"Kangmas," panggil Manis, yang kini dia sudah berbaring di dalam dekapanku. Kuelus rambutnya yang lembut, kemudian aku memandang ke arahnya. "Akhirnya kita punya anak. Apa kamu bahagia?" tanyanya lagi.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan bodoh itu. Bagaimana bisa, pertanyaan yang jawabannya sudah pasti itu masih ditanyakan lagi? Oh ya, aku tahu... perempuan kan seperti itu. Cenderung ingin diyakinkan setiap waktu, meski mereka sendiri tahu ditanya berapa kali pun, jawabannya akan tetap sama. Ya, aku bahagia karena akan memiliki anak dengannya.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com