webnovel

Kabar 2

Angel masuk ke dalam rumah dengan wajah sedih, pikirannya melayang kemana-mana. Dia mengabaikan panggilan Mbok minah.

" Nyonya! Nyonya!" sapa Minah, tapi Angel terus naik ke lantai dua menuju kamarnya. Dia kemudian masuk ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air di shower. Angel terduduk di lantai dengan memegang kedua lututnya. Airmatanya tidak berhenti mengalir dikedua pipinya.

" Haaaaaaaa! Ini tidak adillllll! Kenapa harus aku yang mengalami ini? Kenapa disaat aku merasakan kebahagiaan ini semua harus lenyap begitu sajaaaaa! Haaaaaaaaa!" teriak Angel marah. Dia menarik-narik rambutnya dan memukul-mukul dinding kamar mandi.

" Aku benci diriku! Aku benciiiiii!" teriak Angel. Tok! Tok! Tok!

" Nyonya! Nyonya!" panggil Minah. Tapi Angel terus saja menangis dan memukul-mukul dadanya.

Revan sedang memeriksa dokumen yang dibawa oleh Valmont dengan serius. Sementara Selina menatap Valmont dengan pandangan kesal dan sebel karena dicuekin oleh pria itu.

" Apa ini serius?" tanya Revan dengan wajah dinginnya.

" Seperti yang lo baca! Gue baru aja dapat dan langsung datang kesini!" jawab Valmont serius.

" Brengsek! Apa maunya orang itu? Apa papa tahu?" tanya Revan.

" Maybe! He is a Don if you forget!" jawab Valmont.

" Gue harus menemui papa dulu! Lin! Kamu tunggu dulu disini, aku akan kembali beberapa jam lagi!" kata Revan.

" Ckkk! Dasar suami gatel!" gerutu Valmont.

" Ckkk! Makanya sayangi tu anak orang! Diambil orang baru nangis!" sahut Revan.

" Ihhhh! Emang gue apa'an! Gemulai?' sahut Valmont.

" Maaf, Pak! Ini dokumen dari Perusahaan Neil!" kata sekretaris Revan saat mereka bertemu di pintu.

" Taruh saja di mejaku!" kata Revan, lalu wanita itu mengangguk dan berjalan ke meja Revan.

" Val!" sapa wanita itu.

" Hai, Ren!" sahut Valmont tersenyum. Mata Selina membulat sempurna saat melihat senyuman dibibir Valmont untuk wanita itu.

" Aku free malam ini!" kata Irene seakan tidak menganggap Selina ada.

" Call you!" jawab Valmont santai.

" Ok! Bye handsome!" puji Irene lalu pergi meninggalkan ruangan Revan. Selina yang kesal langsung berdiri dan mendekati Valmont.

" Kenapa kamu bisa senyam-senyum dan begitu mesra pada wanita lain tetapi padaku tidak?" tanya Selina marah.

" Nih, saya sudah tersenyum!" kata Valmont menaikkan kedua sudut bibirnya ke atas.

" Nggak lucu!" sahut Selina lalu berputar kembali ke tempatnya, tapi baru setengah jalan, dia kembali mendekati Valmont.

" Kenapa kamu dengan mudahnya menyentuh mereka, sedangkan hanya aku pegang saja kamu sudah menjauh seakan aku ini benda menjijikkan!" kata Selina dengan wajahnya yang menggelap.

" Lebih baik saya pergi!" kata Valmont lalu berdiri dari sofa dan berjalan ke arah pintu.

" Apa kamu banci? Apa kamu tidak bisa turn on jika denganku? Apa kamu takut ketahuan olehku?" sindir Selina. Langkah Valmont terhenti di tengah ruangan, tangannya mengepal dan hatinya merasa sakit karena sindiran Selina.

Valmont memutar tubuhnya lalu berjalan perlahan mendekati Selina yang berdiri tegak menantang dirinya. Tiba-tiba Valmont menarik pinggang Selina merapat ditubuhnya lalu mengecup bibir wanita itu. Ditekannya tengkuk Selina hingga Valmont bisa mencium dan melumat bibir Selina dengan penuh kelembutan. Selina seakan tersihir, dia terkejut tapi juga merasa lemah, tubuhnya seakan bergetar akibat sentuhan bibir Valmont. Selina membalas ciuman Valmont dengan memberikan akses lebih pada pria itu agara bisa bermain di dalam mulutnya.

" Ada apa, Mbok?" tanya Revan yang ditelpon oleh Minah saat Revan sedang di ruang kerja Valen.

" Itu, Tuan! Nyonya!" kata Minah.

" Angel? Kenapa?" tanya Revan lagi.

" Nyonya pulang dan mengunci diri di kamar, sampai saat ini belum makan dan kamarnya dikunci dari dalam!" kata

" Pake saja kunci serep, Mbok!" kata Revan.

" Kan Tuan bawa!" jawab Minah.

" Astaga, iya! Saya lupa! Sebentar saya pulang!" kata Revan.

" Ada apa?" tanya Valen.

" Angel belum keluar untuk makan siang!" kata Revan sambil mematikan panggilannya.

" Pergilah! Kerja boleh, tapi istri tetap prioritas!" jawab Valen.

" Iya, Pa! Varel pergi dulu!" kata Revan.

" Hmm!" jawab Valen.

" Varel harap papa memikirkan rencana Varel tadi!" kata Revan saat berdiri.

" Pergilah!" kata Valen lagi. Revan mengangguk lalu pergi meninggalkan kantor papanya.

Revan menghubungi Selina selama perjalanan untuk menyuruh kembali ke kantornya saja, karena Revan tidak akan kembali ke kantor setelah pulang. Tapi yang ditelpon tidak juga mengangkatnya, Revan jadi khawatir. Lalu dibukanya IPadnya dan menyalakan CCTV di ruang kerjanya.

" Dasar mesum!" kata Revan lalu mematikannya.

" Bos?" tanya Jim yang mendengar Bosnya berbicara.

" Tidak ada! Meeting dengan Neil nanti apa bisa di cancel?" tanya Revan.

" Tidak bisa, Bos! Diganti malam boleh!" kata Jim.

" Apa segitu mendesak?" tanya Revan.

" Iya, Bos! Mr. Neil akan pergi cukup lama setelah meeting nanti!" jelas Jim.

" Hmmm!" jawab Revan.

Setelah memakan waktu selama sejam, mereka sampai di rumah juga. Revan keluar setelah Jim membukakan pintu untuknya. Kenapa ada mobil Dom disini? Apa benar Angel sakit? batin Revan mempercepat langkahnya.

" Ada apa ini?" tanya Revan saat melihat ada jarum infus di tangan istrinya. Dom dan Angel melihat kearah Revan.

" Sayang! Kamu sudah pulang?" tanya Angel lemah.

" Dom?" tanya Revan yang duduk mendekati istrinya.

" Dia hanya kelelahan saja!" kata Dom sambil memasukkan alat-alat kedokterannya. Revan mengecup kening istrinya dan mengusap pipi wanita cantik itu.

" Ckkk! Apa lo buta kalo ada gue disini?" ucap Dom kesal melihat kemesraan keduanya.

" Kenapa lo nggak pergi nikah aja!" sahut Revan.

" Ckkk! Gue pulang! Malas gue kalo lo ada!" kata Dom meninggalkan mereka.

" Dasar dokter gila!" kata Revan.

" Apa kalian selalu seperti ini saat bersama?" tanya Angel.

" Kamu kenapa?" tanya Revan.

" Tidak! Aku hanya kelelahan saja!" kata Angel.

" Aku sudah bilang nggak usah mengerjakan apa-apa! Kalo mama tahu nanti dia pikir aku membuatmu kelelahan karena mengerjakan banyak hal!" kata Revan tegas.

" Aku tidak mengerjakan apa-apa! Mungkin ..." kata Angel.

" Mulai saat ini kita pindah saja ke lantai bawah..." Revan memotong perkataan Angel.

" Mungkin karena bayi ini aku jadi kelelahan!"

" Makanya kamu harus menjaga bayi itu, karena...apa?" Revan terkejut mendengar ucapan Angel.

" Iya! Mungkin karena calon anak kita aku jadi kelelahan!" kata Angel tersenyum.

" Kamu...kamu hamil?" tanya Revan.

" Iya, sayang! Aku hamil anak kita! Buah hati kita!" kata Angel. Revan hanya diam, dia berdiri dan berjalan mondar-mandir.

" Apa kamu tidak senang?" tanya Angel yang sedih melihat sikap suaminya. Revan menatap tajam istrinya yang terbaring lemah itu. Lalu dia menghubungi seseorang dengan wajah dingin.

" Halo, mama!" sapa Revan.

" Varel? Tumben telpon mama jam segini!" kata Tata.

" Mama dimana?" tanya Revan.

" Mama ada di rumah kakakmu!" jawab Tata. Sementara Angel memperhatikan kelakuan suaminya dengan wajah sedih.

" Bisa mama pulang?" tanya Revan.

" Kenapa? Apa terjadi sesuatu padamu?" tanya Tata.

" Iya, ma!" kata Revan membuat Angel mengerutkan dahinya.

" Kamu kenapa?" tanya Tata lagi kali ini suaranya terdengar cemas.

" Apa kakak ada disana?" tanya Revan.

" Iya!....Hai, bro! Lo kenapa? Jangan bikin mama cemas!" terdengar suara Reva. Revan diam sesaat.

" Lo akan punya keponakan, sist!" kata Revan dengan tegas.

" Apa? Jadi lo sudah tahu?" tanya Reva.

" Iya! Gue sudah tahu! Baru saja!" jawab Revan.

" Dan bagaimana perasaan lo?" tanya Reva.

" Gue bahagia, sist!" jawab Revan menatap tajam kepada Angel tapi dengan penuh kelembutan. Angel meneteskan airmata mendengar ucapan suaminya.

" Bagaimana dengan Angel?" tanya Reva.

" Dia pastinya sangat bahagia juga!" jawab Revan lalu memberikan ponselnya pada Angel.

" Lo yakin Angel mau menerima anak lo dengan Wina?" tanya Reva.

Bagaikan langit disore hari, berwarna biru sebiru hatiku menanti kabar yang aku tunggu ...itu mah lagu thor!!! Ihhh, author, mana lagi seru-serunya.

Chapitre suivant