidak bisa teralihkan dari pandangan itu.

"Lebih baik kookie tutup mata saja. Ini gak baik buat jantung. Yah, kookie harus tahan.. sabar, kookie..." Jungkook menutup kedua matanya dan menarik nafas dalam-dalam, lalu membuangnya perlahan.

Melihat tingkah aneh Jungkook, Yeri bingung dan malah menertawakannya.

"Jungkookie, apa yang kamu lakukan? Kenapa tutup mata begitu?" ujar Yeri.

"kookie malu.." lirih Jungkook yang masih menutup kedua matanya.

Yeri kebingungan, seketika ia mengerenyitkan dahinya.

"Malu kenapa?" tanya Yeri kembali.

"Itu..." Jungkook menunjuk ke arah payudara milik Yeri.

Namun, Yeri malah menertawakan Jungkook dengan bahaknya.

"kookie... kookie! Kamu polos sekali sih? Bukannya kamu malah senang melihat yang beginian ya?" seru Yeri yang makin meledeknya.

"kookie sih seneng! Eh, gak maksudnya.. Eh, gimana sih? M-maksudnya, kookie juga malu lah.. ini pertama kali kookie ngeliat langsung tau!" ucap Jungkook.

"Oh, pertama kali ya? Hm, kamu gak bohong sama noona kan? Hayoo, ngaku saja.. pasti kamu juga udah sering nonton film-film 'itu' kan?" seru Yeri, malah meledek Jungkook.

"Ng-nggak kok, kookie gak pernah menonton ituan! kookie kan anak baik.." sahut Jungkook berbohong.

"Belum pernah menonton kok, jawabnya kaya ragu-ragu gitu? Takut ketahuan ya? Tenang kookie.. noona juga paham, kok. Kamu itu sudah dewasa. Gak mungkin kamu gak ingin yang gitu-gituan juga kan? Tidak ada seorang laki-laki yang tidak ingin melakukannya. Semuanya pasti ingin. Dan noona yakin.. pasti kookie juga pernah penasaran ingin mencoba rasanya kan?" ucap Yeri.

"Hehe.. kok, noona tau?" Jungkook terkekeh pelan.

"Ya, karena.. noona sudah pernah merasakannya. Dulu, suami noona kalau urusan yang begituan tiba-tiba saja baik dan manja. Maunya hanya dilayani. Tapi sesudah kita melakukannya, dia kembali bersikap kasar lagi." sahut Yeri.

"Ah, kookie gak setuju! Harusnya, suami itu harus memperlakukan istrinya dengan baik di situasi apapun. Bukan hanya baik pas minta jatahnya saja! Huh.. kookie benci pria seperti suami noona. Kalau saja kookie bertemu dengannya, akan kookie hajar orang itu sampai dia mau bersujud dan minta maaf di hadapan noona." kesal Jungkook.

Mendengar Jungkook membelanya, Yeri mulai memperhatikan senyuman manisnya dengan lebar yang selama ini jarang sekali ia tunjukan pada orang lain.

Dan hanya Jungkook orang yang pertama kali membuatnya kembali merasakan kenyamanan, kebahagiaan hidup.

Yeri berharap, ia bisa memiliki Jungkook dengan seutuhnya. Bukan hanya sebagai suami sementara.

"Jungkookie, setelah lulus dari sekolah kamu ingin melanjutkan kemana?" tanya Yeri.

"Ah, kookie ingin kuliah noona! Dari dulu, cita-cita kookie ingin menjadi penulis. Hm, lebih tepatnya.. kookie ingin ambil jurusan sastra Korea. Supaya, kookie bisa menghasilkan karya bacaan misalnya seperti novel, komik yang kookie baca sekarang, buku karya ilmiah, dan banyak lah macamnya." Jungkook kini menjelaskan secara detail apa yang selama ini ia cita-citakan.

Yeri tersenyum kecut. Entah, dia mau menunjukan kebahagiaan atau malah sedih. Dibilang sedih, tidak. Karena ia juga senang dengan kegigihan dan keyakinan Jungkook dalam menggapai cita-citanya. Dibilang senang, tidak juga. Karena tidak ada harapan baginya untuk segera menikah dan memiliki Jungkook seutuhnya.

Ya, perasaan Yeri cukup bimbang.

Dia bahkan tidak tau lagi harus bagaimana mengatakannya pada Jungkook.

"Apakah aku cocok bersamanya?" batin Yeri yang kini membandingkan dirinya dengan Jungkook.

"Apakah aku cocok memilikinya? Sedangkan perlakuan dia terlalu baik untukku. Ah, tidak mungkin Yeri! Jungkook terlalu istimewa untukmu. Ya! Aku tidak mau terlalu mengharapkan sesuatu yang belum tentu Jungkook menginginkannya juga." Yeri kini kembali perang batin dengan kebimbangan hatinya.

_____***_____

"Yeri noona, kenapa melamun? Apakah cerita kookie terlalu seru untuk didengar ya, sampai-sampai noona sangat serius menatapku segitunya?" ucap Jungkook yang langsung menyadarkan Yeri dari lamunannya.

"Ah, tidak kookie.. Noona hanya senang mendengarkan ceritamu yang segitu semangatnya untuk menggapai mimpimu. Noona sangat senang melihat kegigihanmu. Jadilah anak yang berhasil dan baik. Buat semua orang bahagia, karena bantuan dari tanganmu sendiri. Aku sangat yakin, kamu adalah lelaki yang baik, Jungkookie.." ujar Yeri.

"Ah, baik noona." seru Jungkook sembaring menatap Yeri.

"Sungguh beruntung seorang wanita yang bisa memilikimu seutuhnya suatu saat nanti." Yeri membalas tatapan Jungkook itu, kemudian ia tersenyum.

Jungkook tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum kecut dan tubuhnya malah kikuk karena malu dengan tatapan Yeri yang menatapnya sampai segitunya.

"Noona, bisakah noona jangan menatap kookie sampai begitu? kookie jadi malu rasanya.." ucap Jungkook yang masih tersipu malu.

Yeri kemudian malah tertawa dengan bahaknya melihat kepolosan Jungkook yang terus menerus membuatnya sedikit terhibur.

"Kau ini lucu sekali sih, kookie!" ujar Yeri yang masih tertawa terbahak.

"Huh? kookie lucu kenapa, noona? kookie tidak melawak. Ini serius." jawab kookie dengan muka polosnya.

"Hm.. baiklah, dengan sikapmu yang polos dan menggemaskan itu membuat aku makin nyaman bersamamu, Jungkookie." ucap Yeri.

Namun, tiba-tiba Yeri mengelus pipi Jungkook dengan lembut. Jungkook terbelalak, "A-Apa noona?"

"Jungkook, bisakah kau berjanji padaku untuk tidak akan pernah meninggalkanku?" ucap Yeri tiba-tiba.

Jungkook membulatkan kedua matanya.

"Huh? Kenapa kookie harus berjanji pada noona begitu?" tanya Jungkook terheran.

"Karena aku tidak mau kau tinggalkan. Aku telah nyaman bersamamu, kookie. Makanya, aku sangat takut kehilanganmu." perlahan, kini air mata Yeri tiba-tiba mengalir di pipinya.

Namun, tiba-tiba Jungkook mengusap pipi Yeri dan menghapus air mata yang masih berjatuhan.

"Baiklah, kalau noona maunya begitu. kookie tidak akan meninggalkan noona dan terus ada di sisi noona. kookie juga akan menjaga noona dari siapapun yang berani menyakiti noona, termasuk suami noona itu."

Blush! Ini membuat Yeri semakin gugup dan luluh padanya.

"Kau janji, kookie?" ujar Yeri yang kini tersenyum sembaring menunjukkan jari kelingking mungilnya pada Jungkook.

"Ya, kookie janji." Jungkook membalas senyuman itu dan kemudian menyambar kelingking milik Yeri.

"Ahh~" tiba-tiba Yeri berteriak pelan.

"Ada apa, noona?" ucap Jungkook dengan penuh khawatir.

"Anu ku digigit baby kecil. Ini sangat sakit rasanya.." lirih Yeri yang kesakitan.

"Ah, be-begitu ya?" Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan tiba-tiba pipinya terlihat memerah.

"Jangan digigit dong, baby.. Anu eomma jadi nyeri, tau!" ujar Yeri sembaring menyentuh lembut hidung bayi itu.

"Apakah ASI nya susah keluar, noona?" tanya Jungkook mengalihkan topik lain.

"Iya tadinya. Tapi, sekarang tidak terlalu. Dan baby Sanha sekarang sudah bisa menyusu walaupun sedikit." sahut Yeri yang masih menahan kesakitan.

Jungkook mengangguk,

"Noona, apakah sudah selesai menyusui baby Sanha? Aku tidak sabar untuk menggendongnya. Aku rindu baby Sanha.." lirih Jungkook karena rindu pada bayi mungil itu yang kini telah menggebu.

Yeri tersenyum manis dan kemudian menutup bajunya, lalu berhenti memberi Sanha ASI nya.

"Baiklah, ini aku berikan baby Sanha padamu! Bermain lah sepuasnya. Karena, mungkin setengah jam lagi akan diambil kembali oleh suster." ujar Yeri.

"Huh? cuma setengah jam? Itu tidak cukup untuk melepas rinduku pada baby Sanha, noona! Apakah tidak bisa ditambah lagi waktunya?" rengek Jungkook.

"Itu sudah peraturan, kookie sayang.."

Jungkook tidak bisa membantah dan hanya memanyunkan bibirnya.

"Baiklah, pokoknya setengah jam terakhir ini tidak akan hyung biarkan kamu dipegang lagi oleh eomma mu, baby Sanha! Hyung akan menimang dan mengajakmu main sampai waktunya kamu kembali ke ruanganmu. Jadi, bersiaplah lelah bermain dengan hyung mu ini, baby!" ujar Jungkook yang seolah-olah mengajaknya baby Sanha berbicara.

Melihat Jungkook yang selalu memperlakuan lembut dan lucu pada bayinya, kini membuat Yeri hanya tersenyum bahagia.

Membayangkan bagaimana jika ia telah hidup dengan tentram dan nyaman bersama Jungkook serta bayinya.

Impiannya yaitu membentuk sebuah keluarga kecil yang saling menyayangi.

Dan mengharapkan Jungkook adalah suaminya yang selama ini dipilihkan oleh kedua orangtuanya.

"Ah, apa yang sudah aku bayangkan sih? Tidak, tidak! Aku pasti sudah tidak waras, membayangkan Jungkook adalah suamiku? Rasanya tidak masuk akal! Ayolah, Yeri.. kembali fokus ke dunia nyatamu yang harusnya membesarkan Sanha sampai dia menjadi anak yang baik dan penyayang seperti Jungkook. Bukannya malah membayangkan yang aneh-aneh.." batin Yeri.

"Jungkook, bisakah kau berjanji padaku untuk tidak akan pernah meninggalkanku?" ucap Yeri tiba-tiba.

Jungkook membulatkan kedua matanya.

"Huh? Kenapa kookie harus berjanji pada noona begitu?" tanya Jungkook terheran.

"Karena aku tidak mau kau tinggalkan. Aku telah nyaman bersamamu, kookie. Makanya, aku sangat takut kehilanganmu." perlahan, kini air mata Yeri tiba-tiba mengalir di pipinya.

Namun, tiba-tiba Jungkook mengusap pipi Yeri dan menghapus air mata yang masih berjatuhan.

"Baiklah, kalau noona maunya begitu. kookie tidak akan meninggalkan noona dan terus ada di sisi noona. kookie juga akan menjaga noona dari siapapun yang berani menyakiti noona, termasuk suami noona itu."

Blush! Ini membuat Yeri semakin gugup dan luluh padanya.

"Kau janji, kookie?" ujar Yeri yang kini tersenyum sembaring menunjukkan jari kelingking mungilnya pada Jungkook.

"Ya, kookie janji." Jungkook membalas senyuman itu dan kemudian menyambar kelingking milik Yeri.

"Ahh~" tiba-tiba Yeri berteriak pelan.

"Ada apa, noona?" ucap Jungkook dengan penuh khawatir.

"Anu ku digigit baby kecil. Ini sangat sakit rasanya.." lirih Yeri yang kesakitan.

"Ah, be-begitu ya?" Jungkook menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan tiba-tiba pipinya terlihat memerah.

"Jangan digigit dong, baby.. Anu eomma jadi nyeri, tau!" ujar Yeri sembaring menyentuh lembut hidung bayi itu.

"Apakah ASI nya susah keluar, noona?" tanya Jungkook mengalihkan topik lain.

"Iya tadinya. Tapi, sekarang tidak terlalu. Dan baby Sanha sekarang sudah bisa menyusu walaupun sedikit." sahut Yeri yang masih menahan kesakitan.

Jungkook hanya mengangguk,

"Noona, apakah sudah selesai menyusui baby Sanha? Aku tidak sabar untuk menggendongnya. Aku rindu baby Sanha.." lirih Jungkook karena rindu pada bayi mungil itu yang kini telah menggebu.

Yeri tersenyum manis dan kemudian menutup bajunya, lalu berhenti memberi Sanha ASI nya.

"Baiklah, ini aku berikan baby Sanha padamu! Bermain lah sepuasnya. Karena, mungkin setengah jam lagi akan diambil kembali oleh suster." ujar Yeri.

"Huh? cuma setengah jam? Itu tidak cukup untuk melepas rinduku pada baby Sanha, noona! Apakah tidak bisa ditambah lagi waktunya?" rengek Jungkook.

"Itu sudah peraturan, kookie sayang.."

Jungkook tidak bisa membantah dan hanya memanyunkan bibirnya.

"Baiklah, pokoknya setengah jam terakhir ini tidak akan hyung biarkan kamu dipegang lagi oleh eomma mu, baby Sanha! Hyung akan menimang dan mengajakmu main sampai waktunya kamu kembali ke ruanganmu. Jadi, bersiaplah lelah bermain dengan hyung mu ini, baby!" ujar Jungkook yang seolah-olah mengajaknya baby Sanha berbicara.

Melihat Jungkook yang selalu memperlakuan lembut dan lucu pada bayinya, kini membuat Yeri hanya tersenyum bahagia.

Membayangkan bagaimana jika ia telah hidup dengan tentram dan nyaman bersama Jungkook serta bayinya.

Impiannya yaitu membentuk sebuah keluarga kecil yang saling menyayangi.

Dan mengharapkan Jungkook adalah suaminya yang selama ini dipilihkan oleh kedua orangtuanya.

"Ah, apa yang sudah aku bayangkan sih? Tidak, tidak! Aku pasti sudah tidak waras, membayangkan Jungkook adalah suamiku? Rasanya tidak masuk akal! Ayolah, Yeri.. kembali fokus ke dunia nyatamu yang harusnya membesarkan Sanha sampai dia menjadi anak yang baik dan penyayang seperti Jungkook. Bukannya malah membayangkansampai waktunya kamu kembali ke ruanganmu. Jadi, bersiaplah lelah bermain dengan hyung mu ini, baby!" ujar Jungkook yang seolah-olah mengajaknya baby Sanha berbicara.

Melihat Jungkook yang selalu memperlakuan lembut dan lucu pada bayinya, kini membuat Yeri hanya tersenyum bahagia.

Membayangkan bagaimana jika ia telah hidup dengan tentram dan nyaman bersama Jungkook serta bayinya.

Impiannya yaitu membentuk sebuah keluarga kecil yang saling menyayangi.

Dan mengharapkan Jungkook adalah suaminya yang selama ini dipilihkan oleh kedua orangtuanya.

"Ah, apa yang sudah aku bayangkan sih? Tidak, tidak! Aku pasti sudah tidak waras, membayangkan Jungkook adalah suamiku? Rasanya tidak masuk akal! Ayolah, Yeri.. kembali fokus ke dunia nyatamu yang harusnya membesarkan Sanha sampai dia menjadi anak yang baik dan penyayang seperti Jungkook. Bukannya malah membayangkan yang aneh-aneh.." batin Yeri.

_____***___

Jungkook terlihat bahagia saat menimang dan bermain dengan baby Sanha. Seketika ia juga memperlihatkan gigi kelincinya karena sangking gemasnya tertawa melihat keimutan bayi itu. Jungkook juga sering mencium kening, hidung, dan dagu bayi imut itu.

Sungguh manis perlakuan Jungkook terhadap baby Sanha.

"Apakah perlakuannya selalu manis dan menggemaskan begitu terhadap semua bayi? Apa dia memang pencinta anak kecil, ya?" batin Yeri kembali yang kini malah heran dengan sikap Jungkook.

"Noona! baby Sanha terlihat imut, tampan dan menggemaskan seperti kookie." Jungkook terkekeh pelan dan kembali memperlihatkan gigi kelincinya.

"Apa? Kenapa kamu percaya diri sekali, kookie? Yang pasti lebih imut, tampan dan menggemaskan anak noona lah!" sahut Yeri.

"Hah, baiklah.. kookie memang kalah imut padanya. Karena, dia memang masih bayi. Dan dia juga membuat kookie gemas~" kini Jungkook kembali menempelkan hidungnya dengan hidung bayi mungil itu.

"Jangan pernah bosan hyung ciumi tubuhmu ya, baby Sanha. Habisnya, kamu selalu membuat kookie hyung gemas begini."

_____***_____

Tidak terasa, kini sudah setengah jam bayi itu ada di ruangan Yeri. Dan tiba-tiba suster menghampiri kamar Yeri, kemudian mengambil bayi itu kembali ke ruangannya.

"Mari tuan Jungkook, bayinya sudah harus kembali ke ruangannya ya.." ujar suster itu pada Jungkook yang kini masih puas menggendongnya.

"Hm.. baiklah sus, ini." Jungkook menyerahkan baby Sanha pada susternya.

"Tolong jaga baby Sanha dengan baik ya, sus. Rawat juga dengan telaten. Jangan sampai dia keseringan menangis." ucap Jungkook yang kini menunjukan sisi cerewet dan pedulinya.

"Itu sudah pasti, tuan Jungkook.. ini demi keselamatan dari bayi yang kita rawat di sini. Kalau begitu, saya permisi tuan Jungkook dan nyonya Yeri.." pamit suster itu dan kemudian membawa bayi itu dengan tempat tidur bayi yang di dorong.

"Huh, padahal kookie belum puas mainnya.." rengek Jungkook layaknya anak kecil.

"Gwaenchana, kookie.. kamu bisa kesini lagi besok. Biasanya, jam bayi akan diserahkan ke ruangan noona itu sehari 3 kali. Jam pertama itu sekitar pukul delapan, jam yang kedua sekitar pukul sebelas atau dua belas, dan jam yang ketiga sekitar pukul empat atau lima sore." celoteh Yeri.

"Ah, berarti ini jam yang terakhir ya? Jadi, baby Sanha akan dibawa lagi kesini sekitar jam delapan, besok?" tanya Jungkook untuk memastikan.

"Iya, Jungkookie." singkat Yeri.

Jungkook kemudian bangkit dari tempat duduknya yang kini di sebelah ranjang Yeri.

"kookie, kamu mau kemana?"

"Aku akan pergi keluar dan mencari makan untuk noona. Pasti noona lapar, ya kan? Sekalian, aku juga mau beli makan untukku." ujarnya.

"Kamu mau makan apa memangnya? Aku masih punya roti di meja. Kalau kau mau makan di luar, makan saja. Aku cukup makan roti itu juga sudah lumayan." sahut Yeri.

"Noona yakin cukup hanya makan roti saja? Aku tau jika ibu menyusui itu akan merasa cepat lapar karena sari makanannya dihisap oleh bayi tiap harinya. Jadi, porsi makan noona pasti akan lebih banyak dari biasanya." ucap Jungkook.

"kookie, kamu mengerti hal yang begitu? Dari mana kamu tau?"

"kookie juga tau lah, noona. kookie bukan pria yang keterlaluan polos. Jadi, sekarang juga kookie akan membelikan noona makanan di luar. Noona tunggu saja disini. Oke?" ujar Jungkook.

"Uh, kamu perhatian sekali pada noona.. Baiklah, aku akan tunggu disini. Hati-hati di jalan, kookie." sahut Yeri.

"Iya, noona.. kookie pergi sebentar." pamit Jungkook dan kemudian keluar dari kamar itu untuk segera mencari makan di luar untuk Yeri dan untuknya.

.

.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~