Ye Fei memperhatikan gaun yang ia kenakan dan ia merasa cukup puas. Meskipun ia harus melepas gaun yang sebelumnya karena Su Mohan, wanita jalang itu telah membayar harganya dua kali lipat dan uang itu cukup untuk membeli produk baru musim ini. Ia pun bersenandung sepanjang jalan, kemudian memesan sebuah taksi. Ia memperkirakan bahwa nanti ia akan sampai di hotel saat waktu yang disepakati untuk bertemu dengan pemilik pegadaian hampir tiba. Ia bahkan belum makan.
"Ikuti dia."
Setelah Su Mohan melihat Ye Fei yang sedang berbunga-bunga, ia menyuruh supir untuk mengikutinya. Matanya menggelap dan tidak terbaca. Sopir mengikuti taksi tadi sepanjang jalan dan akhirnya ia melihat wanita itu turun di Hotel Wan Xin. Su Mohan yang berada di kursi belakang mobil pun mengerutkan kening dan mengawasi Ye Fei memasuki hotel. Wajahnya suram dan menyeramkan, seolah badai terus menerpa.
Su Mohan terus memperhatikan sampai Ye Fei duduk di dekat jendela lobi hotel. Kemudian, Su Mohan juga melangkah keluar dari mobil dan langsung menaiki lift pribadi menuju lantai dua Hotel Wan Xin. Manajer langsung datang setelah mendengar kabar kedatangan Su Mohan dan berdiri di sisinya dengan sopan sambil diam-diam terus menyeka tetesan keringat di dahinya.
Su Mohan berdiri di samping pagar tangga berukir di lantai dua dan dapat menemukan Ye Fei yang cantik dengan mudah. Namun, seorang pria berusia tiga puluhan tahun duduk di seberang Ye Fei dan mata Su Mohan memancarkan sedikit amarah karena melihatnya. Manajer yang sesekali mendongak untuk menatap Su Mohan sampai nyaris terguling jatuh ke tangga.
Su Mohan tetap berdiri di lantai dua dan terus menyaksikan Ye Fei yang berbicara dan tertawa dengan pria itu. Tangan besar Su Mohan yang memegang pagar sudah penuh dengan urat biru. Pagar tangga berukir itu mengeluarkan suara berderit dari waktu ke waktu. Amarah Su Mohan yang hampir tak tertahankan itu akhirnya benar-benar pecah.
Kamu sangat berani, Ye Fei! Kemarin baru saja bangun dari tempat tidur tuannya, dan hari ini sudah berani merayu pria lain! pikir Su Mohan geram.
Pria yang duduk berhadapan dengan Ye Fei berusia tiga puluhan dan berpenampilan biasa saja. Iia mengenakan kaus bergaya kasual dan rambutnya disisir rapi. Jika bukan karena sepasang mata tak ramah yang selalu menatap Ye Fei, pria itu tampak memberikan kesan yang baik.
"Anda pasti Nona Xu!" Pria itu mengulurkan tangan kepada Ye Fei terlebih dahulu. Tatapan matanya menunjukkan sentuhan kecerdikan dan keserakahan.
"Halo, Bos Zhou," balas Ye Fei. Ia tidak memberi tahu Bos Zhou nama aslinya karena lelaki itu dipercayakan oleh Ye Ya dan Jiang Huiru untuk mengurus peninggalan ibunya. Sementara, ia harus menyembunyikan identitasnya untuk mencegah berita ini sampai ke telinga Ye Ya.
"Nona Xu benar-benar luar biasa. Benar-benar memiliki kecantikan yang tak tertandingi…" puji Bos Zhou sambil memegang tangan Ye Fei dengan erat. Ia menatap Ye Fei selama beberapa saat sebelum melepaskan uluran tangannya.
Ye Fei melihat tangannya yang merah setelah dipegang Bos Zhou. Hatinya tidak senang, tapi wajahnya tetap terlihat tenang. "Bos Zhou, saya pikir Anda paham tentang niat saya untuk bertemu Anda sore ini."
Pria itu menuangkan segelas anggur merah ke gelas di depan Ye Fei dan tidak buru-buru menjawab. "Karena datang dan bertemu Nona Xu untuk pertama kalinya, saya akan melakukan ini terlebih dahulu."
Ye Fei harus menahan sikapnya. Ia pun mengangkat gelas anggur dan meminumnya Setelah minum segelas anggur merah, wajahnya menjadi sedikit hangat.
"Nona Xu benar-benar orang yang menyenangkan! Karenanya, saya ingin langsung mengatakan sesuatu," Bos Zhou berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Saya tidak tahu hubungan apa yang Nona Su miliki dengan Nyonya Song yang telah meninggal, tapi peninggalan Nyonya Song dipercayakan kepada Nona Kedua dari Keluarga Ye. Saya harus mentransfer pendapatan dengan jujur. Jadi, jika Nona Xu menginginkan barang-barang ini, saya khawatir saya tidak dapat membantu menurunkan harga…"