Matahari sudah berada di atas kepala, mulai terasa menyengat kulit. Tiash yang masih menunggu kedatangan Ain merasa semakin gelisah. "Apa mungkin... Dia lupa?" pikirnya dengan hati yang gundah.
Tak lama kemudian, sosok yang dinanti itu datang. Dengan terburu-buru, Tiash berdiri sembari menyambar mantel hitam yang ia sangkutkan di sandaran sofa. Tiash bergegas mengenakan mantel itu, menutupi pakaian ketat yang harus terus ia kenakan.
Mata gadis itu terlihat sedikit suntuk setelah lama menunggu.
Ain merasa tidak enak padanya. "Maaf, aku terlambat," ujarnya pelan sembari menundukkan kepala.
"T-Tidak kok! Hehehe. Jadi... kita pergi sekarang?" tanya Tiash sambil melempar senyum untuk menghilangkan rasa bersalah Ain.
Ain mengangguk sambil membalas senyuman Tiash.
Ive yang melihat tingkah laku Ain, bergegas menghampirinya. Ia mencolek punggung Ain, memberinya isyarat.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com