webnovel

Waktu Seratus Hari

Éditeur: Wave Literature

Ye Fei mengangguk, lalu bibirnya tersenyum. "Tuan Su jangan khawatir. Aku mengerti tentang ini. Jika suatu hari aku melanggar aturan, biar Tuan Su yang 'menangani'nya."

Ye Fei berusaha membuat dirinya terlihat seperti wanita murahan demi merayu pria di depannya. Mendengarkan kata 'menangani', Su Mohan tersenyum dingin. "Bukan hanya aku yang akan 'menangani' dirimu jika itu terjadi. Pasti ada banyak orang yang bersedia membantu."

Otak Ye Fei mendadak mati rasa, tapi ia tetap mengatupkan bibir merahnya. Iia mengambil langkah maju dengan berani dan duduk di pangkuan Su Mohan. Tangannya mulai meraba-raba luar jubah mandi Su Mohan tanpa henti. Sepasang bola mata hijau gelap seperti kucing tampak menggoda, seperti iblis dengan pesona yang menggiurkan.

"Tuan Su benar-benar keras hati. Apakah Tuan benar-benar mau membiarkan aku 'ditangani' orang lain?"

Tangan besar Su Mohan merangkul pinggang Ye Fei dengan erat dan ia berkata dengan santai, "Kamu kira aku tidak akan melakukannya?"

Tanpa perlu menebak, Ye Fei tahu jawabannya. Su Mohan tidak pernah menunjukkan simpati untuk mainan seperti dirinya dan tentu saja pria di hadapannya ini akan tega. Meskipun ia sudah tahu, ia tetap berkata dengan terus terang, "Aku kira Tuan Su pasti tidak akan melakukannya."

Mata Su Mohan mengamati seluruh tubuh Ye Fei dan berkata, "Dada yang besar, kulit yang putih, wajah yang cantik. Tak heran kamu begitu percaya diri."

Ye Fei tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum. Pria itu mengira kepercayaan dirinya berasal dari kecantikannya. Padahal, sebenarnya kepercayaan diri itu berasal dari keyakinannya bahwa ia tidak akan terbawa perasaan apalagi menjadi bergairah. Jika hatiku tidak tergerak, aku tidak akan terluka. Apa lagi yang aku takutkan? batin Ye Fei. Yang harus dia lakukan adalah menjerat pria ini, melindungi dirinya sendiri, dan kemudian membuat musuhnya membayar semua yang telah mereka perbuat.

Su Mohan mencubit dagu Ye Fei, lalu menatap wanita dingin yang langsing dan menggoda di depan matanya ini. "Aku beri waktu seratus hari. Jika kamu bisa membuatku nyaman, aku tidak keberatan menjaga seorang wanita. Tapi, jika kamu membuatku tidak nyaman, aku akan membuatmu menyesali keputusanmu hari ini."

Jari-jari ramping Su Mohan mengelus dagu Ye Fei dengan lembut. Sentuhan dingin pria itu membuat hati Ye Fei juga menjadi dingin. Ia tidak ingin menunjukkan rasa takutnya sehingga ia langsung bersandar di lengan Su Mohan. "Tuan Su jangan khawatir. Aku akan menjadi gadis baik yang pandai dalam segalanya. Aku akan membuat Tuan Su puas."

Su Mohan hanya mendengus dingin. Melihat ini, Ye Fei pun mengangkat kedua jarinya dan bersumpah, "Tuan Su percaya saja. Jika masih ada orang di sekitar kita, aku berjanji aku tidak akan pernah menghubungi Tuan Su secara terus-menerus. Aku tidak akan pernah meminta uang pada Tuan Su, tidak akan pernah menanyakan urusan pribadi Tuan Su, tidak akan pernah menentang wanita-wanita lain yang bersama Tuan Su, apalagi membocorkan hubunganku dengan Tuan Su pada orang lain di luar sana. Aku berjanji akan selalu siap sedia jika dipanggil, tidak akan pernah menangis, dan tidak akan pernah membuat masalah dengan Tuan Su. Aku akan selalu mencoba untuk memenuhi semua keinginan Tuan Su."

Tatapan Su Mohan masih dingin meski sudut bibirnya sedikit bergerak seperti agak tersenyum. Perubahan ekspres itu tidak tampak secara gamblang sehingga orang lain tidak akan bisa membaca suasana hatinya.

Ye Fei melingkarkan tangannya di leher Su Mohan dan melembutkan suaranya, "Apa yang Tuan Su pikirkan?"

"Sepertinya kamu sangat berpengalaman."

"Setelah menemukan Tuan Su, tentu saja aku harus mengerjakan PR-ku terlebih dahulu. Kalau tidak, bagaimana bisa aku mengidamkan posisi sebagai Nyonya Su?"

Mendengar tiga kalimat Ye Fei yang tidak lupa menyertakan kata 'Nyonya Su', mata Su Mohan menjadi gelap. Wanita memang serakah! pikirnya.

"Kamu sebaiknya menjadi sebaik yang kamu janjikan. Jika aku tahu kamu bersama dengan pria lain manapun, aku akan meragukanmu."

Setelah mendengar kata-kata Su Mohan, Ye Fei tanpa sadar menengadah dan menatapnya, Ia tidak ingin menghadapi sepasang mata Su Mohan yang dingin seperti ular dan berbalut peringatan yang keras.

Chapitre suivant